Tepat pada pukul 12 malam, Megan terbangun dari tidurnya dengan rasa sakit dan pusing yang mendera kepalanya. Dia meringis dan memegang kepalanya sendiri seraya membuka mata dengan perlahan.
Setelah rasa pusing itu mereda dan kesadarannya sudah terkumpul, dia dengan perlahan mendudukkan tubuhnya dan dia kembali memegang kepalanya sendiri.
Utuh.
Kepalanya masih terasa utuh, bahkan tidak terjadi apa-apa dengan kepalanya. Padahal sebelumnya dia terjatuh dari ketinggian delapan meter dan membuat kepalanya hancur. Apakah kejadian itu hanyalah mimpi?
Dia mulai mengedarkan pandangan ke sekeliling. Yang dia jumpai hanyalah gelap gulita tanpa penerangan apa pun dan tanpa secercah pun cahaya.
Tangannya meraba-raba tempat yang saat ini dia duduki. “Apakah ini ranjangku?” gumamnya ketika merasakan benda yang didudukinya terasa empuk.
Dia dengan meraba-raba sekitar mencoba untuk turun dari tempat yang dia duduki saat ini. Membawa langkahnya entah ke mana di tengah kegelapan tanpa pencahayaan itu.
Ketika dia baru saja berjalan sekitar dua langkah dari tempatnya, dia merasa tubuhnya menabrak sesuatu yang tinggi dan dingin, serta aroma yang familiar tercium di indra penciumannya. Sepertinya dia tahu apa yang tengah dia tabrak.
Tangannya terangkat. Dalam kegelapan yang gelap gulita, tangannya meraba tubuh makhluk yang berada di depannya. “Apakah ini kamu?” tanyanya. Dia langsung memeluk tubuh makhluk itu dan seketika suasana yang tadinya gelap menjadi terang.
Benar saja. Ternyata dia berada di kamarnya sendiri. Padahal sebelumnya dia berniat untuk melarikan diri.
Dia mengalihkan pandangan untuk melihat makhluk yang saat ini masih dia peluk. Namun, tetap saja dia tidak melihat apa-apa meskipun dia merasakan tubuh tinggi dan kokoh makhluk yang dia peluk.
‘Aku sudah memberi peringatan kepadamu untuk tidak berniat melarikan diri dari rumah ini!’
Bisikan halus yang begitu mengerikan dan penuh dengan kemarahan terdengar jelas di telinga Megan. Tubuhnya langsung menggigil kedinginan setelah mendengar bisikan itu.
“Jadi, aku sedang tidak bermimpi? Dan bagaimana bisa aku kembali ke rumah ini?” Megan melepaskan pelukannya dari makhluk itu dan memeluk tubuhnya sendiri karena ia merasa sangat kedinginan. Akan tetapi, tidak ada jawaban dari makhluk itu.
Megan mencoba untuk mengangkat tangannya lagi, tetap dia tidak lagi merasakan keberadaan makhluk itu.
”Kamu di mana?” Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Namun masih tidak mendapat jawaban dari makhluk itu.
“Aku minta maaf karena sudah berniat pergi dari rumah ini. Tapi, jujur aku takut tinggal di rumah ini,” ucapnya, berusaha untuk menjelaskan.
“Rumah ini bekas pembunuhan satu keluarga besar. Setelah itu juga ada mahasiswa yang gantung diri di rumah ini, tepatnya di pintu kamar ini, dan ada keluarga yang mengalami kecelakaan setelah menempati rumah ini … selain itu, aku yakin kematian kekasihku masih ada hubungan dengan rumah ini … aku sangat takut untuk tinggal di rumah ini lagi dan aku ingin per—Akhhhhh!”
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Megan mendesah ketika lehernya dijilat dan dihisap dengan kuat. Dia merasa makhluk itu ada di belakangnya dan memeluknya.
“Ughhh … apa yang kamu lakukan?” tanya Megan sembari mendesah ketika tangan Metheo memasuki roknya dan juga memasuki celana dalamnya.
Tangan dingin itu mengusap organ sensitifnya tanpa bisa dikendalikan dan tanpa dia bisa memberontak, membuatnya merasa aneh dan basah akibat sentuhan dari tangan kokoh dingin tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong 21+++
Random⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️ Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak merasakan apa-apa dan juga tidak terjadi apa-apa. Hingga suatu pagi dia terbangun dal...