3

1.1K 62 1
                                    

"lama banget sih lo, Ron!", cecar Val dari teras rumahnya. Ada Nebula juga disana. Gadis itu baru saja mengembalikan mobil Val yang dipinjamnya siang tadi.
"makanya jangan nyuruh gue!", sahut Ron acuh. Ia meletakkan satu kantong plastik berisi batagor pesanan Val dan Lala.
"udah, udah. makasih ya Ron", lerai Lala. Dia mengeluarkan bungkusan batagor itu dari kantong lalu membaginya pada kedua cowok yang duduk dihadapannya.
"ih, lucu banget sih dompet lo, Ron!", ujar Lala tiba-tiba. Dia gak sengaja melihat dompet hitam bergambar sushi yang tergeletak di samping handphone Ron.
Ron buru-buru mengantongi dompet itu ke dalam saku jaketnya. Membuat Val menatapnya penuh curiga.
"sejak kapan dompet lo model unyu-unyu gitu?", selidik Val.
"bukan punya gue", jawab Ron sambil menyuap batagornya.
sambil mengunyah makanannya, tiba-tiba saja pikiran Ron melayang kepada Sal.
Tuh anak sudah makan belum ya?, pikir Ron. Lah kenapa gue harus peduli.
Ron menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran anehnya.
"heh! kesambet ya lu!" tegur Val sambil memukul bahu Ron. Sedangkan Lala hanya tertawa melihat tingkah dua sahabat cowoknya.
"nggak, gue sedikit pusing aja", sahut Ron bohong.
"terus tu dompet punya siapa?", tanya Lala masih penasaran. Pasalnya ini adalah seorang Ron, yang ngomong aja judes, masa iya pake barang lucu kayak gitu.
"punya orang, kececer, mau gue kembaliin ntar", jawab Ron. kali ini dia gak bohong, hanya saja dia tidak bilang itu punya Sal.
Val dan Lala mengangguk-angguk paham.
"anak baru udah masuk grup kelas, La?" tanya Ron disela kunyahan batagornya.
"belom, tapi gue punya nomornya kok", ujar Lala mengeluarkan handphonenya.
"yaudah, masukin grup ya, lo adminnya kan?" ujar Ron. Dia berdiri sambil merapikan bekas makannya lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Val, gue nggak nginep ya! ada urusan", ujar Ron.
"Hati-hati bro!" sahut Val sambil melambaikan tangan pada Ron yang kini meninggalkan halaman rumahnya.
***

Ron berhenti di depan apartemen Sal. Tadi Lala sempat bilang kalo Sal tinggal di sini saat Ron menyuruh gadis itu menginvite Sal ke dalam grup. dia pun menekan nomor yang baru ditambahkan Lala di grup kelas mereka. Nomor Salmina.
"hallo, lo dimana?" tanya Ron setelah telepon itu tersambung.
"siapa nih?" tanya Sal dari seberang telepon.
"gue, ketua kelas lo!", ketus Ron.
"ngapain lo nelpon-nelpon gue?!"
Ck, emang ni cewek ngeselin bener. sudah anti minta maaf, juga gak tau terima kasih. nasib malang banget Ron harus berurusan dengan cewek ini 3x sehari. berasa minum obat puyer. pait!
"gue mau nganterin dompet lo", sahut Ron berusaha sabar.
"yah, Ron, gue baru aja masak, gak bisa ditinggal entar gosong. lo naik aja ya, lantai 3 nomor 321"
Ron mematikan teleponnya. lalu memarkir motornya ke dalam basement.

"iyaaa bentarrrrr", ujar Sal sambil membuka pintu. dia kesal karena Ron memencet bel secara bertubi-tubi.
"sabar dikit napa sih!", omelnya saat pintu terbuka. tangannya yang memegang spatula teracung ke atas. membuat Ron sedikit kaget.
"masuk!" perintahnya, sambil berlari menuju dapur. takut kalau-kalau nuggetnya gosong.
Ron masih mematung di depan pintu. ini kali pertama dia masuk ke dalam ruangan yang hanya berdua dengan cewek.
"bener gak papa?" tanya Ron memastikan. khawatir dengan mood Sal yang kayak rollercoaster, takut jadi korban Sal kesekian kalinya, apalagi tadi dia mode pegang spatula.
"iya, masuk aja!!" Sal berteriak dari arah dapur.
Ron pun berjalan menuju sofa ruang tamu Sal. lalu mendudukkan tubuhnya di sana. sambil menunggu Sal, dia memperhatikan ruangan yang terlihat minimalis tanpa hiasan dinding itu.
"lo udah makan?" tanya Sal tiba-tiba.
Ron menggeleng. sebenarnya dia sudah makan batagor tadi bersama Val dan Lala, tapi itukan cuma cemilan?
"makan dulu yuk", ajak Sal sambil menarik lengan Ron membuat cowok itu mau tak mau mengikuti Sal ke ruang makan.
"ini nggak beracun kan?" tanya Ron saat Sal menaruh piring berisi nasi di depannya.
Sal langsung melotot. "lo nuduh gue?"
Ck, salah lagi gue, batin Ron.
"ya siapa tau udah kadaluwarsa", sahut Ron asal.
Sal memukulkan centong nasi ke kepala Ron, membuat cowok itu mengaduh.
"ahh, hobi banget sih lo mukul gue!?", protes Ron sambil membenarkan rambutnya yang lepek akibat serangan mendadak Sal.
"lo nyebelin", sahut Sal. dia meletakkan beberapa potong nugget ke dalam piring Ron.
"lo pikir gue sangkuriang, dipukul pake centong nasi?", ujar Ron menatap Sal sebal.
ih, apa hubungannya? Sal menatap balik Ron. Ni cowok rada-rada deh.
"makan!", ujar Sal.
Ron mengambil sendoknya, mulai menyuap nugget yang udah dipenyet ke sambal bawang oleh Sal. lumayan lah untuk lidah Ron.
keduanya makan tanpa bicara. sesekali Sal melirik Ron yang duduk di depannya, ingin tau gimana reaksi cowok itu saat makan masakannya. tapi rupanya Ron ini memang minim ekspresi, jadi Sal memutuskan untuk tidak lagi peduli.
"ah, kenyangg", ujar Sal sambil menyender ke kursinya.
"barbar", ucap Ron lirih.
"lo ngomong apa?"
"nggak ada", sahut Ron dengan cepat.
"oh oke, cuci piring yang bersih ya!" titah Sal tanpa rasa bersalah.
Ron melotot, tapi karena malas berdebat, dia pun membawa piring bekas makan mereka ke wastafel, lalu mencucinya sampai bersih.
"dompet gue!", Sal menadahkan tangannya di depan muka Ron yang baru saja selesai mencuci piring.
Ron mengambil benda kecil pencipta kesialan di hari ini dari kantong jaketnya. lalu menyerahkannya pada Sal. Wajah gadis itu langsung berubah sumringah. Tanpa sadar Ron menyunggingkan senyum tipis saat melihat Sal tersenyum.
"udahkan? ngapain masih di sini?" tanya Sal heran saat melihat Ron masih berada di tempatnya. membuat Ron kembali melongo dengan segala mood Sal yang serba tiba-tiba.
"lo lupa sesuatu", sahut Ron sambil senyum ngejek.
"dompet gue udah balik, lo minta upah?" tanya Sal tanpa rasa bersalah.
"eits, sakit banget harga diri gue lo giniin", ujar Ron.
"terus apaan?"
"lo pikirin aja sendiri", ujar Ron sambil mengetuk jidat Sal. Oon banget ya ni anak, pikir Ron.
"pulang sana Ron!" ujar Sal sambil mendorong punggung Ron kearah pintu keluar. membuat cowok itu mau tak mau mengikuti kemauan si tuan rumah yang moodswing abis.
"bentar, tas gue ketinggalan, njirr", ujar Ron sambil buru-buru menyambar tasnya yang tadi dia taruh di sofa ruang tamu.
"lo nggak mau ngomong apa gitu ke gue?" tanya Ron sebelum Sal menutup pintu apartemennya.
Sal menggelengkan kepala. Ron menatap gadis itu dengan tatapan kecewa, lalu menghela nafas lelahnya.
"lupain aja", ujarnya sambil berlalu meninggalkan Sal.

DUTA GENGSI JATUH CINTA ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang