24. kamar mayat

69K 1.5K 73
                                    

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah aku terlalu tampan?” tanya hantu yang berada dalam wujud manusia itu ketika Megan selalu menatapnya dengan ekspresi yang tidak percaya.

“Apakah kau benar-benar hantu itu?” tanya Megan untuk memastikan dan untuk memenuhi rasa penasarannya. Namun, tiba-tiba makhluk itu menghilang begitu saja, membuatnya seketika mengedarkan pandangan ke sekeliling, tetapi detik berikutnya ia merasakan sapuan lembut dan dingin pada lehernya.

Dia sangat ingat dengan rasa itu dan hal tersebut sudah cukup membuktikan bahwa pria itu benar-benar makhluk yang dia kenal.

“Metheo, jangan bermain-main!” serunya ketika merasakan sapuan dingin yang basah pada lehernya dan juga bokongnya terasa dir3mas.

“Kenapa? Bukankah kau menyukainya dan sangat mendambakan sentuhanku?” tanya Metheo yang sudah kembali menampakkan wujud aslinya dan menatap Megan dengan tatapan lekat.

Jantung Megan berdetak dengan cepat. Degupan di dadanya menggila. “Ka-karena aku sudah tahu wujud aslimu,” jawab Veera dengan gugup.

“Apakah ada yang salah? Apa kau tidak ingin melihat wajah asliku?” Metheo membawa tubuh Megan ke atas pangkuannya. Meraih dagu Megan agar wanita itu melihat ke arahnya, dan sekarang mata mereka saling bertemu. Membuat pipi Megan bersemu merah.

‘Arg! Jantungku tidak aman!’ batin Megan karena jantungnya berdebar tidak karuan.

Metheo tersenyum. Mendekatkan bibirnya ke telinga Megan. “Aku bisa membaca pikiranmu,” bisiknya.

Mata Megan seketika terbelalak lebar dengan bukaan penuh. Saat ini dia bukan bersemu karena degupan gila di jantungnya lagi, melainkan karena malu. Rona merah itu menjalar hingga ke telinganya.

“Yakk! Jangan lakukan itu, itu adalah privasiku!” marahnya, tetapi terlihat menggemaskan di mata makhluk yang menampakkan diri itu.

“Tidak bisa, aku senang mendengar kata hatimu dan membaca pikiranmu,” ucap Metheo seraya tertawa pelan.

“Metheo, jangan membuatku malu!” ujar Megan dengan pipi yang semakin memerah.

“Jangan merona seperti itu, kau membuatku ingin memasukimu lagi,” bisik Metheo mendekatkan wajahnya ke arah Megan.

Mendengar hal itu, membuat Megan kesal dalam artian sangat malu. Ia turun dari pangkuan dan hendak meninggalkan makhluk yang ternyata sangat tampan itu, tetapi tangannya ditahan oleh makhluk tersebut.

“Kau mau pergi ke mana? Apakah kau benar-benar tidak ingin melihat wujud asliku? Jika begitu, mulai dari sekarang aku tidak akan pernah menampakkan wujud asliku lagi kepadamu, agar aku masih bisa dekat denganmu,” ucap Metheo bersungguh-sungguh.

“Bukan seperti itu. Aku hanya belum terbiasa dengan wujud aslimu dan aku merasa malu setelah apa yang kita lakukan,” jawab Megan dengan jujur. Suaranya teredam karena ia membenamkan wajahnya pada dada kokoh Metheo. Tapi meskipun begitu, Metheo mendengar dengan jelas ucapan Megan.

“Kenapa harus malu?”

“Aku malu karena memintanya untuk melakukan s*ks denganku. Aku juga sangat malu mengingat kejadian semalam dan tadi pagi.” wajah Megan saat ini sudah semakin memerah, tetapi untung Matheo tidak melihatnya karena ia masih menyembunyikan wajahnya di dada pria itu.

“Kau sudah mengingat kejadian semalam?” tanya Metheo. Tangannya terangkat, mengusap rambut hitam Megan dengan lembut.

“Iya. Ketika kau mengatakan bahwa kau adalah makhluk itu, aku tiba-tiba mengingat semuanya,” jawab Megan.

“Aaaaa aku bersikap seperti orang gila ketika mabuk.” Megan semakin membenamkan wajahnya pada dada Metheo ketika dirinya semakin merasa malu.

Metheo sedikit mengangkat kepala Megan dan menatap mata indah Megan. “Kau terlihat sangat menggemaskan ketika merona seperti ini.”

“Cih, menyebalkan!”

Megan dengan cepat menjauh dari Metheo karena jantungnya semakin tidak aman. Dia membawa langkahnya ke lantai dua dan menuju kamarnya. Ketika membuka pintu kamar, ternyata Metheo sudah berada di sana dan duduk manis di sisi ranjang.

“Oo iya, aku lupa bahwa kau adalah setan,” ujar Megan. Dia memasuki kamar dan kembali menutup pintu kamarnya. Lalu berjalan ke arah ranjang yang terdapat Metheo berada.

***

Saat ini Megan dan Metheo sedang berada di depan TV besar yang ada di lantai utama. Mata mereka bukan kepada TV yang menyala, mereka saling bertatapan, disertai obrolan ringan.

“Aku penasaran kenapa kamu bisa meninggal, dan siapa keluargamu sebelumnya?” tanya Megan, menatap mata Metheo.

Metheo tiba-tiba mengubah posisi duduknya dan mengangkat tubuh Megan yang jauh lebih kecil dari tubuhnya. Mendudukkan di atas pangkuannya. Sekarang mereka terlihat seperti sepasang kekasih.

“Sungguh, aku tidak bisa mengingat apa-apa. Yang aku tahu namaku adalah Metheo. Lain dari itu aku tidak tahu,” jawab Metheo. Sorot matanya mengatakan keseriusannya.

“Kamu bisa menampakkan wujud aslimu. Lalu, kenapa kamu tidak meminta tolong kepada polisi?” tanya Megan. Terlalu banyak pertanyaan yang berkela di kepalanya, terutama tentang pria di hadapannya saat ini.

“Aku memang bisa jalan-jalan diluaran sana, tapi tidak akan dilihat oleh orang. Aku hanya bisa menampakkan wujud asliku di rumah ini.”

“Kenapa bisa seperti itu? Ada apa antara kamu dengan rumah ini? Apakah kamu meninggal di rumah ini, atau apakah kamu mahasiswa yang gantung diri di depan kamar yang dikatakan oleh tetangga kepadamu?” tanya Megan yang tiba-tiba percakapannya dengan tetangga rumahnya beberapa waktu lalu.

Selain itu, Metheo juga mengatakan bahwa kamar yang ia tempati saat ini adalah kamar makhluk itu.

“Entahlah. Aku tidak tahu,” jawab Metheo. Dia sudah berusaha untuk mengingat-ingat siapa dirinya dan apa yang terjadi dengan dirinya, tetapi dia tetap tidak memiliki memori apa-apa.

“Hm … apakah kamu sudah lama berada di rumah ini?” tanya Megan, sudah melingkarkan tangannya di leher hantu tampan itu. Dia sudah tidak malu-malu lagi seperti kemarin ketika pertama kali melihat wujud asli makhluk yang selalu bersamanya di rumah itu.

“Sudah lumayan lama. Tapi aku tidak tahu kapan aku berada di rumah ini.”

Megan hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar jawaban Metheo. Namun, tiba-tiba dia merasa penasaran apakah semua hantu memiliki wujud yang sama seperti Metheo?

Belum sempat ia menanyakan isi kepalanya kepada Metheo, tetapi Metheo sudah menjawab terlebih dahulu.

“Tidak. Hanya aku satu-satunya yang memiliki wajah setampan ini,” jawab Metheo, yang seketika mendapat delikan mata dari Metheo.

“Jika kau tidak percaya. Aku bisa membuktikannya,” lanjut Metheo.

Dalam sekejap, mereka berada di tempat yang tidak Megan tahu. Namun, tempat itu penuh dengan aroma obat dan … entahlah. Membuat perasaan Megan menjadi tidak enak.

“Kita di mana?” Megan mengedarkan pandangan ke sekeliling, tetapi tanpa bertanya pun sepertinya dia sudah tahu mereka berada di mana saat ini.

‘Di Rumah Sakit. Lebih tepatnya di kamar mayat,’ jawab Metheo.

“WHAT?!” mata Megan seketika terbelalak.

“Kamu gila? Kenapa kamu membawaku ke sini?” Megan semakin mendekatkan tubuhnya kepada Metheo. Seluruh tubuhnya merinding berada di ruangan itu, ditambah lagi saat ini sudah malam meski masih pukul 20.00.

“Aku hanya ingin membuktikan bahwa akulah satu-satunya hantu tampan. Bersiaplah, aku akan membuka mata batinmu.”

“What? Kau gi—”

Belum sempat Megan menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba hidungnya dipenuhi oleh aroma busuk dan anyir yang membuat perutnya seketika mual, dan ketika dia mengalihkan pandangan, teriakan seketika menggema dari mulutnya.

“AAAAA!”

(Cek info visual setiap tokoh di sosial media author, ig : secrett_zr, fb : secrett_zr, TikTok : secrett_zr, dan join grup fb : Readers SecretZR)

Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong 21+++ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang