6

1.1K 55 2
                                    

"Sal?"

Sal menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Suaranya lumayan familiar, tapi Sal memang sedikit pelupa.

"Mamah?"

Kali ini bukan Sal yang bicara, melainkan Ron. Sal seketika menatap Ron. Begitu juga Ron yang memandangnya keheranan. Sedangkan wanita yang dipanggil mamah itu malah tersenyum senang. Matanya berbinar saat melihat Ron ada di hadapannya.

"Astaga, mamah gak liat ada anak mamah yang ganteng di sini", pekik wanita cantik berusia 40an itu dengan riang.

"Sal, ini tante Riana, masa kamu lupa?", kata Mamahnya Ron sambil mengelus bahu anak gadis itu. Sal mengerjapkan matanya sekilas.

"Umm, sorry tante, Sal bukannya lupa. Kaget aja, tante makin cantik. Sal jadi pangling", puji Sal. Jujur dia kaget setengah mati saat melihat Tante Riana ada di sini. Apalagi Ron memanggilnya dengan sebutan mamah. Kebetulan apa lagi ini?

"Yaudah, tante mau lanjut dulu, dan makanan kalian biar tante yang bayar", ujar mamah Ron sambil melambai pada semua teman anaknya.

"Makasih banyak Tante, besok-besok lagi ya", ujar Val yang langsung disambit pakai sedotan oleh Ron. Dasar nggak tau malu.

Tante Riana hanya tertawa melihat tingkah Val dan Ron. Sudah biasa baginya pemandangan seperti itu. Lalu dia mendekat pada anak semata wayangnya.

"Ajak Sal ke rumah", bisiknya pada Ron. Setelah itu, ia berlalu dengan beberapa tote bag ditangannya menuju kasir.

"Anjir, nyokap lo sosialita banget", celetuk Neil.
"Sedangkan anaknya malah anti sosial", sahut Sal asbun. Dia tidak bisa untuk tidak mengomentari Ron barang sehari pun.
"mulai-mulai", ujar Nova yang kini mencium bau-bau 'kebakaran'. emosi Ron yang terbakar maksudnya.
"haha, jangan gitu lah, Sal. Lo belum mengenal Ron lebih deket aja", ujar Val penuh kode.
"oh ya? emang ada aturan gue harus kenal gitu sama dia?", ujar Sal sambil melirik Ron.
Cela dan Devan tertawa. " Gengsi lu ketinggian, Sal", kata Cela disela ketawanya.
"iya, sama kayak gengsinya Ron", celetuk Lala tanpa dosa.
Sedangkan dua orang yang dikata-katai hanya diam tanpa bisa membalas ucapan teman-temannya.
***

"Sal, udah nyampe", ucap Ron saat dia menghentikan motornya di depan sebuah rumah bergaya American Classic bercat warna putih.

Sal turun dari motor Ron. Disinilah dia berada sekarang. Di depan rumah Ron. Akibat dari pertemuan yang tidak disengaja dengan Tante Riana di mall tadi.

Selesai dari makan bersama teman-temannya, Ron mengajak Sal pulang duluan. Padahal mereka awalnya berencana untuk nonton film yang baru rilis di bioskop. Tapi Ron sudah diteror oleh telepon mamahnya agar segera membawa Sal pulang ke rumah mereka. Alhasil, keduanya harus segera pulang meskipun harus diiringi ledekan oleh keenam sahabatnya.

"wah, Tante Riana rupanya lebih gercep daripada anaknya", ledek Val saat itu. Membuat Ron melotot akibat mulut berbisa Val.

"hati-hati lo bawa Sal, jangan ngebut!", pesan Nova yang hanya dibalas acungan jempol oleh Ron.

"Masuk", ujar Ron. Sumpah dia baru pertama kali ini mengajak cewek ke rumahnya. Meskipun yang ini atas desakan mamahnya. Tapi rasanya tetap saja membuat dia tidak karuan.

Tenang Ron, ini cuman Sal. dan dia bukan siapa-siapa lo! , ujar Ron menenangkan dirinya sendiri.

Sal membuntuti Ron masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, Tante Riana sudah berdiri menyambut mereka berdua. Awalnya Tante Riana mencium kening putranya, lalu beralih memeluk Sal.

"Duduk yuk Sal, tante kangen banget loh sama kamu", ujar Tante Riana. Sal hanya tersenyum menanggapi. Bingung ingin bersikap bagaimana. Apalagi sekarang Ron tengah mengawasinya dari jauh. Cowok itu tampak heran bagaimana mamahnya bisa kenal dengan Sal.

Tante Riana adalah sahabat karib mamihnya Sal. Sejak SMP, Sal sering ikut mamihnya arisan sekaligus reuni tiap bulannya. Dan Tante Riana ini yang paling akrab dengannya. Beliau juga seringkali memanggil Sal dengan sebutan calon mantu.

Sal menggeleng tanpa sadar. Kalo dia dipanggil calon mantu, dan anak Tante Riana itu adalah Ron, berarti... oh No! Gak mungkin ya. Sal berharap Tante Riana hanya iseng memanggilnya seperti itu. Semoga tidak ada perjodohan diantara mereka seperti yang ada di novel-novel romantis biasanya.

Kedua perempuan beda usia itu pun kini asyik berbincang tentang apapun. Melupakan Ron yang kini beranjak menaiki tangga menuju kamarnya.
***

"Ron, my sweety", Riana berdiri di depan pintu kamar putra tunggalnya.
"Apasih Mah", sahut Ron jengah dengan panggilan sayang mamahnya. umurnya udah 17 tahun, tapi mamahnya tetap saja memperlakukannya seperti anak berusia 5 tahun.
"Antar Sal pulang ya", pinta mamahnya. Ron mendengus.

"Kalo aku gak mau gimana mah?"
Riana menabok pelan bahu anaknya. Ron melotot. Mamahnya sekarang mulai tertular Sal, suka nabok bahunya.
"Kalo calon mantu mamah kenapa-napa, kamu yang tanggung jawab yah!", ancam Riana.

Calon mantu? Siapa? Sal? Nikah sama siapa dia jadi disebut calon mantu oleh mamahnya. Berhubung anak mamahnya hanya Ron seorang, berarti...
"Mah, jangan asal ngomong deh!", marah Ron. Dia gak suka dijodoh-jodohin. Apalagi dengan Sal. Yang bener aja, rugi dong!

Riana hanya tertawa melihat reaksi anaknya yang tampak kebakaran jenggot, padahal kumis aja nggak punya. "Sudah sana berangkat, entar kemaleman", Riana mendorong Ron keluar dari kamarnya.
***

"Lo ngomong apa aja sama nyokap gue?" Tanya Ron dengan nada dingin. Saat ini mereka sedang berada di basement apartemen Sal.

"Banyak" sahut Sal. Dia tidak enak hati mendengar nada dingin dari mulut cowok itu. Padahal sesiangan ini mereka baik-baik saja meskipun tidak benar-benar berbaikan. Nyebelin banget si Ron-Ron ini, pikir Sal.

"Terus kenapa nyokap gue nyebut lo 'calon mantu'? Ngomong apa lo?!", cecar Ron lagi.

Astaga, jadi arahnya kesana? Sal jadi malu sendiri. Padahal bukan dia yang minta, tapi sejak dulu Tante Riana suka memanggilnya dengan sebutan itu. Sebelum Sal tau kalo anaknya tante Riana itu Ron. Si kulkas geter nan judes. Kalo tau dari awal juga Sal bakal menolak dengan keras panggilan itu.

"Gue gak ada ngomong ke arah sana, Ron" sahut Sal berusaha menjelaskan yang sebenarnya.
"Gue gak suka ya, sama cewek yang keganjenan", cetus Ron gak berperikemulutan. Judes banget.
Sal tercengang. "Astaga, Ron, lo nuduh gue ganjen?"
"Ya siapa tau lo ngomong macam-macam sama nyokap gue", Ron mengedikkan bahunya.

Mata Sal memanas. Tuduhan Ron gak berdasar sama sekali, membuat hatinya sedikit nyeri. Seolah-olah Sal yang kepengen banget jadi mantunya mama Ron.

"Gak ada ya, Ron! Gue bukan cewek kayak gitu!", katanya sambil berlari ke arah lift. Meninggalkan Ron yang masih mematung di tempatnya.

Sorry Sal, gue cuma gak ingin sakit karena terlalu berharap, batin Ron.

DUTA GENGSI JATUH CINTA ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang