"Maria, ayo kita cepat pergi dari sini, pikiran Tuan Marquess sepertinya sedang tidak sehat, Nenek akan membatalkan kerja sama dengannya" Ujar Rose panik seraya mondar mandir di hadapan ranjang besar di kamar yang sekarang ditempati cucunya.
Kamar itu adalah kamar milik Mariana, kamar yang dipenuhi barang-barang mewah dengan dominan warna hitam dan merah. Warna kesukaannya dan Dante. Tidak ada yang berubah dari kamar itu sejak ia tinggalkan, semuanya masih sama dan Marquess langsung menempatkannya di sana tanpa pikir panjang. Sifat Ayahnya masih seperti dulu, sulit dibantah.
"Aku tidak mau Nenek terkena masalah, untuk sementara kita lihat situasi dulu lalu bicarakan baik-baik dengan Marquess saat dia tenang" Bujuk Mariana. Dia sama sekali tidak punya rencana untuk mengatasi kondisi ini selain melihat dan menunggu.
Melalui cermin besar di sudut ruangan yang menampilkan bayangan dirinya, gadis kecil itu termenung. Di kehidupan ini dia tidak terlalu memperhatikan penampilan dan jarang bercermin. Ternyata Ayahnya benar, rupanya sekarang begitu mirip dengan dirinya ketika kecil di masa lalu, pantas saja ia sangat mudah dikenali.
"Tuan Marquess salah mengira aku adalah putrinya karena ternyata kami sangat mirip, benarkan Nek?"
Mendengar ucapan cucunya. Rose melihat pantulan Mariana di cermin dan lukisan yang terpajang di dinding di dekatnya. Tak bisa dipungkiri, mereka seperti satu orang yang sama, ditambah lagi nama keduanya-pun mirip.
"Bagaimana kalau Tuan Marquess tetap bersikukuh" Tanya Rose masih tetap cemas.
"Apa kita bisa melawan Nek?" Balas Mariana. Keduanya kompak menghela napas pasrah.
🍎
Para pelayan di kediaman Marquess, ternyata tidak komitmen dengan ucapan mereka sewaktu di aula, apalagi di bawah hasutan Sarah yang menolak tunduk pada anak ingusan yang hanya cucu seorang pembuat keripik.
"Jika Tuan tidak ada, abaikan saja anak itu! Buat dia merasa tidak betah dan pergi dari rumah ini" Titahnya yang disetujui semua pelayan yang memang hasil didikannya.
Sarah menjadi kepala pelayan saat Marquess diasingkan, selama itu, dia yang berkuasa di kediaman. Dia tidak pernah bertemu atau melayani Mariana, tapi dia tau seberapa sayang sang Marquess pada putri tunggalnya itu. Terbukti dengan selalu membuat perayaan ulang tahun, dan kamarnya yang masih terawat.
Niat wanita beralis tipis dengan rambut coklat gelap itu sebenarnya adalah merayu Marquess dan berharap dijadikan istri. Namun dia sama sekali tak pernah dilirik dan tetap dianggap sebagai pelayan meski perhatian telah ia curahkan. Kehadiran Rose dan Mariana tentu saja mengusiknya.
🍎
"Ibu dari mana saja?" Tanya Mariana begitu melihat Lumia muncul menembus dinding kamarnya. Rose sudah kembali ke rumah belakang untuk mengambilkan pakaian sekalian membuat keripik sebagai cemilannya.
"Aku berkeliling sebentar untuk memastikan tempat ini aman buatmu, untunglah aku melakukannya jadi aku bisa tahu sifat asli para pelayan itu" Ungkap Lumia dengan kesal.
"Maksud Ibu?" Mariana mengernyitkan dahinya. Fokusnya beralih dari buku ke Lumia sepenuhnya.
"Sarah, Kepala pelayan yang bibirnya seperti habis menghisap darah itu, menghasut semua pelayan agar mengabaikanmu. Aku juga mengikuti sampai ke kamarnya, di sana dia punya banyak koleksi perhiasan, yang aku yakin bukan miliknya" Jelas Lumia menggebu.
"Sangat mencurigakan, awasi dia terus Bu juga pelayanan lainnya"
Informasi yang diberi Lumia mengusik hati Mariana, ia lalu menuju salah lemari kecil berwarna hitam yang terbuat dari kayu jati, di sanalah ia menaruh semua perhiasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Red (On Going)
Genç KurguMariana pikir, dengan semua dosa yang ia miliki, dirinya akan langsung dibuang ke Neraka terdalam setelah kematiannya. Namun sebaliknya, ia malah dilahirkan kembali dengan kemampuan yang malah membuatnya kerepotan. Berniat menebus segala kejahatanny...