Sebuah mobil keren dengan tampilan warna biru metalik meluncur dengan mulus di atas jalan beraspal yang masih basah dan licin karena gerimis tipis yang belum juga mereda. Di balik kemudi, Nathan tampak serius, matanya fokus menatap lurus ke depan, mengendalikan laju mobil dengan tenang. Di sampingnya, Jevian duduk sambil menikmati roti isi cokelat yang dibawakan oleh mamanya. Aroma manis roti tersebut samar-samar tercium di dalam kabin mobil yang hangat, memberikan sedikit kehangatan di tengah suasana pagi yang dingin.
"Lo beneran nggak mau rotinya, Nath?" tanya Jevian, sedikit menggeser duduknya agar lebih nyaman.
Nathan tak segera menjawab, jemarinya masih erat menggenggam setir. "Nggak, Jev. Habisin aja. Gue udah sarapan banyak tadi di rumah," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan di depannya. Meski kalimatnya terdengar tenang, ada sedikit ketegasan yang tertangkap di dalamnya.
Jevian mengangguk pelan, meskipun ekspresi di wajahnya menunjukkan sedikit rasa kecewa. Ia memandang keluar jendela, melihat tetesan air hujan yang masih setia menempel di kaca, mengaburkan pemandangan di luar. "Ya udah kalau gitu, berarti gue bawa pulang lagi rotinya yang satu," gumamnya pelan, dan bibirnya mengerucut tanda ia sedang ngambek.
Nathan melirik sekilas ke arahnya, menyadari perubahan ekspresi di wajah Jevian. "Kok gitu, sih? Habisin, Jev!" Nathan mendesah, mencoba menurunkan tensi ketidakpuasan yang mulai merambat di antara mereka.
"Tapi gue udah kenyang," jawab Jevian cepat, suaranya terdengar tegas, meski agak menghindar dari konfrontasi.
Nathan mendengus pelan, merasa frustrasi. "Tapi kan lo baru makan roti satu doang, Jev? Segitu mana kenyang?! Itu kurang, tambah lagi, lah. Mama kan bawain dua buat lo," balasnya dengan sedikit nada cemas. "Nggak usah disisain segala!"
Jevian menggeleng pelan, tetap pada pendiriannya. "Tapi gue beneran nggak mau lagi, Nath," jawabnya dengan nada yang menunjukkan bahwa ia tak mau berdebat lebih jauh.
"Haduh, susah banget sih lo kalau disuruh makan. Selalu aja nggak pernah habis! Nanti kalau ditanya mama kenapa rotinya nggak dihabisin gimana?!" Nathan mulai terdengar sedikit kesal, merasa khawatir kalau Jevian bakal kena teguran dari mamanya.
Jevian pun menoleh, menatap Nathan dengan tatapan kesal. "Ya makanya cepetan bantuin habisin, dong!" sergahnya, sedikit memaksa.
Nathan terdiam sejenak, berpikir cepat. Ia sudah sarapan banyak di rumah, tapi demi membuat sepupunya senang, akhirnya ia menyerah. "Ya udah ya udah, sini gue abisin," ucap Nathan, tangannya cepat mengambil roti dari dalam kotak bekal Jevian. Dalam satu gerakan cepat, separuh roti itu sudah berpindah ke dalam mulutnya, dan ia mulai mengunyah dengan ekspresi datar.
Melihat itu, Jevian yang tadinya cemberut seketika tersenyum lebar, rasa kesalnya hilang seiring dengan setiap gigitan yang diambil Nathan. Ia merasa puas, seolah berhasil memenangkan sesuatu yang lebih dari sekadar roti.
Nathan melirik Jevian yang kini tersenyum, dan ia tak bisa menahan diri untuk tak mengomel lagi. "Apa lo senyum-senyum?! Habis ini jangan lupa obat sama vitaminnya diminum loh, Jev! Awas lo kalau nggak mau minum obat, gue gigit lo ntar!" Nathan setengah mengancam, tapi dalamnya ada perhatian yang tak terbantahkan.
Jevian tertawa kecil, senang melihat sepupunya begitu peduli. "Iya-iya. Nanti habis ini juga langsung gue minum kok obat sama vitaminnya. Belum jadi dokter beneran aja lo udah bawel gini ke gue, Nath. Apalagi nanti kalau lo udah beneran jadi dokter, pasti lo bakal lebih bawel lagi, kan?" ucapnya sambil menatap Nathan dengan tatapan yang penuh canda.
Nathan tersenyum kecil, merasa bangga dengan impiannya yang sudah hampir terwujud. "Ya itu sih bukan bawel, Jev. Gue kan cuma ngingetin. Nanti kalau gue udah resmi jadi dokter, bawelnya gue ke lo makin bertambah juga karena gue lagi ngelaksanain kewajiban gue sebagai dokter. Kan gue wajib dong ngingetin pasien gue buat minum obat tepat waktu? Apalagi kalau pasien gue sepupu gue sendiri, pasti gue harus lebih ekstra ngingetin," jawab Nathan, masih sambil mengunyah suapan terakhir dari roti yang diberikan Jevian.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVNATHAN || JENO × JAEMIN
Teen FictionDILARANG PLAGIAT !!! ❌ Bagi yang belum baca cerita "MY FAMILY MY DOCTOR", disarankan buat baca cerita itu dulu sampai selesai ya karena cerita ini lanjutan dari cerita itu👌🏻