Author tidak pernah meragukan pembaca meski komentarnya aneh-aneh
.
.
.
I wish you could see yourself the way I see you
—Ethan Prambudi
"Bi Sarah, Venti mau pergi dulu bareng Haera!""Eh Venti kamu mau main pake itu?"
Bi Sarah yang tengah membaca majalah di ruang tengah menghentikan keponakannya. Ia merasa ada yang salah dalam cara berpakaian Venti yang terlihat seperti gadis desa. Bi Sarah pun beranjak menuju lemari pakaiannya.
"Kenapa Bi? Baju ini masih bagus kok," bela Venti.
"Di kota cara berpakaian kita itu dinilai juga beda sama di daerahmu. Oh iya kamu punya coats cream kan?" jelas Bi Sarah sembari memilah pakaian.
Meski Venti tak mengerti maksud Bi Sarah tapi sebagai keponakan yang baik ia mengangguk. "Sebentar Venti ambil dulu di atas."
Tatkala Venti turun dari tangga di tangan Bi Sarah sudah terdapat dress putih bunga-bunga bergaya vintage. Terlihat seperti model lama tapi layak pakai jika dipadukan dengan coats cream milik Venti.
"Ini buat kamu, baju Bibi jaman kuliah dulu tapi kayaknya sekarang udah enggak muat."
Venti menerima dress tersebut dengan mata berbinar. "Beneran, Bi?"
"Beneran, sekarang cepat ganti baju. Oh iya kalau barang bawaanmu banyak pakai totebag putih sama sepatu sandal putih di depan. Hati-hati di jalan ya!"
"M-makasih banyak, Bi!" Secara refleks Venti memeluk Bi Sarah dengan hangat. Sungguh akhir pekan yang menyenangkan.
***
Pukul sepuluh tiga puluh, gadis itu tengah menunggu seseorang di taman kota dengan buku di tangannya. Ditemani earphone yang memutarkan lagu kesukaannya berulang kali. Sesekali ia melirik arloji yang melingkar di lengan dan memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang menikmati suasana akhir pekan.
"Haera belom dateng?"
Merasa ada seseorang yang mengajak berbicara Venti cepat-cepat melepas earphone yang melekat di telinganya. Ia juga menutup bukunya dan meletakkan kembali ke dalam tas.
"Eh, apa-apa?"
"Pagi," sapa Ethan lembut. Cowok itu mengambil tempat duduk di dekat Venti.
"P-pagi, lah lu diajak Haera juga? Kirain cuma gue doang." Venti menjawab terbata.
Hari ini cowok itu mengenakan turtle neck hitam dibalut dengan kemeja putih serta celana hitam tak lupa ikat pinggang dengan warna serupa serta potongan rambut mullet yang menjadi ciri khas Ethan.
"Kenapa? Kemarin dia ajak gue juga kok." Ethan mendekatkan wajahnya ke Venti membuat cewek itu menciptakan jarak.
"Aneh aja sih biasanya lu rada-rada sekarang agak normalan dikit. Gue kangen Haera napa mesti sama lu sih!" Venti mencibir.
"Kok agak, gue udah berusaha kelihatan senormal mungkin loh. Anyway lu cantik kalau pake baju casual kek beda aja gitu sama pake seragam."
Venti memutar mata malas. Kedua matanya kembali fokus pada buku tanpa peduli kehadiran Ethan di sana. "Gombal!"
"Kalau serius gimana?" goda Ethan.
Venti mengambil jeda sejenak. "Nabok orang halal gak sih?"
"Tabok aja, lagian lu beneran cantik kok hari ini." Ethan berkata dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impeded Dream
Novela JuvenilShe is a flower growing on the surface of moon. Unique and mysterious, her beauty is precious lovely gift on canvas of moon. -Weird Guy Who Loves Science Merangkap jadi siswi teladan sekaligus wibu akut adalah dua hal yang sulit bagi Venti. Terutama...