Megan seketika terduduk di lantai. Dia terlihat tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja dia ketahui dan dia tidak percaya dengan perkataan makhluk itu.
Kepalanya menggeleng pelan. Air mata semakin deras jatuh dari pelupuk matanya. "Tidak mungkin," gumamnya lirih. Kepala kembali menggeleng dengan tatapan sendu yang penuh akan penyesalan dan ketidakberdayaan.
"Tidak mungkin ... kamu pasti berbohong. Kamu pasti berbohong, kan? Kamu berbohong! Hiks!" Tangisannya pecah. Kepalanya tertunduk lesu dan dia tersedu-sedu sembari menggumamkan kata-kata dia tidak mungkin sudah meninggal.
Hening. Suasana di balkon tersebut sangat hening. Yang terdengar hanyalah suara isakan yang keluar dari bibir Megan. Dia tersendu-sendu dan badannya terlihat bergetar.
"Kamu berbohong!" serunya dengan tatapan yang terluka. Menatap ke arah depan yang ia yakini makhluk tersebut berdiri di sana.
"Kamu pasti berbohong!" ulangnya. Berdiri dengan cepat dari duduknya, kemudian kembali masuk ke dalam kamar. Ia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya dengan gerakan kasar.
"Hantu pembohong, semoga kamu mati dua kali!" bibirnya terus saja menggerutu dan merutuk makhluk yang sudah membuatnya meninggal itu.
"Dasar pembohong!" meski bibirnya terus menggerutu. Dia menolak untuk percaya dengan apa yang dikatakan oleh hantu itu, tetapi ia tidak dapat menangkisnya. Karena ia merasakan kesakitan yang luar biasa ketika ia jatuh ke dalam lubang.
Dia merasa belum begitu lama melewati masa kanak-kanak, tetapi sekarang ia sudah almarhum. Parahnya, mayatnya tidak akan bisa ditemui oleh orang, lalu bagaimana caranya mengabari keluarganya.
Setelah pakaian yang dia kenakan melekat di tubuhnya, dia pun berniat keluar dari kamar. Karena dia sekarang adalah hantu, itu artinya dia bisa menembus benda apa pun, termasuk pintu kamarnya.
Tanpa berpikir panjang, dia langsung menembus pintu kamarnya.
BRUK!
"Akhhh, hidungku!" ringisnya ketika merasakan sakit yang luar biasa pada hidungnya. Tangannya refleks mengusap hidungnya dan memastikan bahwa hidungnya tidak berdarah. Namun, dia mendengar suara cekikikan dari makhluk tersebut.
"Kenapa aku tidak bisa menembus pintu ini? Bukankah sekarang aku juga merupakan hantu, sama seperti dirimu? Apakah karena aku hantu baru?" tanyanya dengan raut bingung. Tangannya masih mengusap hidungnya karena hidungnya masih terasa sangat sakit.
Namun, tiba-tiba tubuhnya melayang di udara, membuatnya reflek melebarkan kedua tangan untuk menyeimbangkan tubuhnya dan dia berakhir di atas tempat tidur.
Seketika dia merasa takjub karena ia bisa terbang.
'Tenang saja, kau belum mati.' bisikan halus kembali mengalun di telinga Megan yang membuatnya reflek membulatkan mata.
"Apa? Kamu bercanda?" tanyanya. Sungguh dia saat ini merasa sangat bingung. Apakah kalimat itu hanya untuk menenangkannya atau memang dia belum meninggal.
'Kejadian di hutan hanya sebuah ilusi yang aku buat untuk memberikan sedikit pelajaran kepadamu.' Lagi-lagi suara halus itu terdengar di pendengaran Megan.
"Lalu bagaimana aku bisa sampai di sini? Aku masih sangat ingat bahwa aku sebelumnya kuliah dan berkumpul dengan teman-temanku. Tidak mungkin itu juga hanya ilusi," tanyanya. Dia masih sangat kebingungan.
'Tidak. Kau kuliah dan berkumpul dengan teman-temanmu, serta kau ingin pindah ke apartemen temanmu, bukanlah ilusi. Tapi kau berkendara ke sini sendiri, di bawah kendaliku,' jawab makhluk itu.
'Jangan pernah berniat melarikan diri lagi dariku.'
Wajah Megan seketika mengeras. Dia tampak kesal. "Kamu mengerjaiku? Keluarkan wujud aslimu! Aku akan memberikan pelajaran kepadamu!" Berdiri dari duduknya dan mengepalkan kedua tangannya, seakan dia tengah menantang makhluk yang tidak kasat mata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong 21+++
Random⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️ Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak merasakan apa-apa dan juga tidak terjadi apa-apa. Hingga suatu pagi dia terbangun dal...