30. Pilihan Terakhir

762 42 52
                                    

Malamnya, Yn tetap merayakan ulang tahunnya dengan Yoongi. Berdoa dalam hati lalu meniup lilin yang ada di atas kue ulang tahunnya.

"Maaf. Aku tidak sempat membelikanmu hadiah karena aku tidak tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunmu. Tapi lain kali aku pasti akan memberimu hadiah yang layak." Ucap Yoongi, selepas Yn meniup kue ulang tahunnya dan kini tengah memotong kuenya untuk di berikan padanya

Yn mengangguk lalu menyodorkan sepotong kue untuk Yoongi. "Tak apa. Lagi pula aku tak terlalu suka hadiah ulang tahun. Merayakannya saja sudah cukup untukku."

"Benarkah?" Tanya Yoongi memastikan, sedangkan Yn hanya mengangguk mengiyakannya saja

Setelahnya, Yn pun kembali diam. Memakan kue ulang tahunnya bersama Yoongi  sembari diam-diam memikirkan permintaan maaf Jungkook tadi.

"Yoongi." Panggil Yn dengan lirih pada Yoongi, setelah terdiam cukup lama

Yoongi melihat ke arah Yn dengan alis yang mengernyit. "Ya. Ada apa? Apa kau butuh sesuatu?"

Yn menggeleng sembari menatap Yoongi dengan tatapan yang berubah sendu. "Jungkook sudah mengetahui kebenarannya dan tadi siang ia datang kemari, meminta maaf padaku sembari memintaku untuk kembali padanya."

Deg...

Yoongi lantas tertegun setelah mendengar penuturan Yn. Sesudahnya, ia meraih kedua tangan wanita itu dengan senyum tipisnya yang terlihat sedih. "Apa kau mau kembali kepadanya? Jika iya, aku tak apa. Kembali lah jika kau masih mencintainya."

Yn menggeleng dengan kepala yang menunduk, kemudian kembali menatap Yoongi yang tampak menunggu jawabannya. "Aku tak tahu. Hatiku sudah terlanjur sakit setelah dia tak mempercayaiku. Kini aku juga sudah baik-baik saja, dan itu semua berkat dirimu. Tapi jika aku memilih berpisah darinya, bagaimana dengan anak kami? Aku tidak ingin memisahkan mereka hanya karena rasa sakit hatiku padanya. Min Yoongi, aku harus bagaimana? Apa aku boleh bersikap egois untuk kebahagiaanku sendiri?"

"Aku juga tak tahu, karena kau yang merasakannya, bukan aku. Tapi, jika pilihanmu memang bisa membuatmu bahagia, lakukan lah. Jangan menahan perasaanmu jika pada akhirnya itu akan menyakitimu juga." Sahut Yoongi, lalu tersenyum simpul pada Yn

.

Esoknya, Jungkook kembali menemui Yn di apartemen Yoongi—selepas pemilik apartemen itu berangkat kerja.

Awalnya Yn belum siap untuk bertemu Jungkook lagi, tapi setelah pria itu memohon, akhirnya ia luluh juga untuk keluar dengannya.

Di sepanjang perjalanan, Yn hanya diam, berbeda dengan Jungkook yang tampak semangat mengajak Yn berbicara.

"Apa kau sudah mengecek jenis kelamin anak kita? Kalau iya, laki-laki atau perempuan?"

"Kapan lahirnya? Aku sudah tak sabar untuk menggendongnya?"

"Sudah punya nama untuknya? Jika belum, aku akan mencarikan nama yang sangat bagus untuknya."

"Apa kau ingin makan sesuatu? Jika iya, katakan saja. Biar aku beli kan."

Jungkook tak hentinya bertanya pada Yn, sedangkan yang di tanyai hanya diam sembari memalingkan wajahnya.

"Sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Yn, menoleh ke arah Jungkook setelah lelah mendengar celotehannya

Jungkook tersenyum simpul, sembari menoleh sebentar ke arah Yn. "Ketempat yang harusnya kita datangi sejak dulu."

.

"Jadi, ini yang kau maksud dengan tempat yang harusnya kita datangi sejak dulu?" Tanya Yn pada Jungkook, semasuknya mereka di ruangan yang dipenuhi pasangan suami istri yang tengah melakukan yoga berpasangan—dimana hal tersebut menjadi bekal persiapan untuk ibu menjelang persalinan

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang