(10) Pingsan Di Kelas🩺

1.7K 147 16
                                    

Pagi itu, langit membentang luas tanpa setitik awan, matahari memancarkan sinarnya yang hangat, menyapa bumi dengan penuh semangat. Angin lembut berhembus pelan, membelai daun-daun yang masih basah oleh embun pagi. Udara segar membangkitkan semangat, menciptakan suasana optimis pada setiap langkah yang melintasi jalan setapak.

Seorang gadis muda berdiri di bawah kanopi, merasakan kehangatan sinar matahari pagi yang menyentuh kulitnya. Rambut pendek hitamnya tampak berkilau diterpa cahaya matahari, menambah pesona ceria pada penampilannya yang sederhana namun memikat. Ia menatap bangunan besar di hadapannya, salah satu rumah sakit terbesar dan paling bergengsi di kota itu, dengan mata berbinar penuh harapan dan antusiasme. Rumah sakit ini, dengan dinding-dindingnya yang tinggi dan arsitektur modern yang megah, bukanlah sembarang rumah sakit. Tempat ini dikenal sebagai pusat kesehatan terkemuka, rumah sakit yang dihormati karena teknologi canggih dan tenaga medis berkualitas yang dimilikinya. Hanya sedikit yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan magang di sini, dan gadis itu adalah salah satu yang terpilih. Kesempatan ini adalah bukti dari kerja keras dan dedikasi yang ia curahkan selama bertahun-tahun di dunia pendidikan kedokteran.

Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu, sebuah awal dari babak baru dalam hidupnya, babak yang telah lama ia impikan. Bisa menjadi dokter magang di rumah sakit terkenal ini adalah sebuah pencapaian besar baginya, sesuatu yang telah ia perjuangkan dengan penuh dedikasi. Di sini, ia tahu bahwa ia akan mendapatkan pengalaman berharga, belajar dari yang terbaik, dan berhadapan langsung dengan berbagai tantangan medis yang akan menguji kemampuannya.

Melangkah memasuki lobi rumah sakit, suasana terang dan hangat langsung menyambutnya. Pemandangan yang sibuk namun teratur di ruang depan itu membuatnya merasa semakin bersemangat. Lantai marmer yang berkilauan memantulkan sinar matahari pagi, membuat langkah-langkahnya terasa ringan dan penuh arti. Di sinilah ia akan memulai perjalanannya, menghadapi tantangan baru dan menanggung tanggung jawab yang besar.

Di sepanjang lorong menuju meja resepsionis, ia menyapa dengan ramah beberapa dokter dan perawat yang sedang memulai tugas mereka. Senyum hangat yang ia tunjukkan menghidupkan suasana, meski dalam hatinya ada sedikit kegugupan. Bagi gadis itu, senyuman adalah ungkapan dari niat baik, dan ia tahu bahwa senyum yang tulus bisa menenangkan hati, baik bagi dirinya maupun orang lain.

Setibanya di meja resepsionis, ia menarik napas dalam-dalam, lalu menyapa dengan suara lembut namun tegas, "Permisi," ucapnya dengan nada sopan. "Saya baru pertama kali magang di sini. Bisakah Anda mengarahkan saya ke ruang magang dan memberitahu saya apa yang harus saya lakukan?"

Sang resepsionis, seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat yang meneduhkan, menatapnya dengan ramah. "Selamat datang di rumah sakit kami," jawabnya dengan antusias. "Untuk dokter magang baru, Anda bisa langsung menuju ke ruang pendaftaran di lantai dua. Di sana, Anda akan mendaftarkan diri dan menerima petunjuk lebih lanjut."

Gadis itu mengangguk penuh rasa terima kasih, senyum lega mengembang di wajahnya. "Terima kasih banyak atas bantuannya," balasnya tulus, matanya berbinar bahagia.

Dengan langkah yang lebih mantap, ia kemudian menuju lift yang akan membawanya ke lantai dua, tempat ia akan memulai perjalanan yang telah lama ia persiapkan. Ia merasa bangga, karena bisa diterima magang di rumah sakit ini adalah sebuah kehormatan besar, yang mungkin tidak semua orang bisa dapatkan. Di rumah sakit inilah ia berharap dapat membuktikan kemampuannya, menunjukkan bahwa kerja keras dan dedikasinya selama ini tidaklah sia-sia.

Namun, saat mendekati lift, gadis itu merasakan getaran kecil di dadanya, sebuah firasat yang tak bisa dijelaskan. Pintu lift terbuka perlahan, dan di dalamnya, berdiri seorang pemuda yang wajahnya tak asing lagi baginya. Mata mereka bertemu, dan untuk sesaat, waktu seakan berhenti.

JEVNATHAN || JENO × JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang