27. Peter Redals

309 85 3
                                    

Seorang pria mengenakan jubah hitam dengan tudung yang menyamarkan wajahnya, turun dari perahu. Semua yang berjaga, mulai dari gerbang kastil sampai pintu kamar tempat Mariana berada, memberi hormat padanya.

"Terima kasih, kalian sudah menjaganya dengan baik, sekarang tinggalkan kami berdua" Ucapnya yang langsung dipatuhi sang pengawal.

Sebelum membuka pintu, pria itu menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan demi menyiapkan hati untuk pertemuan yang sudah sangat dinantikannya.

🍎

Mariana menatap serius pria paruh baya yang kini berdiri di depannya. Dia sudah masuk dari beberapa menit yang lalu tapi belum mengucapkan sepatah katapun dan cara memandangnya membuat gadis itu tidak nyaman.

"Apa anda pemimpin mereka?" Tanya Mariana memulai pembicaraan. Basa-basi formal perkenalan diri, ia lewatkan karena baginya itu tidak penting di situasi sekarang.

"Akhirnya kita bertemu, saya sudah menantikan saat ini sejak lama" Pria itu berujar dengan suara lirih dan mata yang mulai berkaca-kaca membuat sang lawan bicara berdecak.

"Sebaiknya katakan yang sebenarnya, siapa anda dan apa tujuan anda mengurung saya di sini?" Gadis yang sudah bosan dan mulai hilang kesabaran itu memberikan tatapan tajam agar pria di dapannya tidak bertele-tele. Sementara Lumia bersikap tidak seperti biasanya, dia hanya diam dan fokus pada objek yang sama.

"Sebaiknya kita bicara di sana" Pria itu mempersilahkan Mariana menuju meja makan  dan menunggunya duduk terlebih dulu. Demi menuntaskan semua keingintahuannya, gadis itu-pun menurut.

Saat pria itu menyingkap tudung yang menutupi kepalanya, terlihatlah rambut ikal pendek berwarna merah, persis dengan warna rambut Mariana.

Sepasang mata marah gadis itu seketika membola, warna merah rambutnya yang sekarang tidak sama dengan di kehidupan sebelumnya, di negerinya hanya dia yang memiliki warna rambut seperti itu. Kini, ada orang lain, hal ini tentu bukan kebetulan.

Paham dengan rasa penasaran dari sepasang mata indah yang menatapnya, pria itu pun mulai membuka suara kembali.

"Nama saya Peter Redals, Raja negeri ini. Melihat warna rambutku, kau pasti sudah bisa menerka apa hubungan kita" Ujar pria itu menatap teduh Mariana, sama seperti ketika Marquess Davies menatapnya.

"Anda...?" Gadis dengan gaun satin berwarna hijau lumut itu tidak menyelesaikan ucapannya dan reflek berbalik pada Lumia yang masih menatap Peter dengan lekat.

Roh yang mengira telah kehilangan memorinya itu, perlahan mulai mengingat sosok Peter yang pernah ada di hidupnya berpuluh tahun yang lalu.

🍎

Setelah lulus dari sekolah, oleh Rose, Lumia dikirim ke Kota Davies untuk melanjutkan pendidikan di bidang keperawatan dengan harapan, setelah lulus nanti, putrinya itu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan tidak jadi petani buah sepertinya.

Awalnya semua berjalan baik, sampai suatu hari Lumia harus ke Kota Herios untuk melakukan praktek kerja dan studi banding di sana. Dia menjalani masa prakteknya dengan bersemangat, banyak ilmu baru yang ia dapatkan sampai suatu hari sebuah musibah datang menimpanya.

Malam itu, Lumia mendapat tugas untuk merawat seorang bangsawan yang tiba-tiba jatuh sakit, dia dijemput menggunakan kereta oleh pelayan bangsawan tersebut. Setibanya di Mansion, tepatnya di kamar calon pasiaennya, dia menemukan sorang pria sedang tidur meringkut sambil merintih kesakitan dengan peluh bercucuran. Dari suaranya, Lumia yakin pria itu sangat kesakitan.

"Tuanku meminum sesuatu yang membuatnya jadi seperti itu, tolong obati dia" Ucap sang pelayan yang sebelum meninggalkan kamar dan menutup pintu.

Lumia pun berjalan mendekati ranjang, berniat memeriksa suhu tubuh pria yang terlihat mencolok dengan rambut merahnya itu. Baru saja ia mengulurkan tangannya, sebuah tarikan kuat membuat gadis itu tersentak dan jatuh terlentang di atas kasur.

Lady Red (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang