Author tidak pernah meragukan pembaca meski komentarnya aneh-aneh
.
.
.
Aku ingin mereka yang menemani dan mengerti diriku bukan disaat masa berdayaku saja tetapi juga disaat masa tidak berdayaku dan mereka tetap menginginkanku
—Ethan Prambudi
Venti rela menanti Ethan berkencan dengan peralatan lab demi terhindar dari ocehan Pak Satpam. Gadis itu hanya berdiam diri dengan duduk bersimpuh di samping jendela sambil membaca buku.
Satu jam kemudian ia tak sadar memejamkan mata, kehilangan kesadaran, dan terlelap. Diam-diam Ethan memperhatikan Venti tengah tertidur dengan buku tebal di pangkuannya. Awalnya ia hanya ingin tahu perihal buku apa yang sedang dibaca Venti.
"Dasar-dasar Ilmu Politik karya Miriam Budiardjo jilid pertama? Buset ini bukunya anak kuliahan!" monolog Ethan sembari mengambil buku bersampul biru itu. Ethan hendak mengeluarkan isi perutnya ketika membaca sekilas halaman pertama.
Cowok aneh itu pun langsung geleng-geleng kepala. Ia sempat mengalami culture shock setelah melihat buku itu penuh dengan tulisan tidak ada angka maupun gambar.
Hanya terdapat catatan kaki pertanda rujukan di bawahnya. Jika orang-orang langsung terkena serangan jantung ketika melihat angka, lain halnya dengan Ethan.
"Ternyata ada yang lebih gak waras daripada gue."
Entah jin mana lagi yang merasuki Ethan hingga cowok aneh maniak sains itu berinisiatif mengambil jas seragam sekolahnya yang tergantung di balik pintu. Kemudian ia menyelimuti Venti dengan jas miliknya.
Ethan membelai lembut rambut Venti lantaran berkata dengan pilu, "Orang seperti gue memangnya pantas jatuh cinta?"
Tatkala langit memamerkan warna jingga yang menyilaukan pertanda hari sudah menjelang senja. Ethan membereskan peralatan labnya.
Mencuci semua peralatan yang telah ia pakai bereksperimen serta menyimpan alat tulisnya. Berharap tak ada yang ketinggalan sehingga ketika pulang nanti Ethan dapat membuat laporan dengan tenang.
Cowok itu juga tak lupa membangunkan Venti. Biasanya Ethan betah berlama-lama tinggal di laboratorium tapi kali ini ia tidak sendiri ada Venti yang sedari tadi memejamkan mata di bawah jendela.
"Bangun woe, kita pulang!" Ethan menepuk-nepuk pipi Venti.
"Perasaan tadi ada yang ngasih selimut ke gue," cercau Venti setengah sadar.
"Halu kali lu!"
***
Ethan rela meninggalkan laboratorium kesayangannya sejenak demi hidup selayaknya anak SMA yaitu dengan mengikuti saran Fathur kemarin. Ia tak lupa pesan ayah angkatnya kalau jangan menghabiskan masa muda dengan mengurung diri di laboratorium. Cowok maniak sains itu juga penasaran bagaimana kehidupan siswa normal.
Dari belakang bersama Fathur dan Kaamil, Ethan tersenyum tipis sambil pandangannya tak lepas dari Venti. Gadis itu berjalan di depannya bersama Gita juga Haera si cewek anggun dengan proporsi tubuh yang mirip seperti model.
Meski Venti membawa buku di tangannya ia tak mau ketinggalan ikut serta tertawa tentang jokes yang dibicarakan teman-temannya.
"Menurut pemikiran gue ya, lu punya duit, lu punya kuasa tapi menurut gue enggak nyet!" tutur Fathur.
![](https://img.wattpad.com/cover/370111663-288-k705821.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Impeded Dream
Teen FictionShe is a flower growing on the surface of moon. Unique and mysterious, her beauty is precious lovely gift on canvas of moon. -Weird Guy Who Loves Science Merangkap jadi siswi teladan sekaligus wibu akut adalah dua hal yang sulit bagi Venti. Terutama...