Bab 16. Hancur

43 5 0
                                    

Setelah mengetahui kebenaran tentang Solar, Adipati benar-benar menyesal, sekarang dia jadi khawatir dengan putranya, dia telah mengurungnya di dalam kamar sejak semalam.

CEKLEK!!

Ayah Solar segera membuka pintu kamar Solar, dan syok melihat kondisi Solar yang sudah tidak sadarkan diri dengan beberapa luka goresan pada lengannya, dan pergelangan tangannya.

"SOLAR!!!"

Thorn berlari ke arah Solar dan langsung memeluknya, dia menangis histeris,  baru kali ini dia melihat kondisi Solar yang seperti ini.

"Solar, tenang Nak, Papa akan bawa kamu ke rumah sakit sekarang" Ucap Adipati, langsung menggendong Solar. Tanpa menghiraukan Thorn yang masih memeluk tubuh Solar. Sedangkan Fang hanya mengikuti Ayah Solar dari belakang.

Thorn yang syok hanya bisa menatap kosong ke arah pintu kamar Solar, tanpa bergeming sedikitpun. Galaksi sangat tahu perasaan Thorn saat ini. Dia menepuk pundak Thorn, untuk mengembalikan kesadarannya.

Tiba-tiba ada sosok seorang wanita menghampiri mereka.

'Apa kamu temannya Dio?' Tanya wanita itu, dengan bahasa isyaratnya. Melihat Galaksi yang tidak bergeming, Ibu Thorn mengambil kertas dan hendak menulis sesuatu.

"Tidak perlu Tante, aku mengerti bahasa isyarat" Ucap Galaksi mengehentikan aksi wanita itu.

'Apa yang terjadi? Dimana Solar?' Ucapnya lagi.

"Solar, dilarikan ke rumah sakit, karena luka yang cukup parah di pergelangan tangannya" Ucap Galaksi. Membuat Dian langsung menutup mulut karena terkejut.

"Bunda, Dio takut Bunda, Apa benar ini semua gara-gara Dio...hiks" Ucap Thorn langsung memeluk Bundanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi Tante?"

Dian pun berusaha menceritakan semuanya pada Galaksi, lewat tulisan tangannya.

FLASHBACK ON:

"Bagaimana Solar, hasil tes OSN mu?" Tanya Adipati, yang merangkul Solar di sofa ruang tamu. Melihat Solar yang cengo memandang handphonenya, Adipati pun mengambil handphone itu dari tangan Solar.

"Solar, kenapa namamu tidak masuk di daftar peserta ini, apa kamu nggak ikut seleksi itu tadi sore?" Tanya Adipati berusaha tenang.

"Aku ikut Pa. Tapi kenapa namaku tidak ada, seharusnya aku yang memegang posisi pertama, aku yakin 100% jawabanku benar semua" Ucap Solar, masih dengan percaya dirinya.

"Tunggu sebentar, biar Papa telepon pihak sekolah. Mereka harus menjelaskan apa yang terjadi" Ucap Ayah Solar, dan langsung menghubungi seseorang.

Setelah beberapa lama, Pak Adudu dan Pak Zola kini tiba di rumah Solar, dan membawa, lembar soal dan jawaban para siswa yang mengikuti seleksi itu.

Ayah Solar memeriksa soal dan jawaban itu, dan merasa heran dengan semua jawaban Solar, yang hampir seluruhnya meleset.

"Solar apa-apaan ini kenapa jawabanmu salah semua, apa kau sengaja melakukan ini, apa tujuanmu Solar, JAWAB!!" Adipati melempar kertas itu ke arah Solar.

Solar pun melihat kertas itu, ya kertas itu memang kertas yang berisi jawaban miliknya. Tapi soal itu bukan miliknya.

"Apa-apaan ini Pak Adudu, ini bukan soal yang sya jawab, kenapa soal ini berubah, apa Bapak ingin menjatuhkan image saya?" Tanya Solar, cukup terkejut.

PLAK!! Tamparan yang cukup keras melayang di pipi kiri Solar.

"Apa seperti itu caramu berucap pada gurumu Solar, dimana sopan santunmu, sudah salah tidak mau mengaku, dan malah menyalahkan orang lain. Apa tujuanmu sebenarnya Solar, hah? Kalau kau lelah, kenapa kau tidak bilang pada Papa. Setidaknya kalau Papa tahu kamu sudah tidak mau lagi mengejar prestasi, maka Papa tidak akan memaksamu." Ucap Adipati, mencengkram bahu Solar.

8 Remaja 8 Anugerah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang