125 - Pusaka Keluarga

326 25 0
                                    


"Benar, Peter bilang saat pulang ke rumah dia akan meminta ayahnya untuk membelikannya burung beo." Charly mengeluarkan sebuah undangan berwarna emas dari tas sekolahnya, "Ada lagi Mami, Peter mengundang kami untuk menghadiri pesta ulang tahunnya!"

"Uh..." Kiara sedikit terkejut. Sebelumnya, anak-anak dari dua keluarga ini hampir berkelahi. Kenapa sekarang hubungan mereka begitu baik?

"Mami, Peter sekarang tidak menindas Celine lagi," Calvin menjelaskan dengan serius, "Setiap hari dia membawakan berbagai jenis makanan lezat untuk Celine, dan juga memberikan sayap ayam dan stroberi untuk Celine dari bekal makan siangnya."

"Benar, sekarang Peter sangat sopan kepada kami." Charly menunjukkan gerakan meninju, "Baru-baru ini dia datang mencariku untuk belajar cara meninju, aku melajarinya beberapa gerakan!"

"Mami, bolehkah aku memaafkan Peter dan menerimanya menjadi sahabatku?"

Celine memiringkan kepala mungilnya dan bertanya dengan polos.

"Boleh." Kiara mengangguk sambil tersenyum, "Untuk berteman, kalian sendiri yang akan mengambil keputusan. Mami tidak akan ikut campur."

"Kalau begitu, apakah kami bisa pergi ke pesta ulang tahun Peter?" Charly langsung bertanya.

"Ini..." Kiara berpikir sejenak, kemudian berkata dengan bijaksana, "Saat pesta ulang tahunnya, seharusnya ada keluarganya. Meskipun perselisihan antara kalian dan dia telah diselesaikan dan juga menjalin pertemanan, tapi keluarganya mungkin belum tentu berpikir seperti itu. Jadi, lebih baik kalian jangan menghadiri acara ini, kalian bisa mengucapkan selamat ulang tahun padanya saat di sekolah!"

"Aku juga berpikir seperti itu." Calvin yang pikirannya dewasa setuju dan berkata, "Nenek dan Maminya Peter sangat galak, lebih baik kita tidak pergi ke rumahnya."

"Baiklah."

Charly cemberut, terlihat sedikit kecewa karena tidak bisa pergi ke rumah Peter untuk menonton Transformers.

Celine malah tidak peduli, dia berkata dengan serius, "Aku menggambar sesuatu dan memberikannya kepada Peter sebagai hadiah ulang tahun. Mami, apakah ini boleh?"

"Boleh, anak-anak Mami luar biasa!" Kiara mencium ketiga anaknya.

"Mami, Mami adalah wanita, kelak tidak boleh menciumiku sembarangan."

Charly cemberut sambil berlari.

"Ah?" Kiara tercengang. Sebelumnya, anak ini selalu cemburu pada Celine, mengatakan bahwa Maminya lebih mencintai Celine, Maminya harus memberikan ciuman secara adil. Sekarang kenapa berubah?

"Charly menyukai seseorang," Calvin mencubit dagunya, ekspresinya menunjukkan bahwa dia telah mengetahui segalanya, "Setiap hari aku diam-diam memperhatikannya."

"Hah? Siapa?" Kiara bertanya dengan penasaran.

Calvin mendekat ke telinga Kiara dan berbisik, "Dia guru musik kami yang baru."

"Hahaha, benarkah?" Kiara tertawa, "Kalau begitu, apa kamu juga menyukai seseorang?"

"Tentu saja tidak." Calvin segera menepuk dada dan berkata, "Aku hanya ingin belajar!"

"Hahaha, Calvin anak yang baik!" Kiara mengelus rambutnya dengan penuh kasih.

"Mami, Peter memberiku ini..." Celine mengeluarkan sebuah gelang dari tas sekolahnya, "Karena aku membantunya memakan stroberi yang tidak dia sukai, jadi dia memberiku hadiah..."

"Ini ..." Kiara melihat gelang itu dan mengerutkan kening, "Celine, lain kali tidak boleh sembarangan menerima hadiah dari teman sekolah, mengerti?"

"Hah? Kenapa?" Tanya Celine penasaran dengan matanya besarnya melebar.

"Gelang ini sangat berharga, ini adalah pusaka keluarga mereka..." Kiara menjelaskan dengan cara yang bisa diterima anak-anak, "Intinya, lain kali tidak boleh menerima hadiah seperti ini, kecuali itu hadiah itu dari kerajinan tangan kalian sendiri. Mengerti?"

"Oh, aku mengerti," Celine mengangguk dengan sedih.

"Bibi Rohana." Kiara berkata kepada Bibi Rohana dengan serius, "Besok bawa Celine mengembalikan gelang ini kepada guru mereka, minta guru bantu mengembalikan gelang ini pada Peter."

"Baik," Bibi Rohana mengangguk sambil memasak.

Kiara awalnya masih ingin nasihati, tapi Cheeky ribut dan bilang perutnya lapar, ketiga anak itu pergi untuk memberinya makan.

Di luar, petugas keamanan mengetuk pintu, mengingatkan mereka untuk membayar tagihan listrik, kalau tidak aliran listrik akan di matikan.

Jalur pikiran Kiara seketika terputus...

Tiga Harta Ayah Misterius Seorang Bos BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang