29

1.2K 86 5
                                    

Sal mengurung dirinya di kamar dengan tubuh yang gemetaran. dia baru saja menelpon Ron, meminta cowok itu agar segera mendatangi apartmennya. Diluar sana, Sal merasa ada seseorang yang tengah mengawasi dirinya. membuatnya menjadi ngeri, apalagi Sal tinggal seorang diri.

sebenarnya sudah beberapa kali Sal mendapati hal-hal seperti ini. diteror dengan kardus berisi bangkai tikus, darah, bahkan pernah puluhan kelabang masuk ke dalam apartemennya. sangat diluar nalar.

hal inilah yang sering menjadi pikiran Sal sehingga menyebabkan ia stress dan acapkali mimisan. dia tidak mau bercerita pada Bas, enggan membuat laki-laki itu kepikiran. masalah hidup Bas saja sudah cukup pelik, setidaknya itu yang Sal tau.

Syukurnya, setelah sesi konsultasi dengan psikolog kala itu, ia mulai sedikit terbuka pada Ron. pesona cowok itu memang magic, membuat Sal terkadang berasa tidak menapak di bumi. Sal nyaman dengan kehadiran Ron, dan baru ia sadari setelah sekian lama.

Sal terbatuk! Dadanya terasa sesak. Baru ia sadari bahwa kamarnya kini mulai dipenuhi kabut asap. Sal panik kuadrat! kebakaran kah? atau sengaja dibakar? Sal tidak berani keluar untuk memastikan, tapi ia juga takut mati terpanggang kalau terus-terusan berada di dalam ruangan ini.

Ron, lo dimana sih? kok belum nyampe juga? Sal berdialog dalam hatinya.

Ia mengambil hapenya yang tergeletak di atas kasur. Mendial nomor Ron beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Akhirnya Sal memutuskan untuk mendial nomor Bas. Pilihan terakhirnya!
***

"hai", sapa Bas saat melihat adiknya kini mulai membuka mata.

Sal mengernyit. ini bukan kamarnya, tapi kenapa dia berada disini?

"kak Bas, kok aku disini?", tanyanya sesuai isi hati.

bukannya menjawab, Bas malah menggenggam tangan adiknya itu. "maafin kakak ya, yang terlalu cuek sama kamu"

Sal semakin tidak mengerti, tapi setelah menelisik seluruh sudut ruangan ia tau kalau ia sedang berada di rumah sakit. infus di tangan kirinya bukti nyatanya.

"ada apa sih kak Bas?", Sal masih penasaran. "eh, Ron mana?", sambungnya lagi.

Bas menghela nafas. "Kak Bas juga minta maaf ya soal Ron"

Sal udah nggak mau main teka-teki lagi. ia bangun dan bersandar di headbed dan menatap Bas dengan tajam, meminta penjelasan.

Diwaktu yang sama, di tempat yang berbeda...

"Ron! kita ikut lo!", seru Val sambil menyambar kunci motornya. kebetulan sekali hari ini dia membawa motor, bukan mobil.

Ron dan ketiga sohibnya langsung melajukan kendaraannya masing-masing menuju apartemen Sal.
Ron terus menggeber laju motornya. Khawatirnya menjadi-jadi saat mendengar suara cemas dari Sal.

sebuah mobil tiba-tiba muncul dari tikungan dan mengambil jalur sedikit ke tengah, membuat Ron sontak mencengkram rem motornya. sayangnya entah mengapa justru tidak berfungsi. remnya blong! menyadari hal itu Ron langsung membanting stirnya ke kiri hingga menabrak trotoar. Ron terpelanting ke jalanan. berguling-guling hingga beberapa meter jauhnya. suara yang terakhir ia dengar adalah teriakan teman-temannya memanggil namanya.
***

Val menahan tubuh Sal yang memaksa masuk ke dalam ruangan operasi. Gadis itu benar-benar histeris ketika Bas selesai bercerita. Tentang orang yang sengaja ingin membakar apartemennya, juga tentang Ron yang kecelakaan saat ingin mendatanginya. untungnya mereka berdua dirawat di rumah sakit yang sama. Sontak saja Sal langsung berlari menuju tempar Ron di rawat.

"tunggu selesai dulu, Sal!", sergah Val. ia sudah kewalahan menahan gadis itu. lantas dengan air mata yang juga ia tahan sejak tadi, ia merangkul Sal. mengajak gadis itu duduk di bangku tunggu yang ada didepan ruangan itu.

"semua gara-gara gue kan, Val?"

"bukan Sal! bukan salah lo!", kali ini Devan yang menyahut. sementara Niel hanya diam saja sambil menunduk. masih belum lepas dari kejadian yang menimpa sohibnya itu. syukurnya, Ron tidak pergia sendirian. syukurnya, Ron masih bernafas. Syukurnya,, ah sudahlah, Niel tidak sanggup membayangkan jika hal yang paling buruk terjadi pada Ron.

suara langkah kaki membuat ke empat remaja itu menoleh berbarengan. ada Bas dan tante Riana yang datang beriringan. Sal langsung bangkit dan menghambur ke pelukan mamahnya Ron.

"maafin Sal ya, tante", ujarnya terisak. Riana mengelus lembut punggung gadis itu.

"bukan salah kamu, sayang", ujarnya kemudian seraya menghapus airmata dipipi Sal.

"tapi Ron..."

"Ron itu anak yang kuat, Sal. percayalah"
***

"good job!", kata seseorang sambil menghentakkan segepok uang ratusan ribu ke meja dihadapan laki-laki berusia 20 tahunan.

"thanks boss", ujar  laki-laki itu sambil meraup uang hasil upahnya itu. tugasnya mudah saja tapi imbalannya lumayan untuk hidup 3 bulan ke depan.

"tapi kita aman kan boss?", tanyanya kemudian setelah tersadar bahwa yang ia lakukan adalah tindakan kriminal.

orang yang ia panggil boss hanya menjentikkan jarinya. lalu ia pun pamit pergi.

sepeninggal laki-laki itu, Boss itu pun mengamati foto-foto yang dikirim ke handphonenya. foto yang berisikan gambar apart Sal yang berasap, juga foto Ron yang tergeletak di pinggir jalan.
"kalo nggak bisa dapatin satu, habisin aja keduanya", ujarnya sambil tersenyum licik.
***

segini dulu ya gengs, sisanya ditabung dulu buat besok-besoknya lagi. soalnya kita mo nonton angin rindu dulu di Malang. see u bayikreaders 💙💙💙

DUTA GENGSI JATUH CINTA ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang