"Ice..?" Blaze berlari menghampiri tubuh Ice yang tergeletak di rerumputan.
"Ice, bangun Ice" Blaze mengguncang tubuh Ice, untuk membangunkannya, namun tidak ada respon. Wajahnya begitu pucat, lebih pucat dari sebelumnya, dan tangannya begitu dingin.
Melihat kondisi Ice seperti ini, Blaze semakin emosi, dia menjadikan Gempa sebagai korban amukannya, sedangkan Ying dan Yaya, sedang menuju ke tepi jalan untuk menghentikan taxi, agar bisa membawa Ice ke rumah sakit.
"Lo itu bagaimana sih Gem, bahkan Ice ada masalah aja lo nggak tahu, sahabat macam apa lo ini hah?" Ucap Blaze mencengkram kerah baju Gempa, Gempa yang merasa dirinya bersalah hanya bisa pasrah dan membiarkan Blaze mengamuk padanya.
"Woy, kalian mau terus berkelahi disana atau antar Ice ke RS?" Teriak Ying menghentikan aksi Blaze.
Ying dan Yaya segera merangkul Ice dan membawa Ice ke dalam taxi, dengan dibantu oleh supir taxi itu sendiri. Taxi itu segera melaju ke rumah sakit.
Sedangkan Blaze dan Gempa masih menetralkan napas mereka masing-masing.
"Lo mau ikut gue atau nggak? Kalo mau ikut buruan" Ucap Blaze, tak lupa menawarkan tumpangan pada Gempa dan berlari menuju motornya.
Gempa yang sedikit takut dengan sahabatnya yang sedang dilanda emosi, agak takut-takut naik ke motor Blaze.
****
Di rumah sakit, dokter sedang memeriksa kondisi Ice, dia di bawa ke ruang Icu, begitu sampai. Semua orang masih menunggu di luar ruangan, begitu juga Blaze, yang ternyata ikut pergi ke rumah sakit bersama Gempa.
Blaze, memandang handphone Ice yang sempat jatuh dari genggamannya saat Ice pingsan tadi. Terdapat begitu banyak panggilan tak terjawab dari Mamanya.
Blaze sempat menjawab panggilan terakhir, dari Mama Ice, dan menyampaikan pada Freezy bahwa Ice masuk rumah sakit dan sedang diperiksa oleh dokter.
Namun yang membuat hatinya begitu teriris adalah lock screen yang terpampang jelas di handphone Ice, handphone itu menggunakan lock screen yang menampilkan foto dirinya, yang entah darimana Ice mendapatkannya, karena foto itu sudah sangat lama.
"Blaze, bagaimana keadaan Ice?" Ucap seseorang yang berhasil membuyarkan lamunannya.
"Aku tidak tahu, sampai sekarang Dokter masih belum keluar" Blaze menjawab seadanya, sambil menepis tangan Ayahnya yang berada di pundaknya.
Tanpa dia sadari, ternyata Ayah dan Ibu tirinya sudah tiba di rumah sakit. Blaze pun segera beranjak dari kursi ruang tunggu dan menyerahkan handphone Ice pada Ayahnya tanpa bicara apapun.
Melihat punggung putranya yang mulai menjauh, Bara sangat paham, bahwa putranya masih belum memaafkannya.
Bara memandang Gempa, meminta penjelasan
"Gempa nggak tahu Om" Ucap Gempa jujur, dia tidak tahu sama sekali apa yang terjadi pada Blaze dan Ice, yang dia tahu mereka berdua sempat bicara satu sama lain, dan Blaze mengucapkan begitu banyak cacian pada Ice.
Gempa benar-benar merasa bersalah, benar apa kata Blaze, sahabat macam apa dirinya ini, bahkan dia tidak tahu sama sekali jika Ice sedang ada masalah. Justru Blaze yang bahkan tidak bersama Ice seharian lebih tahu apa yang terjadi pada Ice.
****
Di rumah Gopal dan Sky.Saat ini Gopal dan Sky memang tidak ke karnaval, dia sedang menunggu kedatangan Blaze, mereka berdua merasa khawatir, karena saat kembali ke karnaval mereka hanya menemukan handphone Blaze yang tergeletak begitu saja, di meja ruang kantor dan beberapa alat atraksi yang belum selesai dibersihkan.
Mendengar suara deru motor mendekat ke arah rumah mereka, Sky pun segera mendekat ke arah pagar, dan membuka pintu pagar untuk Blaze.
Namun apa yang dilihat Sky dan Gopal saat ini sungguh pemandangan yang langka, Blaze menangis, bagaimana mungkin seorang anak berandal seperti Blaze menangis. Pikir mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Remaja 8 Anugerah
ФанфикApakah benar manusia yang dilahirkan ke dunia ini adalah anugerah. Lalu mengapa 8 Remaja ini merasa sebaliknya, hidup yang Tuhan berikan pada mereka hanyalah sebuah beban, yang harus mereka bawa kemana-mana. Penghinaan terhadap diri sendiri, hinaan...