Matahari bersinar cerah, mengintip malu melalui hordeng kamar Megan. Akan tetapi, wanita cantik itu masih enggan untuk membuka mata, karena rasa kantuk yang luar biasa masih senantiasa mempengaruhinya.
Namun, dia seketika teringat dengan kondisi rumah yang saat ini dia tempati, membuatnya cepat-cepat mendudukkan badan dan tatapannya langsung tertuju ke arah pintu kamar yang masih terbuka.
Kebingungan menguasai pikirannya. Jelas-jelas semalam dia sangat ketakutan, tetapi kenapa dia berakhir dengan tidur tanpa rasa takut sedikit pun. Sungguh, sekarang pertanyaan besar memenuhi pikirannya.
Ketika nyawanya sudah terkumpul dan ia teringat dengan ucapan wanita paruh baya kemarin, ia dengan cepat turun dari tempat tidur. Memungut ponsel, dompet, kunci mobil dan berkas penting yang sempat dia persiapkan semalam.
Setelah itu, dia dengan cepat berlari ke arah pintu, tetapi pintu itu tiba-tiba tertutup dengan keras. Membuatnya terperanjat dan reflek meneriakkan umpatan. Namun, dia langsung menutup mulutnya.
“Aku tidak sengaja mengumpat. Maafkan aku … maafkan aku.” Megan langsung menjatuhkan lututnya di lantai dan menyatukan kedua telapak tangannya. Jantungnya saat ini berdebar dengan cepat. Keringat mengalir mengalir di punggungnya dan napasnya terasa mencekat, diiringi rasa takut jika hantu itu membunuhnya.
Hawa dingin di kamar itu semakin mencengkam, membuat wanita pemilik wajah Asia yang tengah berlutut di depan pintu mulai bergetar ketakutan.
“Ma-maafkan aku.” Megan masih mengucapkan kata maaf dengan suara yang semakin bergetar.
Namun, matanya seketika membulat ketika tubuhnya berdiri sendiri tanpa ia kendalikan dan dia berjalan sendiri ke arah tempat tidur. Ia berusaha untuk mengendalikan tubuhnya, tetapi bagaikan tubuhnya tidak miliknya lagi, dan dia sama sekali tidak bisa mengendalikannya. Hingga, sekarang dia sudah duduk di sisi tempat tidur.
Rasa takut, bingung, cemas dan was-was, semuanya bercampur menjadi satu. Keringat semakin bercucuran dari tubuhnya dan jantungnya semakin berdebar dengan cepat seakan tengah berlari dengan jarak yang begitu jauh.
Awalnya dia tidak percaya dengan hal mistis ataupun hantu, tetapi saat ini dialah yang mengalami sendiri.
Tangannya tanpa dituntun terangkat sendiri. Menyalakan ponselnya. Mengetikkan kata demi kata di layar benda pipih itu tanpa bisa dia kendalikan.
[Jangan berniat melarikan diri dari rumah ini, atau kau akan berakhir mengenaskan!] isi dari kalimat yang dia tuliskan tanpa bisa dikendalikan pada ponsel itu.
“Brengsek! Bukankah kehadiranku tidak diterima di rumah ini?” Megan seketika terkejut tiba-tiba mulutnya bisa digunakan dengan normal. Dia memejamkan mata seraya merutuki kalimat yang terlontar dari mulutnya tadi. Ia yakin hantu itu akan marah.
Akan tetapi, tangannya kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya. [Kau berbeda. Tetaplah di sini, aku tidak akan menyakitimu. Anggap rumah ini seperti rumahmu sendiri]
“Memang kau tidak menyakitiku, tapi kau memperkosa, dan aku yakin kau juga yang membunuh kekasihku, Hantu Mesum Sialan!” lagi-lagi mata Megan terbelalak hingga bukaan penuh. Dia tidak berniat berbicara seperti itu. Sungguh, tadi dia mengucapkan kata-kata itu di dalam hatinya, tapi kenapa mulutnya yang berbicara?
Hawa yang sebelumnya dingin, berubah semakin dingin dan semakin mencengkam. Megan merasakan sebuah kemarahan yang begitu besar, dan dia merasakan seseorang mendekat ke arahnya, tetapi tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan, bahkan sekarang bibirnya tidak bisa berbicara lagi.
Rasa takut kembali menghampirinya. Dia semakin berkeringat dan tubuhnya bergetar. Hidungnya menangkap aroma wangi yang biasanya berada di dekat pintu. Sekarang aroma itu membuatnya tenang, dan ia dengan refleks memejamkan mata ketika merasa sesuatu yang dingin tapi lembut menempel pada bibirnya dan dia juga merasakan pergerakan lembut seakan bibirnya tengah dilumat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong 21+++
Random⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️ Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak merasakan apa-apa dan juga tidak terjadi apa-apa. Hingga suatu pagi dia terbangun dal...