?✍🏻°°°°

839 62 12
                                    

Malam itu, balkon kamar Jevian terasa nyaman dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus lembut. Mereka duduk di kursi empuk berlapis kain, nyaman dan mengundang relaksasi. Di depan Jevian, sebuah kanvas berdiri tegak di atas easel kayu. la sibuk menggerakkan kuasnya, menggoreskan warna-warni cerah dan gelap dalam harmoni yang indah, mengekspresikan imajinasinya yang bebas.

Nathan duduk di sebelahnya, sesekali melirik karya sepupunya dengan rasa kagum. Suasana malam yang tenang tiba-tiba pecah ketika Nathan, yang tampak penasaran, memberanikan diri untuk bertanya. "Jev," panggilnya pelan, suaranya bergetar sedikit dalam keheningan.

Jevian menoleh, sedikit terkejut dari fokusnya. “Hmm?” jawabnya sambil menggerakkan kuasnya dengan lembut di atas kanvas.

“Gue mau nanya sesuatu sama lo,” kata Nathan, matanya penuh rasa ingin tahu.

“Soal apa?" balas Jevian, masih dalam keadaan santai namun mulai merasa ada yang penting di balik pertanyaan Nathan.

Nathan mengatur napas, berusaha menyampaikan pertanyaannya dengan hati-hati. “Lo kan suka bikin gambar, tapi kayaknya ada yang aneh deh sama gambar yang lo bikin. Gue liat gambar itu ada di buku catatan lo. Gue mau nanya soal maksud dari gambar itu tuh apaan?"

Jevian mengernyit, merasa bingung. “Gambar yang mana? Gambar di buku catatan gue kan lumayan banyak, nggak cuma satu,” ujarnya sambil berusaha mengingat gambar yang dimaksud Nathan.

Dengan cepat, Nathan membuka buku catatan Jevian yang dia simpan selama beberapa hari terakhir. Dia menunjuk salah satu gambar yang terletak di halaman tengah. “Yang ini,” katanya, menunjukkan dengan jari. “Gue pengen tahu maksud dari gambaran lo yang ini.”

Begitu Jevian menatap gambar tersebut, suasana di balkon tiba-tiba terasa lebih berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu Jevian menatap gambar tersebut, suasana di balkon tiba-tiba terasa lebih berat. Gambar itu hanya digambar dengan pulpen tinta hitam, menampilkan sebuah jantung yang diremas kuat oleh tangan. Senyum di wajah Jevian seketika memudar, digantikan oleh ekspresi terkejut dan bingung. Dia memandangi sketsa itu dalam diam, seolah-olah mencoba mengingat saat ketika dia menciptakannya.

“Gimana bisa buku catatan gue ada sama lo?” Jevian akhirnya bertanya, suaranya mengandung kebingungan dan sedikit kekhawatiran.

Nathan tidak langsung menjawab. “Lo nggak perlu tahu gimana bisa buku catatan lo bisa ada sama gue. Gue cuma mau lo jelasin gambar ini ke gue, Jev,” ucapnya, berusaha untuk meyakinkan Jevian.

Tetapi Jevian tetap terdiam, tatapannya terpaku pada gambar itu, hatinya diliputi perasaan yang sulit dijelaskan. Kegelisahan mulai tampak di wajah Nathan saat dia menunggu jawaban, sementara Jevian hanya bisa terdiam, membiarkan malam menelan kata-kata yang ingin diucapkannya.

|

|

|

|

|

|

|


[SEBAGIAN CHAPTER MASIH DIPRIVATE]









🗣️ : Penasaran Jevian mau jawab apa-😔

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JEVNATHAN || JENO × JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang