9. Mimpi nikmat yang terasa nyata

137K 1.7K 19
                                    

“Jae, kamu kenapa?” tanya Megan dengan wajah yang terlihat kebingungan. Dia menyusul pria yang merupakan kekasihnya itu, tetapi pria itu sudah terlebih dahulu meninggalkan rumahnya.

Hatinya masih bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kekasihnya, tetapi dia tidak menemukan jawaban apa-apa. Dia kembali memasuki rumah dan membawa langkahnya menuju kamar yang sebelumnya ditempati oleh Sang Kekasih.

Mengedarkan pandangan di kamar tersebut. Berusaha mencari ada yang aneh dan janggal, tetapi kamar itu dalam keadaan yang baik-baik saja, dan di sana juga masih terdapat barang-barang milik kekasihnya. Seperti koper dan lain sebagainya.

Masih dengan pikiran yang penuh dengan kebingungan, dia keluar dari kamar itu dan mendudukkan tubuhnya di kursi ruang tengah sembari menyalakan televisi. Ia sengaja melipat kakinya dan menyandarkan punggungnya agar tidak terlalu merasa dingin. Namun, tidak berselang lama, rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya.

“Sebenarnya ada apa dengannya?” gumamnya penuh tanya. Pikirannya semakin tidak tenang memikirkan kekasihnya, tetapi rasa kantuk yang luar biasa membuat matanya terasa berat.

Dia berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah dapur. Menyeduh secangkir kopi pahit untuk menghalau rasa kantuknya sembari menunggu kepulangan Jae.

Setelah kopi hitam itu berada di dalam gelasnya, dia membawa keluar dari dapur dan kembali duduk di tempat duduk yang dia tempati sebelumnya sembari menyeruput dengan pelan. Dia juga berusaha untuk menghubungi kekasihnya, tetapi bunyi suara ponsel terdengar dari kamar yang ditempati oleh kekasihnya tadi. Yang artinya kekasihnya tidak membawa ponsel.

Tidak membutuhkan waktu lama. Dia benar-benar menghabiskan kopi pahit yang ia buat. Matanya benar-benar segar. Namun, itu tidak bertahan lama, beberapa saat kemudian rasa kantuk luar biasa kembali menyerangnya.

Dia mengupayakan agar tetap terjaga dengan membuka lebar kedua matanya, tetapi bagaikan terdapat angin lembut yang meniup matanya, dengan perlahan matanya terpejam.

“Kenapa aku masih mengantuk?” tanyanya. Dia kembali membuka lebar kedua matanya karena dia hampir saja ketiduran. Berdiri dari duduknya, melangkah ke arah jendela dan melihat keadaan malam diluar.

Rasa kantuk itu semakin kuat menyerangnya. Hingga pada akhirnya dia menyerah dan membawa langkahnya menuju lantai atas. Memasuki kamarnya dan membaringkan tubuhnya pada ranjang.

Bagaikan ditarik ke dalam pusaran mimpi yang sudah sangat menunggunya dengan segala hal yang ada di alam mimpi. Tidak berselang lama, dia pun benar-benar tertidur. Melupakan rasa cemas yang sebelumnya dia rasakan terhadap kekasihnya yang tiba-tiba saja meninggalkannya dengan keadaan yang ketakutan.

Hanya berselang beberapa menit. Lampu kamar itu tiba-tiba mati. Pintu balkon terbuka dengan lebar dan hembusan angin memasuki kamar, membuat hordeng-hordeng bergerak liar—seolah-olah menari di bawah kekuatan yang tak terlihat. 

Kursi, lemari dan meja rias maupun meja belajar milik Megan terseret dengan hempasan kuat ke arah dinding, membuat gemuruh yang menakutkan. Aura dingin yang sangat mencengkam memenuhi ruangan, seakan tengah memperlihatkan sebuah kemurkaan dan kemarahan. Namun, bukannya terbangun, tidur Megan malah semakin nyenyak.

Dari pintu balkon terdapat jejak-jejak darah yang membentuk telapak kaki seakan tengah melangkah demi langkah menuju ranjang. Bukan hanya jejak telapak kaki, tetapi juga terdapat tetesan demi tetesan yang jatuh ke lantai. Semakin dekat dan mendekat ke arah ranjang yang ditempati oleh Megan, sehingga saat ini darah itu menetes ke wajah Megan.

Seakan sesuatu yang basah mengganggu wajahnya. Megan mengusap wajahnya dengan punggung tangannya sembari mata yang masih terpejam. Namun, darah yang sebelumnya dia usap tadi sama sekali tidak meninggalkan bekas di tangannya, dan dia kembali melanjutkan tidurnya seraya memiringkan tubuh ke arah samping.

Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong 21+++ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang