BAB 21

2.4K 104 6
                                    

Nunggu vote Bab sebelumnya dapat 20 ⭐ lumayan lama ya.. 🥱

Bab 21 yuk kasih 50 ⭐ biar bisa lanjut bab selanjutnya 😂😂😂
Mulai ngelunjak ya aiiii

*

Happy reading. . .
SIANG ini apartemen Mas Raffi kembali ramai karena kedatangan penghuni lama. Setelah dua bulan lebih keluar dan tidak tinggal di apartemen ini, Mbak Likke kembali menginjakkan kakinya dengan membawa berita mengejutkan. Oh atau mungkin kabar menggembirakan bagi suamiku yang juga suaminya itu.

"Sayang.. Suprise.. Aku hamil." begitu ucapnya tadi setelah membuka pintu apartemen dan melihat Mas Raffi sedang duduk santai menikmati tayangan televisi.

Aku yang sedang sibuk memindahkan camilan kentang goreng -yang aku buat sendiri- dari penggorengan ke piring menatap terkejut pada tamu tak di undang. Jujur saja semenjak tidak tinggal bersama Mbak Likke yang ngambek ingin di belikan rumah mewah dan tumben-tumbenan Mas Raffi tidak mengabulkan karena menurut setelah ku ancam akan ku adukan ke ibu, hubunganku dan Mas Raffi seakan maju selangkah demi selangkah lebih dekat.

Bahkan beberapa hari terakhir Mas Raffi tidur di kamarku dan kami kembali mengulang malam itu. (Baca part 17).

Entahlah aku hanya di jadikan sebagai pelampiasan hasratnya saja atau entah apa, yang jelas kehidupan rumah tangga kami sudah berjalan dengan normal. Tidak ada kecanggungan lagi yang membentang menimbulkan degub-degub tak terkontrol berpacu ketika kami berdekatan.

Seperti hari ini. Di hari minggu siang ini kami tak keluar rumah karena aku ingin menghabiskan quality time kami dengan menonton movie di tv bersama.

Namun rupanya rencana itu terpaksa harus kami batalkan karena ada orang ketiga yang tak di undang. Aku menghela nafas berat ketika mendengar berita kehamilan Mbak Likke. Jadi selama dua bulan lebih ini meskipun suamiku yang juga suaminya itu tak tinggal bersamanya mereka tetap rutin melakukan hubungan suami istri. Padahal selama dua bulan ini tiap malam Mas Raffi selalu pulang ke Apartemen. Bahkan kami sekarang tidur satu ranjang dan tak jarang suamiku itu memintaku melayaninya. Begitulah asumsiku.

Ku kira aku sudah berhasil merebut perhatian Mas Raffi, ku kira hubungan mas Raffi dengan Mbak Likke sudah benar merenggang. Namun nyatanya mereka tetap bersama meskipun tak serumah lagi.

Belum-belum hatiku merasa patah.

Aku mendekat kearah mereka berdua. Kejutan yang di bawa Mbak Likke rupanya berhasil, buktinya tak hanya aku saja yang bengong nampaknya Mas Raffi sang target utama berhasil dibuat terkejut. Ia mendadak nge-freeze alias diam membeku.

"Hei sayang.. " Panggil Mbak Likke lagi karena tak mendapat tanggapan dari suamiku yang juga suaminya itu.

"Oh.. Maaf aku hanya kaget aja denger ucapan kamu tadi. Jadi kamu beneran hamil."

Itu yang aku dengar dari mulut Mas Raffi. Alih-alih menampakkan ekspresi senang bergembira akan menjadi calon ayah, Mas Raffi malah menampilkan raut wajah bingung yang dia coba hilangkan dengan paksakan senyum lebarnya.

"Aneh." Ucapku pelan.

Nampaknya mbak Likke juga menyadari raut wajah bingung suaminya karena ia langsung mengajukan protes, "iya beneran. Iiihh kamu gitu sih responnya kayak gak seneng gitu denger aku hamil." Mbak Likke pun memanyunkan bibirnya tanda ia sedang merajuk.

Tinggal bertiga selama beberapa bulan lalu rupanya membuatku hafal dengan ekspresi-ekspresi yang mereka tunjukkan. Jika sudah begini pasti sebentar lagi suamiku yang juga suaminya itu pasti akan meminta maaf dan membujuknya.

"Hei enggak kok sayang. Siapa bilang aku gak seneng. Aku seneng banget kok karena sebentar lagi aku akan menjadi ayah dari anak yang di lahirkan oleh wanita yang sangat aku cintai ini." Ucap mas Raffi sambil menarik lengan istri pertamanya ah maksud aku istri keduanya itu agar bisa duduk semakin mendekat ke arah nya.

Maklum lah meskipun aku adalah istri pertamnya bahkan dari pernikahan yang sah secara hukum dan negara, namun aku selalu kalah dengan istri keduanya yang di nikahi suamiku itu hanya secara siri. 

Apakah begini juga nasib wanita-wanita di luaran sana yang mempunyai suami beristri dua. Yang pertama tetapi selalu di nomor duakan. Seperti itulah aku.

"Aku minta maaf sayang, aku tadi cuma sedikit kaget aja dengar kabar yang kamu bawa. Jangan ngambek lagi ya, aku beneran seneng kok mau jadi ayah." Sepertinya Mas Raffi kali ini beneran senang sama seperti ekspresi yang ia tampilkan. "Udah berapa bulan usianya sayang." Tanya nya kembali dengan mengusap lembut perut mbak Likke.

Hemm mengsedih, boleh nggak sih aku iri begini, cemburu melihat bagaimana suamiku itu perhatian ke wanita lain yang juga istrinya. Nasib mempunyai suami beristri dua harus siap-siap makan hati lagi mulai sekarang.

Salah hati aku juga. Ngapain kamu dengan mudahnya jatuh hati ke Mas Raffi. Kalau sudah begini kan kamu sendiri yang repot. Gerutuku megomeli hati masih dalam ucapan di hati.

Ah ribet bahasanya, buat yang ngerti-ngerti aja deh.

Aku masih berdiri di sisi kiri sofa tempat mereka duduk berpelukan. Mengamati kemesraan apalagi yang akan terjadi.

Ketika bibir mereka mulai mendekat di situ aku akan membubarkan.

"Ekhem.. " Dehemanku yang sukses membuat keduanya menoleh ke arah ku.

Aku melangkah semakin mendekat, "Selamat ya mbak atas kehamilannya." ucapku sambil mengulurkan tangan kananku. Ya meskipun hatiku terasa tercubit tapi tetap aku harus pura-pura ikut senang.

"Makasih"

Satu kata jawaban dari Mbak Likke yang kemudian kembali mengacuhkanku. Mas Raffi hanya melirikku sekilas karena lagi-lagi atensinya kembali terfokus pada istrinya yang lain.

Yang jelas aku bisa menangkap raut wajah serba bingung yang di tunjukkan suamiku.

Aku melipir masuk ke dalam kamar, movie date hari ini otomatis gagal. Hari masih panjang jika hanya ku habiskan sendirian di dalam kamar. Ku raih kembali ponsel yang baru saja ku taruh di atas meja, membuka aplikasi pesan dari grup teman-teman kerja. "Teras Rumpi".

Ah lebih baik aku mengiyakan saja ajakan teman-teman nongki cantik jam 2 siang nanti dari pada mengsedih sendiri di dalam kamar.

*
Bersambung. .
08.07.2024

AKU BUKAN YANG KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang