this way

565 46 1
                                    

Thanks buat vote ygy.

Enjoy~





























Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 8 malam. Namun Bianca baru saja tiba dipersimpangan jalan yang terdapat garis polisi itu.
Takut bercampur merinding, ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di kostannya.

Namun hingga tepat didepan pintu pagar kostan nya..

"Hi Honey" ucap Justin sambil bersandar di pintu pagar.

Bianca terkejut dan ia berpikir untuk lari, namun Justin sudah terlebih dahulu merangkulnya dan tersenyum.
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku pasti akan menemukanmu dimanapun kamu berada. Honey"bisiknya.

Bianca menatap tajam Justin.

"Ssttt.. kamu tau kan aku sangat menyukai kedua matamu itu."lagi lagi Justin tersenyum sambil membelai rambut panjang Bianca.

"Biarkan aku masuk. Aku mau beristirahat"ucap Bianca.

"Kiss me on my lips. Maka aku akan membiarkanmu kali ini"ucap Justin

"Kita sudah mengakhiri hubungan kita. Jadi aku mohon, please.. jangan ganggu aku lagi"balas Bianca.

"Mengakhiri hubungan kita? Aku tidak pernah menyetujuinya, itu keputusanmu sendiri"ucap Justin

"Stop Justin" Bianca melepaskan rangkulannya dari Justin.

"Jika kau meninggalkanku seperti ini, akan kuhancurkan kost an mu tanpa sisa" ucap Justin yang sukses menghentikan langkah Bianca

"Mau sampai kapan kamu bertindak sesuka hatimu?? Aku bukan bonekamu lagi. Jadi kumohon pergi dari sini sekarang" ucap Bianca dengan nada yang gemetar

"Hm?? Tapi kenapa itu terdengar seperti kumohon jangan pergi dari sini, masuklah dan tidur bersamaku. Haha" ucap Justin yang kemudian membelai wajah Bianca, ia mulai mendekatkan wajahnya untuk mencium Bianca. Namun Bianca membuang wajahnya kearah lain, ia menghindarinya.

Berkat tindakannya tersebut, itu sukses membuat Justin marah dan mendorong tubuh mungil Bianca hingga membentur pagar besi.

"Akh" Bianca meringis sambil memegangi bahu kirinya yang sepertinya ia sangat kesakitan

"Sakit? Apa itu sakit?!!" Justin menaikan nada bicaranya.

Bianca menghela napasnya, ia menunduk tak lagi berani menatap kedua mata Justin yang sedang dikuasi oleh amarahnya yang membabi buta itu.

"Dengar. Kamu tetap milikku. Yang berhak mengatakan itu hanya aku. Itu mutlak."ucap Justin seraya mengelus kepala Bianca yang tertunduk.

"Sekarang kamu masuk dan biarkan pintu kamarmu tidak terkunci. Lain kali aku akan datang menghampirimu dan membawakan makanan kesukaanmu"ucap Justin kemudian berjalan meninggalkan Bianca disana.

Melihat Justin yang kian melangkah jauh darinya, buru buru Bianca membuka pintu pagar dan masuk menuju unit kost nya.
Tak lupa ia juga mengunci pintu dan jendelanya.

Ia baru saja pindah disini. Belum ada seminggu baginya menempati kost an ini, namun haruskah ia pindah lagi?












..













Keesokan paginya.
Bianca kembali melewati garis polisi itu.
Namun kali ini perasaannya tidak lagi secemas kemarin. Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya untuk lepas sepenuhnya dari Justin.

Sesampainya dikampus ia melihat meja Siren sudah dicoret coret menggunakan darah?
Itu karena aromanya sangat berbau amis.

Terlihat Siren menangis ketika melihat Bianca yang baru saja tiba dikelas.
"Biiii.. aku takuttt"ucapnya.

"Ada apa ini??" Bianca mencoba menenangkan Siren yang sudah banjir air mata.

"Ngga tauu, pas aku dateng mejaku uda penuh sama coretan darah kayak gini" jelas Siren

"Kamu punya musuh ngga??" Tanya Abimanyu

Siren menggelengkan kepalanya
"Kamu kan tau sendiri, aku selalu bareng sama Bianca. Aku gapunya musuh disini"ucapnya

"Bukan disini, tapi diluar sana" ucap Ferrari.

Berkat kegaduhan dipagi hari tersebut. Akhirnya Siren diminta untuk menuju kantor dan staff kampus mengambil lalu menggantikan meja Siren dengan meja yang baru.

Bianca seakan tidak focus dengan pelajaran yang ia terima.
Kemarin baru saja ia melihat garis polisi berada dilingkungan tempat tinggalnya.
Sekarang ia melihat kejadian janggal seperti ini?
Sebenarnya apa yang terjadi akhir akhir ini?

Ddrrttt..

"Have a nice day honey"

Bianca mematikan daya ponselnya ketika ia kembali menerima pesan dari Justin. Ia benar benar sudah muak dengan semua ini.











..














Bianca membasuh wajahnya diwastafel dan bercermin. Ia menatap wajahnya, betapa tertekannya ia kali ini.
Siren, izin pulang karena mentalnya sedikit terguncang karena insiden tadi pagi.

Sesaat setelahnya, Bianca membalikkan badannya dan ia justru berpas pasan dengan kakak tingkat yang selalu ia kagumi, Nathan.

Seakan membisu, mendadak Bianca tidak dapat bergerak dan berbicara.
Ia hanya berfocus pada tatapan mata Nathan.

"Aku dengar, dikelasmu ada teror ya?" Ucap Nathan membuka pembicaraan.

"Ha?? Ah.. iya kak. Tadi pagi" ucap Bianca

"Aneh. Baru kali ini ada hal seperti ini terjadi dilingkungan kampus"balas Nathan lalu berjalan melewati Bianca untuk menuju wastafel yang ada dibelakang Bianca untuk mencuci tangannya.

"Pihak kampus pasti akan menutup kasus ini rapat rapat kan?" Tanya Nathan sambil menatap kearah cermin

Seketika Bianca membalikkan badannya untuk merespon ucapan kakak kelasnya itu.
"Harusnya sih seperti itu"

Terlihat Nathan tersenyum dan kemudian menundukan kepalanya untuk memudahkannya membasuh wajahnya diwastafel.
Namun dengan jelas Bianca dapat melihat senyum kakak kelasnya itu terlihat seperti..
Apa maksud dari senyum yang Nathan berikan itu?

"Yauda kak, aku balik ke kelas dulu" Bianca melangkah mundur dan membalikkan badannya untuk menuju kelasnya

Ia sangat senang dapat berbicara dengan Nathan. Karena Nathan terkenal tidak mudah berbaur dan berbicara dengan banyak orang.
Ia mengagumi sosok Nathan karena sikap dinginnya itu.

Namun apa yang membuat Nathan justru tidak suka banyak bicara dengan teman temannya yang lain?
Apa benar karena introvert atau hal yang lain?






















I'll be back soon
Ini ep. 2 ygy.

Lopyu
Mwah 🫶

Nathan Tjoe A On - Welcome To Ma DarksideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang