Petir menyambar dan hujan turun dengan begitu derasnya, membuat malam terasa semakin mencekam. Di sebuah rumah sederhana yang berada di tengah perkebunan apel, terlihat seorang wanita paruh baya sedang berjuang baju dengan peralatan seadanya untuk membantu sang putri yang hendak melahirkan.
"Akhh...sakit Bu, aku tidak tahan lagi"
Teriakan yang sama terus keluar dari mulut Lumia, putri tunggal Rose yang sedang mengalami kontraksi hebat karena hendak melahirkan. Mereka hanya berdua di rumah itu, tidak ada siapapun yang membantu.
"Sabar Nak, Ibu bingung harus melakukan apa, tarik saja napas yang dalam lalu mengejan-lah" seru Rose gelisah. Ia hanya petani biasa, tak pernah membantu proses melahirkan. Apa yang disampaikan kepada putrinya hanya berdasarkan pengalaman yang pernah ia rasakan.
Lumia yang tidak punya pilihan, hanya mengikuti saran sang ibu. Rasa sakit yang begitu hebat berusaha ia tahan demi bisa melahirkan buah hati dari pria tak bertanggung jawab yang telah menghamilinya.
Usahanya sedikit membuahkan hasil, kepala sang bayi sudah mulai keluar, namun Lumia yang terlalu kelelahan jatuh tak sadarkan diri dengan posisi bayi yang baru terlihat setengah kepalanya.
"Lumia bangun Nak, bangun! Sedikit lagi kamu bisa bertemu bayimu, Lumia!" Teriak Rose sambil menepuk pipi putrinya.
Sadar akan bahaya yang bisa mengancam nyawa Putri dan cucunya. Rose berinisiatif untuk menekan perut bagian atas Lumia, berharap agar sang bayi terdorong keluar. Awalnya pelan, namun tak ada perubahan, hingga akhirnya wanita itu menekan dengan keras hingga seluruh kepala sang bayi berhasil keluar.
Rose-pun menariknya perlahan, hingga seluruh tubuh bayi itu berada dalam genggamannya, tidak ada tangisan, tapi sang bayi menggeliat pelan menandakan adanya kehidupan. Setelah memotong tali pusarnya, Rose segera menyelimuti bayi itu dan membawanya ke dekat Lumia.
"Putriku lihatlah, bayi yang kau nantikan sudah lahir, dia perempuan, maaf Ibu belum membersihkannya. Buka matamu dan lihat dia!"
Tidak ada jawaban. Sebaliknya, wajah Lumia terlihat sangat pucat. Rose sontak panik, setelah meletakkan cucunya di tempat yang aman. Ia memeriksa keadaan putrinya.
"Lumia! Bangunlah! Buka matamu Nak, putrimu sudah lahir, tidakkah kau ingin melihatnya. Lumia! Lumia!"
Rose berteriak histeris, anaknya sudah tidak bernapas, seprei yang tadinya putih kini berubah warna menjadi merah karena berasal dari bagian bawah tubuh Lumia. Putrinya meninggal karena pendarahan.
Suara hujan yang deras tak mampu meredam tangis kesedihan dari seorang ibu yang baru saja kehilangan putrinya. Rose meraung sejadi-jadinya memeluk dan menciumi Lumia yang sudah tak bernyawa. Putri kesayangannya, putri yang ia besarkan sepenuh jiwa kini meninggalkannya.
"Lumia! Anakku, jangan tinggalkan ibu Nak, Lumia bangun! Jangan seperti ini, buka matamu Lumia" raungnya mengiris hati menyadari apa yang diserukannya tidak akan pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Red (On Going)
Teen FictionMariana pikir, dengan semua dosa yang ia miliki, dirinya akan langsung dibuang ke Neraka terdalam setelah kematiannya. Namun sebaliknya, ia malah dilahirkan kembali dengan kemampuan yang malah membuatnya kerepotan. Berniat menebus segala kejahatanny...