14. Penasaran

665 118 32
                                    

Damian yang terbiasa bangun lebih awal untuk latihan, sudah beranjak dari ranjangnya sebelum jam lima pagi. Awalnya dia hanya melakukan pemanasan di dalam kamar. Namun, pria itu kemudian berinisiatif untuk keluar untuk menghirup udara segar sekalian melihat efek badai semalam.

Karena matahari belum terbit dan pencahayaan hanya dari lilin yang tergantung di langit-langit koridor, Damian hanya samar-samar melihat kondisi taman yang berada di sekitar kamarnya berantakan, batang-batangnya patah dan kelopaknya berserakan hingga di lantai koridor.

Damian terus berjalan hingga sampai di belokan yang memiliki dua jalur. Sebelah kanan adalah dari mana dia datang semalam yang terhubung dengan ruang makan dan bagian depan kediaman. Jadi, pria itu mengambil jalur sebelah kiri. Ia penasaran dengan apa yang ada di bagian belakang kediaman Marquess.

Belum lama berjalan, Damian melewati satu pintu, yang sepertinya juga sebulan kamar, namun tidak ada pengawal yang berjaga. Ia-pun berjalan lagi, namun baru beberapa langkah, pria itu dikejutkan dengan sebuah pintu yang tiba-tiba terbuka dan seorang gadis yang mengenakan gaun tidur dan jubah putih keluar lalu menutup pintu dengan perlahan. Yang tidak disangka adalah setelahnya, gadis itu berlari dengan kencang.

Pria itu sempat terhenyak, jantungnya seketika berdegup kencang, terpana dengan apa saja yang baru dilihatnya entah itu peri atau hantu, gerakannya begitu lincah. Kulit putih dan rambut merah adalah dua hal kontras yang begitu menarik perhatian. Wajah gadis itu belum terlihat jelas karena posisinya yang bergerak.

Damian yang telah tersadar kemudian turut berlari mengikuti sang gadis yang rupanya tidak menyadari keberadaannya. Sepasang mata tajam Damian tak lepas dari menatap sosok di depannya hingga ia menyadari, sepasang kaki jenjang itu menapak di lantai, artinya ia juga manusia.

Saat sampai di ujung koridor dan kala gadis itu hendak menginjak tanah. Damian memberanikan diri menegurnya.

🍎

Lumia yang melayang di depan untuk membimbing putrinya, tidak menyadari kehadiran Damian. Baru ketika suara khas pria itu terdengar, ia ikut berbalik. Namun bukan sosok tampan itu yang membuatnya heran, tapi reaksi Mariana yang seperti melihat setan.

"Akkhh...!" Teriak Mariana kencang hingga reflek membuat Damian berbalik ke belakang, menduga apakah ada setan yang berdiri di belakangnya, karena tidak mungkin wajah tampannya membuat gadis itu ketakutan.

Nihil, tidak ada siapapun di sana, ketika lelaki dengan tubuh tinggi dan itu berbalik, dia tidak menemukan gadis berambut merah itu lagi. Sosoknya hilang tak berbekas seperti memang tidak pernah ada. Damian kebingungan dia-pun memeriksa sekitar bahkan sampai keluar dari koridor untuk mencari jejak gadis itu. Namun tidak ada bekas kaki, artinya ia tidak berlari keluar.

"Apa aku baru saja melihat hantu? Tapi mana ada hantu secantik itu?" Gumamnya frustrasi. Mereka sempat saling menatap beberapa detik hingga ia bisa melihat wajah gadis itu.

Damian berada di tempat itu sampai beberapa pelayan mulai keluar untuk beraktifitas, tapi tidak ada satupun yang serupa dengan gadis si berambut merah, lelaki itupun akhirnya kembali ke kamar dengan perasaan kecewa dan ragu pada penglihatannya sendiri.

Sementara itu, Mariana yang bersembunyi di langit-langit dan duduk di rangka kayu atap, menarik napas lega setelah melihat Damian pergi. Bagaimana ia tidak terkejut melihat sosok Dante di hadapannya. Pria yang pernah ia cintai, tapi sekarang begitu ia takuti. Baginya, Dante adalah sumber malapetaka yang harus ia jauhi.

"Kenapa kau takut pada Pangeran itu? Bukankah semalam kalian bertemu? Kau bahkan yang mengantarnya ke kamar?" Celetuk Lumia yang heran dengan tingkah anaknya.

"Pangeran?" Maksud Ibu dia Pangeran Damian?" Tanya Mariana balik dengan mata membola kaget.

"Iya, dia tamu mu, tapi kau melihatnya seperti melihat setan"

Lady Red (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang