23. Enggan Bangun

414 74 6
                                    

Deborah pergi dan melarang Lumia untuk mengikutinya dengan alasan butuh waktu untuk sendiri.  Mariana yang menyadari hal itu juga segera pamit dari Damian tanpa menjawab ungkapan perasaannya, meninggalkan pria itu dalam kekalutan hingga mengambil kesimpulan sendiri.

"Apa aku harus menyerah?" Batinnya resah, menatap nanar kepergian gadis pujaannya yang perlahan menjauh. Damian memilih tak beranjak, sekedar ingin menenangkan perasaannya di tengah kesunyian, di mana hanya terdengar detak jam dinding dan suara kayu yang terbakar kobaran api

Sementara Mariana tidak langsung kembali ke kamarnya, ia berada di kamar Deborah dan terduduk diam di sisi tempat tidur sambil mendengarkan penjelasan Lumia tentang apa saja yang ia dapat malam ini.

Gadis itu tidak bisa menimpali karena perawat masih berada di ruangan yang sama, dia hanya menatap Deborah dengan lekat. Pikirannya bercabang antara informasi yang diberikan Ibunya juga pengakuan Damian. Hatinya berdebar sekaligus gelisah. 

"Tolong jangan pernah tinggalkan Lady Lewis sendirian, pagi nanti akan ada perawat lain yang menggantikanmu. Jadi, jangan sampai lengah! Pelakunya masih berkeliaran di luar sana" Pesan Mariana kepada sang perawat. Hal yang hampir sama dia sampaikan kepada para pengawal yang berjaga sebelum kembali ke kamarnya.

Setelah membersihkan diri dan memakai gaun tidurnya. Gadis itu duduk di depan cermin sambil menyisir rambutnya. "Ibu, terima kasih sudah bekerja keras hari ini, bisakah aku meminta tolong satu hal lagi?" Tanyanya.

"Tentu saja, kau selalu bisa mengandalkanku" Lumia yang berdiri di belakang putrinya langsung menyanggupi meski belum tahu bantuan seperti apa yang diinginkan Mariana.

"Tolong cari Deborah, jangan biarkan dia sendiri, kalau bisa ajak dia kembali ke kamarnya, katakan padanya bahwa aku tetap akan membantunya. Setelah yang dia dengar tadi, mungkin dia tidak nyaman bicara denganku"

"Baik, sekarang beristirahatlah! Kau pasti sangat lelah"

Mariana berbalik untuk memberikan senyum tipis kepada Lumia, sebelum ibunya itu menghilang menembus tembok. Ia lalu bangkit dari duduknya untuk beranjak ke pembaringan yang hanya berjarak beberapa langkah.

Di ranjang besar beralaskan seprei yang terbuat dari kain  lembut , gadis yang menggerai bebas rambut merah sepinggangnya itu membaringkan tubuh dan pikirannya yang lelah. Perlahan tangannya berpindah untuk merasai debaran jantung yang meningkat sejak mendengar pengakuan sang Pangeran.

Helaan napas panjang mengawali usahanya untuk terlelap, mencoba sejenak melupakan kekacauan malam ini. Dirinya butuh istrahat, banyak yang harus diselesaikan besok.

🍎

Meski pelan, suara tangisan Deborah berhasil membimbing Lumia untuk menemukan tempat makhluk setengah arwah itu menenangkan diri. Gudang penyimpanan bahan makanan yang terbilang sepi menjadi pilihannya.

Lumia mendekat, berada tak jauh darinya dan tidak mengatakan apapun, dia menunggu sampai gadis itu bisa menguasai perasaannya yang ternyata cukup lama, sampai menjelang pukul tiga subuh.

"Kupikir, karena sudah jadi arwah, kita tidak akan lelah" ujarnya polos menoleh kepada Lumia sambil menyeka sisa air matanya.

Melihatnya, Hantu senior yang masih terlihat muda itu tersenyum geli lalu mendekat. "Kau masih hidup, tidak seperti aku, jadi kau masih bisa merasakan lelah jika mengeluarkan energi berlebihan" Jelasnya. "Apa kita sudah bisa bicara?" Tanya Lumia hati-hati.

Gadis itu mengangguk pelan. "Seperti yang kau lihat, aku sangat sedih dengan ucapan Damian, aku sudah menyukainya sejak kecil dan kupikir suatu saat kami pasti akan menikah. Dia selalu bersikap baik padaku, hanya aku satu-satunya gadis yang akrab dengannya, jadi kupikir dia pasti memiliki perasaan yang sama denganku, tapi ternyata..."

Lady Red (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang