Di ruang IGD, suasana tegang meliputi setiap sudut ruangan. Cahaya terang lampu di ruang tersebut menerangi tubuh Jevian yang terbaring lemah di atas ranjang, dikelilingi oleh berbagai alat medis yang terus-menerus berbunyi. Suara mesin monitor yang berbunyi teratur menunjukkan bahwa detak jantung Jevian masih bertahan meski lemah. Di dekat ranjang, cairan infus dari botol yang tergantung di tiang perlahan mengalir ke dalam pembuluh darahnya, membantu menjaga kestabilan tubuhnya setelah kehilangan banyak darah. Meskipun mimisan yang parah telah berhasil dihentikan dan bekas darah di sekitar hidung serta mulut telah dibersihkan, kulit Jevian tampak pucat dengan sedikit warna kebiruan di sekitar hidung, menandakan adanya memar atas dampak dari tekanan dan pendarahan yang signifikan.
Napas Jevian terdengar pelan dan berat, seakan setiap tarikan dan hembusan udara merupakan perjuangan yang sangat melelahkan. Wajahnya semakin pucat, kontras dengan rambutnya yang basah oleh keringat, mencerminkan kondisi tubuhnya yang lemah akibat kehilangan banyak darah. Matanya terpejam rapat, dengan alis yang sedikit mengernyit, seolah-olah tubuhnya sedang menahan rasa sakit yang mendalam. Sesekali, tubuhnya berkedut kecil, reaksi refleks dari saraf-sarafnya yang masih aktif meski kesadarannya belum pulih. Beberapa perawat bergegas mencatat angka-angka di monitor dan memeriksa kondisi Jevian dengan cepat dan efisien, memastikan bahwa setiap parameter vital tetap berada dalam ambang batas yang aman.
Di sisi ranjang, Davish, dokter spesialis hematologi dan onkologi yang sedang bertugas, berdiri dengan ekspresi serius. Matanya tajam mengamati monitor yang menunjukkan grafik detak jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Meski ekspresinya tenang, kerutan di dahinya menunjukkan betapa seriusnya situasi ini. Ia tahu betul bahwa hemofilia berat yang diderita Jevian dapat memicu komplikasi yang berbahaya kapan saja. Di samping ranjang, terdapat tabung oksigen kecil yang dihubungkan pada masker yang menutupi mulut dan hidung Jevian, memastikan bahwa ia mendapatkan oksigen yang cukup meski hidungnya masih sensitif setelah mimisan parah.
"Pasien sudah stabil sekarang," ujar Davish sambil mengamati monitor dengan seksama. "Namun, tingkat hemoglobinnya turun cukup drastis akibat kehilangan darah yang cukup banyak. Pastikan infus tetap mengalir lancar dan pantau tanda-tanda vitalnya setiap lima belas menit. Kita harus menjaga tekanan darahnya tetap stabil agar tidak semakin menurun."
Davish, yang telah lama menganggap Jevian seperti adik kandungnya sendiri, berusaha menampilkan sikap tenang meski rasa khawatir menyelimuti hatinya. Dia memandang wajah Jevian yang pucat dengan perhatian yang lembut, lalu kembali berbicara kepada salah satu perawat. "Lakukan observasi ketat. Jangan lupa juga untuk memeriksa ulang kadar faktor pembekuan darahnya. Pastikan dia tetap di bawah pengawasan intensif sampai kondisinya benar-benar membaik."
Davish kemudian menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Jevian sudah sering mengalami kondisi seperti ini sebelumnya, tapi setiap kali kejadian itu terulang, rasa khawatirnya terhadap Jevian tetap sama. Dia tahu betul betapa rapuhnya kondisi Jevian dengan hemofilia yang dideritanya. Sambil menatap Jevian yang masih terbaring lemah, pikirannya berkelana pada keputusan yang harus ia ambil selanjutnya.
Sempat terbersit di pikiran Davish untuk memberitahu kabar ini pada Jeffran. Jeffran tentu saja berhak tahu kondisi adiknya yang sedang berjuang di ruang IGD. Namun, ia juga tahu bahwa Jeffran sedang menangani urusan darurat dengan pasien jantung di ruang perawatan lain.
Jika Jeffran diberi tahu sekarang, Davish khawatir hal itu akan mengganggu konsentrasi Jeffran dan mengganggu fokusnya dalam menangani pasien yang juga dalam kondisi kritis. Menunda kabar ini mungkin keputusan terbaik untuk saat ini. Dengan berat hati, Davish memutuskan untuk tidak menghubungi Jeffran sampai kondisi Jevian benar-benar stabil, agar Jeffran bisa menyelesaikan urusannya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVNATHAN || JENO × JAEMIN
Teen FictionDILARANG PLAGIAT !!! ❌ Bagi yang belum baca cerita "MY FAMILY MY DOCTOR", disarankan buat baca cerita itu dulu sampai selesai ya karena cerita ini lanjutan dari cerita itu👌🏻