BAB 12: Cemburu

3 0 0
                                    

Author tidak pernah meragukan pembaca meski komentarnya aneh-aneh

.

.

.

Belajarlah banyak hal dengannya, aku menitipkanmu pada orang yang tepat
—Ethan Prambudi

Semalam Nugroho benar-benar kepikiran dengan keadaan Venti. Alhasil cowok itu mencari Ethan ke seluruh penjuru sekolah. Di kantin tak ada, ketika sampai di kelas 1-2 Nugroho bertanya pada salah satu teman sekelas Ethan juga tidak di sana.

Hingga Nugroho menemukan Ethan tengah mengisap rokok di halaman belakang sekolah. Sontak ia membuang putung rokok yang ada di mulut Ethan kemudian menginjaknya hingga padam.

Tanpa basa-basi ia menarik kerah kemeja Ethan dengan bengis kemudian memberinya satu pukulan tepat di sudut bibir, hingga cowok bergaya rambut mullet itu tersungkur.

Rasa kesal yang sebelumnya meluap kini sedikit berkurang. Sementara Ethan hanya menyeringai, ia tak membalas perbuatan Nugroho atau mencaci makinya sebagai senior yang kasar.

"Kalo ngerokok jangan di sekolah!" ucap Nugroho sarkas.

Ethan kemudian bangkit, membersihkan seragamnya dari debu dan kotoran. Dia terlihat berantakan, kantung matanya punya kantung mata. Ethan terbahak seraya menepuk bahu Nugroho.

"Senior, gue nitip Venti."

"Buat?" Nugroho mengangkat sebelah alisnya.

"Jagain Venti selagi urusan gue kelar." Lantas Ethan melenggang pergi tanpa memberikan petunjuk.

***

Sore ini Venti dan Nugroho tengah duduk berhadapan di Vintage Cafe. Gadis itu diam seribu bahasa sedari tadi, membiarkan secangkir kopi hitamnya mendingin.

Pandangannya yang kosong menatap ke luar jendela mengamati manusia dengan segala kesibukannya berlalu lalang. Sementara Nugoro sendiri mencoba mendiamkan Venti untuk beberapa saat dengan membaca buku, mengingat kemarin adalah hari terburuk yang pernah Venti alami.

"Kak."

Setelah bersabar menunggu sangat lama pada akhirnya Venti memanggilnya. Suaranya terdengar datar dan sangat lemah tak seperti waktu ia pertama kali bertemu dengan Venti, di mana Nugroho sempat termakan omongannya sendiri.

"Iya?"

"Kemarin aku lihat dia sama perempuan lain tapi kenapa dadaku kok sakit?" Venti meminum kopi hitamnya yang sudah mendingin.

"Lo suka sama dia." Nugroho menjawab singkat.

Mata Venti beralih ke arah Nugroho. "Dia cuma kuanggap teman."

Ketika Nugroho menatap mata Venti, ia tahu betul jika tatapan itu suram. Kosong, penuh amarah, balas dendam, dan gelap membuat Nugroho mengalihkan pandangan. "Dan cemburu?"

"Cemburu?"

"Rasa sakit di dadamu itu pertanda cemburu."

"Tindakan mereka tak beradab!"

Venti menggebrak meja hingga Nugoroho sedikit terkejut bahkan tatapan pengunjung lain pun hanya tersorot pada Venti seorang kemudian berbisik-bisik. Namun gadis itu tak menghiraukan ia tetap pada pendiriannya.

"Mulai sekarang gue yang jagain lo." Perlahan-lahan Nugroho mengerti maksud Ethan.

"Buat apa?" Venti mulai meneguk secangkir kopinya sampai habis.

Impeded DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang