33. 🔞 sarapan penuh khidmat

81.1K 593 24
                                    

Sesuai dengan janjinya sebelumnya, Megan benar-benar mentransfer uang kepada para sahabatnya. Dia hanya mentransfer kepada Anne dan Madelca, sedangkan Rose masih belum karena Rose belum tahu perkiraan harganya berapa. 

Uangnya yang di dalam kartunya belum berkurang, tapi sekarang dia sudah kedatangan tumpukan uang lagi. Sungguh, Megan merasakan hal itu adalah mimpi. 

Sepelan apa pun dia mencubit lengannya, yang ia rasakan adalah sakit. Sungguh, ia tidak ingin apa yang ia rasakan itu adalah mimpi. 

“Sudah berapa kali aku katakan bahwa ini bukan mimpi,” ujar Metheo yang bisa membaca pikiran Megan. 

“Syukurlah jika bukan mimpi,” jawab Megan sambil tersenyum lebar, menampakkan seluruh deretan gigi rapinya. 

“Mm, Metheo, aku ingin ke kamar, aku lelah.”

Belum sempat Megan mengedipkan matanya, mereka sudah berada di kamar mereka. 

“Istirahatlah. Kau terlihat kelelahan karena menghamburkan uang.” Metheo menarik tubuh Megan ke dalam dekapannya dan dengan kekuatannya menarik selimut menutupi tubuh mereka berdua. Tapi walaupun Megan sudah mengantuk, dia masih belum bisa tidur. 

“Kenapa belum tidur?” tanya Metheo. Menatap wanita yang berbeda dunia dengannya itu. 

“Entahlah … hoaamm …,” jawab Megan sambil menguap. “Aku mengantuk, tapi tidak bisa tidur,” lanjutnya. 

“Mungkin kau mendapat karma karena sudah mencuri,” ujar Metheo sembari terkekeh kecil. 

“Ck.. Tidak mungkin, aku tidak percaya dengan hal-hal seperti itu.”

Metheo hanya tersenyum mendengar jawaban Megan. Mengeratkan tangannya memeluk tubuh Megan. 

“Metheo….” 

“Heum?” 

“Apakah kamu bisa membaca pikiranku saat ini?” tanya Megan sembari mendongakkan kepalanya, menatap wajah hantu tampan tersebut. 

“Bisa, tapi acak. Kau terlalu banyak pikiran,” jawab Metheo, masih mendekap tubuh Megan. 

“Apakah kamu juga bisa membaca pikiran para sahabatku?”

“Bisa.”

“Apa yang mereka pikirkan tentangku?” tanya Megan penasaran. 

“Mereka tidak percaya bahwa kau akan membelikan apapun yang mereka inginkan.”

“Bukan tentang itu. Bagaimana tanggapan mereka bersahabatan denganku?” Megan meluruskan pertanyaannya agar dimengerti oleh makhluk tampan itu. 

“Apakah kau meragukan mereka?” sekarang Metheo lah yang bertanya. Dia menurunkan pandangannya dan menatap wajah cantik Megan yang saat ini terlihat tidak begitu bersemangat dan juga mengantuk. 

“Menurutku mereka memang sebenarnya baik kepadaku. Tapi entahlah, aku juga tidak tahu. Karena itulah aku bertanya kepadamu.”

“Jika memang mereka tidak baik kepadamu, mungkin sedari awal aku bertemu dengan mereka aku sudah memusnahkan mereka,” jawab Metheo dengan begitu enteng. 

“Cih, kamu terlalu berlebihan,” ujar Megan menggeliatkan matanya sembari mengubah posisinya agar semakin nyaman di pelukan makhluk dingin itu. 

“Aku melihat persahabatan kalian layaknya saudara kandung. Saling mengejek, menghina dan mencaci-maki, tapi kali saling menjaga … dan yang paling penting kalian saling mengkhawatirkan satu sama lain.”

“Apakah yang kau katakan itu adalah benar?” Megan memicingkan matanya menatap Metheo. Memastikan jawaban makhluk itu. 

“Hum. Apa yang kau rasakan kepada sahabatmu itu jugalah yang mereka rasakan terhadapmu,” jawab Metheo. 

Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong 21+++ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang