Bab 7. Salah Paham

50 8 4
                                    

Fang dan Galaksi telah tiba di rumah keluarga Putranto. Begitu pintu rumah terbuka, mereka disambut oleh seorang wanita yang sangat Galaksi benci, siapa lagi jika bukan Kirana.

"Ya ampun Galaksi, kenapa kamu hujan-hujanan gimana kalau kamu sakit" Ucap Kirana, mengguncang tubuh Galaksi. Galaksi malah menatap tajam menyentak tangan Kirana dengan kasar. Untuk emosinya yang sedang tidak stabil saat ini, tentu saja dia tidak ingin melihat drama kebaikan dari wanita ular dihadapannya ini.

Sedangkan Fang masih mematung di depan pintu, tangannya terkepal kuat, melihat Mamanya yang begitu perhatian pada Galaksi.

Galaksi sudah masuk ke dalam rumah melewati Kirana begitu saja.

"Tunggu apa lagi, apa kamu nggak mau masuk? Cepat ganti pakaianmu, jangan merepotkan orang, nanti jika kamu sakit bisa-bisa aku yang dibilang tidak memperhatikanmu, oleh Ayah kesayanganmu itu" Ucap Kirana sinis, nada bicaranya bahkan berbeda saat dia bicara dengan Galaksi.

"Bukannya Mama memang tidak pernah perhatian padaku" Ucap Fang kecewa.

"Tentu saja tidak, dasar tidak berguna, dari kecil membawamu ke dalam hidup saya adalah sebuah kesalahan" Ucap Kirana bengis.

"Mungkin kamu memang sudah berjasa, karena kehadiranmu telah membuat Amato kembali padaku. Tapi sialnya aku harus berpura-pura sayang dan peduli padamu. Sosok yang sebenarnya tidak aku perlukan dalam hidupku" Ucap Kirana tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Mendengar ucapan demi ucapan yang dilontarkan oleh Kirana, benar-benar membuat hati Fang menangis. Bukannya masuk ke rumah, Fang malah berbalik dan kembali masuk ke dalam mobil. Galaksi yang melihat kejadian itu ikut berlari keluar rumah, dan berdiri di depan mobil Fang yang hendak maju.

"Woy, ngapain lo berdiri di sana, minggir nggak" Fang sedikit menyembulkan kepalanya ke jendela mobil. Sambil menekan klakson mobilnya berkali-kali. Sedangkan Galaksi masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri. Dia tidak peduli dengan hujan yang masih begitu deras mengguyur tubuhnya.

"Ja-jang-ngan pe-per-gi" Ucap Galaksi membentangkan tangannya di depan mobil Fang.

Fang yang sudah muak dengan kelakuan Galaksi, akhirnya turun dari mobilnya. Dia mendorong tubuh Galaksi, hingga tersungkur ke tanah.

"Jangan halangin gue, puas lo, lo itu udah ngerebut kasih sayang Nyokap gue hah?" Ucap Fang emosi.

"Gu-e, ng-nggak per-nah nge-re-re-but, di-a e-mang ng-nggak per-nah sa-sa-yang sa-sa-ma lo" Ucap Galaksi juga emosi.

"Aduh Den jangan berantem disini, badan Den Fang dan Den Galaksi sudah basah kuyup. Nanti kalau Tuan Amato lihat, bisa kena marah. Terutama Den Fang" Ucap Pembantu rumah tangga itu, Bik Marni. Dia membawakan payung untuk kedua majikan mudanya.

"Bibi tahu Den Fang lagi ada masalah, tapi jangan kayak gini Den. Bener kata Den Galaksi, Aden gak boleh keluar rumah di tengah hujan badai begini, bisa celaka" Ucap pembantu itu lagi.

****
Setelah perdebatan itu, Fang kini merasa tidak enak badan. Seluruh tubuhnya menggigil. Sejak kecil Fang memang tidak tahan dengan cuaca dingin. Apalagi tadi dia habis kehujanan. Tubuhnya pasti akan langsung terserang demam.

"Bi-bi-ar sa-sa-ya sa-ja Bik" Ucap Galaksi mengambil kompres yang ada di tangan Bik Marni

"Tapi Den, nanti Den Fang marah lagi, sama Aden" Ucap Bik Marni ragu.

"Ja-jang-ngan kha-wa-tir" Ucapnya tersenyum, seraya menaiki tangga, menuju ke kamar Fang.

CEKLEK!!

Saat pintu dibuka, kamar itu tampak begitu sepi, dia melihat Fang yang sedang berbaring di kasurnya. Dengan telaten Galaksi meletakkan kompres itu di dahi Fang, dia juga membenarkan selimut Fang, dan mengambil selimut lain di lemari. Agar Fang memakai dua selimut.

8 Remaja 8 Anugerah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang