Bab 5. Sedikit petunjuk

48 9 3
                                    

Setelah kejadian di karnaval Galaksi pun dilarikan ke rumah sakit. Dengan Ice yang ditemani oleh Blaze.

Mereka menunggu di depan ruang rawat Galaksi sambil menunggu keputusan dokter.

"Ice, sebenarnya teman lo kenapa sih? Kok kayak nggak waras gitu?" Tanya Blaze, mengingat kejadian tadi.

"Gue nggak tahu" Ucap Ice seadanya.

"Gimana bisa nggak tahu sih? Dia kan temen lo, setahu gue lo itu adalah orang yang sangat peka deh" Ucap Blaze heran.

"Si Galak itu orangnya tertutup, dia nggak pernah mau temenan sama siapapun. Baru kali ini aja dia mau ikut sama gue. Padahal tadi gue lihat wajah dia sumringah banget waktu di karnaval. Walaupun dia agak ketakutan pas lihat balon. Tapi begitu dia dilarang deketin Sky, dia langsung ngamuk kayak gitu, dan bahkan dia membentak Paman Kumar, tanpa gagap sedikit pun. Gue juga masih menerka-nerka. Dan sejauh ini cuma hal itu yang bisa gue tangkap" Ucap Ice, menghilangkan kebingungan Blaze.

Dokter pun keluar dari ruangan Galaksi.

"Bagaimana kondisi keponakan saya Dok?" Tanya seseorang yang tiba-tiba nyelonong.

"Apakah anda keluarganya?" Tanya Dokter itu.

"Iya saya Pamannya" Ucap Sai tanpa mempedulikan duo temperatur.

"Kalau begitu kita bicarakan ini di ruangan saya saja" Ucap dokter itu.

"Dokter apa kami boleh jenguk teman kami?" Tanya Ice, sebelum Dokter itu berlalu.

"Tentu saja, tapi tolong jangan membicarakan sesuatu yang membuat pasien tertekan, karena saat ini emosinya sedang tidak stabil" Ucap Dokter itu tersenyum, lalu meninggalkan mereka.

****
Di ruangan Galaksi.

"Gal, lo bikin kita panik aja tahu nggak, lo tahu nggak sih gue tadi tuh ngiranya lo itu kesurupan, habisnya lo itu tiba-tiba bisa bentak orang dengan begitu lancar, padahal kalau diajak ngomong biasa, malah kayak kaset rusak" Ucap Blaze, yang hanya ditoleh sekilas oleh Galaksi. Sedangkan Ice, malah bersweatdrop mendengar Blaze yang nyeroscos bagaikan petasan banting. Bahkan dengan entengnya dia menghina cara bicara Galaksi. Untung orangnya nggak tersinggung.

"Gal kalo lo punya masalah, jangan disimpan, lo bisa cerita ke gue kok. Tenang gue ini teman curhat yang baik" Kali ini Ice yang bicara dengan nada lembutnya.

"Ta-tau-fan..." Ucap Galaksi lirih. Bahkan air matanya sudah menetes di kedua pipinya. Dia menggenggam erat gantungan kunci, yang diberikan oleh Sky tadi. Hanya Taufan yang ada dipikirannya saat ini. Bahkan dia sama sekali tidak peduli dengan keberadaan dua makhluk didekatnya.

"Maaf Gal, tapi kita nggak tahu, emang Taufan itu siapa sih. Apa dia orang yang begitu berarti dalam hidup lo" Tanya Ice.

CEKLEK!!

Pintu terbuka menampilkan seorang pria dewasa yang tadi sempat mengaku sebagai Paman Galaksi.

"Terimakasih ya, kalian sudah mau menemani Galaksi, tapi saat ini sepertinya saya harus segera mengajak Galaksi pulang. Lagipula sepertinya dia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun" Ucap Sai tersenyum ke arah mereka.

"Om, dari tadi Galaksi nyebut nama Taufan. Memangnya Taufan itu siapa?" Tanya Blaze to the point.

"Dia kembarannya Galaksi" Ucap Sai, Sambil memapah tubuh Galaksi yang begitu lemas.

'jadi ternyata, Galaksi mengira bahwa Sky itu adalah Taufan, tapi wajah mereka memang sangat mirip, lagipula jika dipikir-pikir wajah Sky sama sekali tidak mirip dengan Ayahnya dan kakaknya' Pikir Ice dalam hati.

"Woy Ice, ngapain lo bengong disini, Galaksi udah keluar dari tadi, buruan ah gue pengen pulang dan pengen mandi, jujur gue udah kangen banget sama rumah gue" Ucap Blaze mengejutkan Ice, kemudian merangkul Ice dan keluar dari ruangan itu.

8 Remaja 8 Anugerah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang