13

1K 68 0
                                    

Bas menatap ketiga siswi yang kini tertunduk dihadapannya. Bas sebenarnya bisa saja langsung mengeluarkan para bocah kematian tengil ini, tapi dia juga tidak ingin terlihat tidak profesional mengingat ada hal pribadinya yang terbawa dalam masalah ini.

"Apa penjelasan kalian tentang semua ini?!"

Meta menyenggol lengan Allysa yang dari tadi hanya diam.

"kami cuma mau ngasih peringatan dikit aja kok, Pak", malah Ayu yang menjawab, yang seketika dapat pelototan tajam dari Allysa dan Meta.

Ketiganya tidak menyangka bagaimana Pak Bas bisa mengetahui kejadian itu secepat ini.  Jadi ketiganya tidak sempat menyiapkan alasan ketika dipanggil Pak Andre, guru BK SMA Angkasa yang terkenal ketegasannya.

"Peringatan apa? Penting sekali kah sampai kalian harus memukuli siswa lain?", timpal Pak Andre.

"Jawab!!!" bentak Pak Bas.

"Aa..aanu pak, kami cuma memperingatkan cewek itu biar nggak dekat-dekat sama calon pacarnya Allysa", cicit Ayu.

Allysa dan Meta kini hanya bisa pasrah dengan keluguan teman mereka itu yang tanpa berdosa membongkar semuanya. Keduanya kini menatap marah pada Ayu yang hanya bisa nyengir.

Bas terhenyak. Permasalahan sepele ternyata, tapi dampaknya tidak main-main. Mental adiknya bisa jadi taruhan kalau dia tidak menindak perbuatan ketiga siswi ini.

Tunggu, apa tadi dia bilang? Adiknya? Sudah hilang kah amarahnya pada gadis kecil itu?
"Kalian keterlaluan, sekarang telepon orang tua kalian untuk datang ke sekolah sekarang juga!", perintah Bas tidak main-main.
***

Sal membuka pintu apartnya, disampingnya ada Ron yang menenteng barang-barang Sal dikedua tangannya. Ada ransel sekolah Sal, juga tas kecil berisi barang pribadinya.

Sal sudah lumayan sehat, meskipun bekas lukanya belum pudar.jadi ia memutuskan untuk pulang ke apartnya karena tidak mau berlama-lama merepotkan Ron dan Tante Riana. Jadi Sal meminta Ron untuk mengantarnya setelah cowok itu pulang sekolah.

Alas an lainnya, entah mengapa Sal akhir-akhir ini merasa gelisah jika berada di tempat yang sama dengan Ron. Jantungnya seringkali berdegup kencang tanpa kompromi sejak percakapannya dengan Ron di kamar cowok itu.

"Yuk masuk!", ajak Sal.

"Nggak papa nih?" tanya Ron ragu, pasalnya terakhir kali Ron tidak diijinkan masuk oleh gadis labil itu. Sal hanya mengangguk.

Ron meletakkan barang-barang Sal yang dibawanya ke atas sofa berwarna krem. Apart Sal masih bersih dan rapi meski sudah beberapa hari ditinggalkannya.

"minum dulu, Ron", kata Sal sambil meletakkan sekotak jus jeruk kemasan di depan cowok itu.

"jangan repot-repot Sal", sahut Ron yang langsung meneguk jusnya.

Sal tertawa pelan melihat tingkah Ron. Ternyata gengsian, batin Sal.

"Ron, lo belum jawab pertanyaan gue"

"yang mana?"

"yang dikamar lo kemaren"

Ron terdiam sejenak. Bingung untuk menjawab apa tentang pertanyaan Sal yang sungguh menjebak itu.

"Penting banget ya, jawaban gue buat lo?", tanyanya dengan nada datar. Omo, Ron mode kulkas balik lagi.

Sal terdiam. Tersadar bahwa bukan haknya menanyakan soal itu, yang pastinya bakal membuat Ron jadi nggak nyaman.

"kok diam?", tanya Ron lagi. Cowok itu menatap tajam kea rah Sal.

"udah lupain aja", sahut Sal nggak enak hati. Ia berusaha mengalihkan obrolan. "gimana perlombaannya? Lancar?"

"aman", Ron meneguk jusnya lagi sampai habis tak bersisa, lalu meremas kotaknya.

"besok gue sekolah", Sal kehabisan topik pembicaraan.

"kalo ada apa-apa langsung bilang gue", ujar Ron menimpali ucapan Sal.

"kenapa harus bilang ke elo?"

"emang harus ada alasan konkrit ya?"

Sal menggeleng, dia juga nggak tau. Tidak ingin menerka-nerka maksud dari perkataan Ron tadi. Sal memandang Ron lekat-lekat, lalu mendekatkan tubuhnya kearah cowok yang entah kenapa kini tak lagi membuatnya marah-marah.

"kayaknya lo harus pulang deh, Ron", Sal menarik tangan Ron untuk berdiri. Kemudian mendorong cowok itu ke arah pintu.

"Sal..."

"hmmm"

"kalo apa-apa, bilang gue ya", ucap Ron dengan nada sedikit manis di telinga Sal.

"kalo gue nggak mau, gimana?"

"nggak ada penolakan, Sal"

"emangnya lo siapa gue?"

"kalo kata Val kemaren sih, gue paspamsal, alright?"

Ckk, Sal berdecak, dan tanpa aba-aba Sal mencium pipi kanan Ron. Sekilas, tapi membuat Ron membeku di depan pintu yang setengah terbuka.

"itu jawaban gue!", seru Sal sambil mendorong Ron keluar dari apartnya.

Blam! Suara pintu ditutup, Sal langsung berlari ke kamarnya.

"Aaaaaaaaa..... gue udah gila kayaknyaaaaaa!!!", jerit Sal dalam selimut.

***

Sal? Are you ok?

kayaknya ada yang ditutup-tutupin oleh Sal nih, crushreader. Apaan ya?

DUTA GENGSI JATUH CINTA ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang