20. Trik kecil

8.1K 759 28
                                    

Tak lama berkuda ditengah malam, Isabella akhirnya sampai di perkemahan sementara suku barbarian. Sebenarnya Isabella cukup penasaran apa yang terjadi dengan tempat tinggal asli mereka.

Tidak lebih dari lima puluh perkemahan disini, kemah itu sendiri terbuat dari kayu serta atapnya dari daun pohon kelapa yang sudah kering.

Ada sekitar sepuluh pria suku barbarian yang berkumpul didepan kemah utama.

Xavier yang masih menunggangi kuda bersama Isabella melirik kesalah satu bawahannya, "Apakah tugasmu telah selesai?"

"Itu sudah selesai dilaksanakan, Dia juga sepertinya menyadari bahwa telah memakan umpan dan akhirnya memutuskan untuk kembali"

"Bagus" Sahut Xavier dan melanjutkan menuju kemah utama miliknya yang berada di tengah perkemahan.

Kuda berhenti mengikuti intruksi dari Xavier, "Turun"

Setelah turun dari kuda, Isabella digiring kevin menuju ke dalam kemah dan mengikat kedua tangannya disalah satu kayu penyangga kemah.

Isabella : " ..... "

Baiklah, setidaknya mulutnya tidak disumpal dengan kain.

........

Setelah berbicara dengan bawahannya, Xavier masuk dan bertemu dengan tatapan Isabella.

"Suamimu akan segera menjemputmu" Ujar Xavier.

Isabella mengangguk, "Tentu saja" Setelah berfikir sejenak ia berbicara kembali, "Apakah kamu akan melepaskan ku jika begitu?"

"Tidak"

Isabella mendengus, "Jadi apa yang akan kalian lakukan, bertarung tanpa alasan yang jelas?"

"Bernegosiasi dengan kamu sebagai jaminan" Jawab Xavier.

"Negosiasi tentang apa?"

"Yah.. Jika dia tidak mencampuri urusanku dan membiarkanku untuk menguasai wilayah Morales maka masalah selesai"

Isabella mengerutkan keningnya, "Ah begitu.. Aku ingin sedikit bertanya"

"Bukan posisimu untuk bertanya saat ini"

"Sebenarnya posisiku saat ini cukup penting, tanpa adanya aku kalian tidak akan bisa mencapai negosiasi." Isabella mendengus.

Xavier menghela nafasnya, "Baiklah, katakan"

Isabella mengangkat sudut bibirnya, namun dengan cepat menormalkan ekspresinya, "Bukankah kalian punya wilayah sendiri?, setahuku suku kalian paling tidak suka tentang perebutan wilayah"

"Itu benar, tapi juga salah"

Ekspresi Xavier semakin dingin, "Wilayah kami terletak tidak jauh dari perbatasan antar kerajaan, suku kami tidak pernah mencampuri urusan tentang kedua kerajaan. Namun, tidak lama ini terjadi perselisihan antara kerajaan Victo dan Raven yang menyebabkan kekacauan di wilayah kami."

Xavier mengepalkan tangannya, " Banyak anggota suku kami yang mati untuk melindungi keluarga Masing-masing, tempat tinggal hancur, serta kekacauan dimana mana."

Mengingat tragedi ini membuat Xavier ingin mematahkan leher pemimpin masing-masing kerajaan, mereka begitu egois.

Tragedi itu dimulai saat tengah malam, Orang-orang suku barbarian yang sudah terlelap tidak mengetahui bahwa perang antar dua kerajaan akan pecah di wilayah mereka.

Mengetahui ribuan pasukan kerajaan, Xavier hanya bisa mengatur sukunya yang tersisa untuk mundur menuju pegunungan. Anggota suku mereka awalnya sudah tidak lebih dari seribu namun karena tragedi ini jumlah mereka semakin sedikit.

Mendengar ini Isabella hanya bisa menggigit lidahnya, kerajaan Raven.. Itu adalah kerajaan yang menginvasi desanya dulu dan membuat suaminya meninggal.

Setelah mengingat kembali, suku barbarian di kehidupan sebelumnya telah bergabung dengan kerajaan Raven. Mungkin kerajaan Raven memberikannya sebuah negosiasi yang bagus hingga Xavier setuju untuk bergabung.

"Jadi... Apa alasanmu untuk menyerang wilayah Morales?"

Xavier mendengus, "Tidak ada alasan, saat ini aku hanya membutuhkan wilayah dan sumber daya untuk menghidupi sukuku"

Apakah butuh alasan untuk melakukan ini semua?, sukunya ikut terbantai dalam perang tanpa alasan juga.

"Itu bagus jika tidak ada alasan"

Xavier : "...."

Isabella mengedipkan matanya beberapa kali hingga akhirnya menghela nafas seperti telah memutuskan sesuatu, " Aku kira kamu menyerang wilayah Morales karena sesuatu, jika itu tanpa alasan maka itu bagus."

"Mengapa" Xavier mau tak mau bingung dengan ucapan Isabella.

"Sebenarnya aku memiliki ide untuk suku kalian tinggal di wilayah kami, Desa Arakan"

"Wilayahnya cukup luas, karena penduduk desaku juga sedikit itu menyebabkan sebagian wilayah tidak dihuni. Kalian bisa mendirikan tempat tinggal disana, untuk masalah sumber daya uh.. Sebenarnya kami belakangan ini sedikit mengalami masalah ekonomi namun tenang saja! Aku memiliki proyek yang bagus dan percaya dengan ini ekonomi desa akan stabil."

"Ah... Benar sekali, kalian tidak suka diatur bukan? Itulah alasan suku kalian tidak ingin bergabung dengan kerajaan. Tenang saja, suamiku dan aku berjanji tidak akan menyusahkan kalian. Kecuali kalian melakukan tindakan yang jahat"

Xavier menatap wanita yang terus mengoceh didepannya, anehnya ia tidak merasa risih dan tidak keberatan mendengarkannya. Tersadar akan tatapan Xavier Isabella terbatuk ringan, "Ah maaf, aku terlalu bersemangat tanpa memikirkan pendapatmu"

Xavier melambaikan tangannya mengatakan bahwa itu tak masalah, "Itu sebenarnya baik baik saja, tapi apa timbal baliknya?"

Berfikir bahwa Isabella bersedia untuk menampung sukunya, itu pasti dia menginginkan sesuatu.

Namun Isabella terdiam disana nampak seperti berfikir keras.

Xavier mengerutkan keningnya, apakah wanita ini benar-benar tulus membantu tanpa memikirkan timbal balik apapapun?.

"Sebenarnya kalian tinggal dengan tenang didesaku itu sudah lebih dari cukup, aku hanya merasa iba melihat anak anak tidak mendapat tempat tinggal serta sumber daya yang layak" Isabella sebelumnya melihat disepanjang perkemahan anak anak kecil yang lesu dan memakai baju compang camping.

"Ah! Aku ingat, kalian bisa membantu untuk memanen di sawah kami. Aku ingat itu kekurangan orang untuk melakukannya"

"Hanya itu?"

Isabella menganggukkan kepalanya.

Isabella tersenyum licik dalam hatinya, membunuh dua burung dengan satu batu. Ah tidak.. Tiga burung dengan satu batu.

Mendapat upah jasa militer dari count Morales tanpa pertumpahan darah, suku barbarian yang mendominasi masuk di wilayahnya dan yang terakhir masalah pekerja panen. Hehe, ini cukup bagus.

"Kalau begi-" Tak sampai Xavier menyelesaikan ucapannya, teriakan Rafael terdengar di depan kemah.

"DIMANA KAU SEMBUNYIKAN ISTRIKU, BAJINGAN!"

"ENYAHLAH"

Rafael sepertinya sedang menghadapi suku barbarian diluar.

Xavier mendengus, "Dia sudah sampai"

****

Vote yh

Komennya jangan lupa, jika bisa yang berhubungan tentang novel

Udah pertengahan tahun aja nih wkwkwk

Rafael : "Sepertinya akhir akhir ini adeganku semakin sedikit ╥﹏╥, istriku mendapat banyak adegan dengan orang asing! Benci author! "

Author : "...."



My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang