17. Memperjuangkan Cinta

565 95 4
                                    

Marquess Davies tahu Ratu Helena dan Pangeran Damian pernah berkunjung ke kediamannya saat ia sedang tidak ada, tapi Mariana berkata bisa menanganinya dengan baik. Namun, surat di tangannya justru menjelaskan hal yang berbeda. Keluarga Kerajaan yang sangat dicintai rakyat itu justru terlihat tertarik pada putri yang coba disembunyikannya dari dunia luar.

"Apa ada masalah Ayah?" Tanya Mariana yang akhirnya membuka suara setelah sebelumnya hanya duduk diam di depan meja kerja sang Marquess. Dahi ayahnya itu sejak tadi berkerut sambil memegang sebuah surat yang sudah dibuka.

"Mungkin bagi keluarga lain, ini adalah keberuntungan, tapi bagi kita ini suatu ancaman" Ucap Marquess dengan wajah cemas.

"Maksud Ayah?"

"Bacalah!"

Mariana menerima surat yang diulurkan ayahnya, kertasnya berwarna putih gading dengan tulisan tinta emas. Dia kemudian membaca dengan serius dan terkejut setelah memahami isinya.

"Tapi Ayah, Ini tidak masuk akal, tidak bisakah kita menolaknya?" Protesnya.

"Sayangnya tidak, isi surat itu memang seperti pemberitahuan, tapi sebenarnya adalah perintah. Bersabarlah untuk sebulan. Entah atas dasar apa Pangeran memilih wilayah kita, tapi kita harus tetap melayaninya dengan baik" Balas Marquess Davies pasrah.

Gadis berkepang dua itu hanya bisa tertunduk lesu dan keluar dari ruang kerja ayahnya dengan langkah lunglai. Baru saja kehidupan tenangnya kembali, kini ia harus kembali menghadapi keluarga kerajaan yang sangat ingin ia jauhi.

"Mereka orang-orang baik, taman mu bisa kembali indah juga berkat Yang Mulia Ratu, jadi bukan hal berlebihan kalau kau menerima Pangeran dengan tangan terbuka" Celetuk Lumia yang setia mengiringi langkah putrinya. Dia masih heran kenapa Mariana begitu tidak suka dengan keluarganya kerajaan.

"Mereka memang baik Bu, aku yang orang jahatnya, karena itu aku menghindari mereka" Jawab Mariana lugas makin membuat Lumia tak mengerti.

"Semakin kau tumbuh dewasa, aku semakin sulit memahamimu, aku dan Nenekmu memiliki kecemasan yang sama, kami tidak ingin kau menutup diri selamanya. Kepandaian dan kecantikanmu akan sia-sia.

Mariana memilih tidak menanggapi Ibunya, ia langsung menuju kamar dan mengunci diri di sana. Lumia tidak ikut masuk dan hanya di luar, memberi waktu untuk putrinya yang sedang kesal menenangkan diri.

🍎

Masih teringat jelas di benak cucu Rose itu, wajah Pangeran Damian yang seperti pinang dibelah dua dengan Raja Dante. Bagaimana mungkin dirinya sanggup melihat wajah itu setiap hari. Wajah yang membuat jatuh hati untuk pertama kalinya.

"Tidak mungkin aku memakai kerudung terus, bisa-bisa Ratu malah datang membawa Dokter" gumamnya gelisah di atas pembaringan. Gadis itu memilih tidak ikut makan malam karena tak lagi berselera.

Tanpa sadar Mariana kembali mengenang kehidupannya yang lalu, masa saat ia sedang kasmaran berat pada Dante. Saat itu adalah masa paling bahagia dalam hidupnya karena ia banyak menaruh impian di sana. Namun, tidak ada satupun yang terwujud dan justru kemalangan yang menimpanya.

"Semua sudah berlalu, aku bukan lagi Mariana yang dulu, jika aku bisa berdamai dengan masa lalu, maka semua akan baik-baik saja" Ucap Mariana memantapkan hatinya.

Dia lalu beranjak dari ranjang menuju cermin besar yang berada di samping lemari pakaian, kemudian menatap pantulan dirinya dari ujung kaki sampai ujung rambut, yang terlihat bukanlah Mariana sang Bunga Pergaulan, tapi hanya gadis sederhana biasa. Hal itu makin membuat yakin kalau dirinya tidak lagi sama.

🍎

Meski tidak sesuai keinginannya, Damian cukup senang dengan jalan yang dibukakan oleh kedua orang tuannya walau bukan sepenuhnya, karena mereka juga menuntut imbalan.

Lady Red (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang