Author tidak pernah meragukan pembaca meski komentarnya aneh-aneh
.
.
.
Seandainya sang iblis datang menemuimu, niscaya ia akan mencium matamu dan bertobat
—Ethan PrambudiVenti merogoh isi tasnya ketika bel pertanda istirahat berbunyi. Ia mencari kotak bekalnya namun gadis itu terlupa satu hak kalau dia lupa membuat bekal makan siang mengingat isi kulkas belum juga diisi ulang. Venti sengaja mengosongkan isi kulkas sebab ia kangen makanan yang dijual di supermarket.
"Oh iya aku kan enggak buat bekal tadi." Monolog Venti. Alhasil gadis itu pun beranjak dari tempat duduk. Ia berniat membeli sarapan di kantin sebelum kehabisan.
"Venti!" panggil Haera.
Sontak langkah kaki Venti pun terhenti, dia menoleh ke belakang. "Iya?"
"Sini yuk makan bareng kita!" tawar Haera antusias.
Sekilas Venti melihat tatapan teman-teman sekelasnya yang sedikit berbeda. Sayup-sayup telinga Venti menangkap bisik-bisik mereka disertai dengan cacian.
"Enggak dulu Ra, aku makan di kantin aja."
"Tapi Ven—"
Venti tak punya banyak waktu untuk sekedar berbincang dengan Haera. Ia pun langsung memotong kata-katanya. Kemudian berlari menuju kantin.
"Aku duluan ya, takut kehabisan nanti!"
Tatkala gadis itu mempercepat langkah, ia terkejut kakinya seolah membentur sesuatu hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur.
Seperti ada yang sengaja menjegal Venti. Dada gadis itu terasa nyeri, dia melihat kedua lututnya yang terbuka lecet tergores lantai.
Namun anehnya dari sekian banyak siswa yang berdiri di koridor tak ada satupun yang mau menolong Venti. Mereka justru memberi tatapan sinis dengan seringai puas.
Ketika Venti mencoba untuk berdiri semua orang menyoraki Venti dengan melempar gumpalan kertas ke arahnya. Dengan langkah tertatih Venti melarikkan diri dari tempat itu.
Untungnya Venti berhasil kabur tanpa menimbulkan kericuhan berkelanjutan. Setibanya Venti di kantin, dia sempat terhenti sejenak kemudian berjalan dengan hati-hati banyak siswa yang mengentre dengan sabar sembari membawa nampan.
Kantin sekolah ini bukan hanya menyediakan roti lapis atau makanan ringan melainkan pihak sekolah juga memperhatikan kebutuhan nutrisi murid-muridnya.
"Ah, kamu anak baru ya? Kok enggak pernah kelihatan," tanya petugas kantin yang membuat Venti sedikit terkejut.
"Tidak juga." Gadis itu membalas dengan sopan sambil tersenyum hangat.
"Jelas-jelas dia penerima beasiswa tanda kurang mampu, ups."
Seseorang dengan suara cempreng menyahut. Membuat kepala Venti menengok ke belakang secara refleks. Ternyata cuma perempuan yang lebih tua di atasnya dengan rambut panjang bergelombang.
"Maaf?" ujar Venti.
"Minggir lo!" Dia mendorong Venti dengan kuat sampai-sampai gadis itu nyaris kehilangan keseimbangan juga kehilangan makan siangnya.
Akhir-akhir ini Venti selalu mendapatkan perlakuan buruk oleh senior hingga teman sekelasnya sendiri. Bahkan dia tiga kali diculik di kamar mandi untuk mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan.
Semenjak berita dengan Nugroho menyebar beberapa hari yang lalu. Uniknya gadis itu tak membuat perhitungan malah sekarang ia asyik menikmati makan siangnya dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Impeded Dream
Teen FictionShe is a flower growing on the surface of moon. Unique and mysterious, her beauty is precious lovely gift on canvas of moon. -Weird Guy Who Loves Science Merangkap jadi siswi teladan sekaligus wibu akut adalah dua hal yang sulit bagi Venti. Terutama...