11. Menepis dendam

513 98 2
                                    

Mariana segera menepis rasa terkejutnya dan bersikap seolah tidak melihat apa-apa. Lumia-pun sama, ia enggan menanggapi mantan manusia yang pernah jahat pada putrinya. Namun cahaya merah dari tubuh cucu Rose itu dan keberadaan makhluk astral di sisinya, mau tak mau membuat arwah Sarah tertarik dan terus mengikuti.

"Aku datang untuk menjemput Nenek, kita akan makan malam bersama di kediaman Utama" Ajak Mariana begitu ia masuk ke dalam kamar dan mendapati Rose sedang merebus kentang.

"Tidak, kau saja, Nenek sungkan pada Tuan Marquess, sebaiknya kau juga harus menjaga jarak dengannya biar kita bisa pergi dari sini dengan mudah" Balas Rose seraya duduk di kursi kayu yang ada di depan meja makan kecil di mana Mariana juga duduk di depannya.

"Nek, maaf karena tidak meminta pendapat Nenek, tapi aku audah memutuskan untuk tetap tinggal di sini bersama Tuan Marquess. Aku melihat sosok Ayah yang tidak pernah kumiliki darinya, dia membuatku merasa memiliki keluarga lengkap"

Raut penuh harap sang cucu membuat Rose tidak berkutik, namun ia masih dilema karena belum tahu bagaimana respon sang pemilik rumah yang ketika terakhir kali bertemu, bersikap kurang bersahabat padanya.

"Tuan Marquess pasti akan menerima Nenek, kita juga masih bisa terus menjalankan bisnis keripik dari sini. Tidak akan ada yang berubah Nek, selain tempat tinggal dan kehadiran Tuan Marquess" Mariana berusaha meyakinkan. Nenek dan Ayahnya sama-sama penting baginya.

Rose diam sejenak sebelum menghela napas panjang dan menatap sang cucu lekat, gadis kecil itu jarang meminta sesuatu dan kali ini ia terlihat begitu menginginkannya, bagaimana ia tega menolak. Senyum tipis dan anggukan akhirnya ia berikan sebagai jawaban.

"Terima kasih Nek" Seru Mariana menghambur ke pelukan Rose, ia menciumi pipi sang Nenek sebagai luapan rasa bahagianya. "Nenek tidak akan menyesal, kita akan hidup bahagia di sini.

🍎

"Ayah tidak ingin membesarkanmu seperti dulu, tapi karna permintaanmu sederhana dan tidak merugikan orang lain, Ayah tidak punya alasan menolaknya"

Demikian ucapan yang keluar dari mulut Marquess, sebagai jawaban dari permintaan putrinya setelah mereka makan malam, hingga membuat Mariana melonjak senang dan tanpa sungkan melayangkan kecupan di pipi Ayahnya. Sama seperti kebiasaannya dulu setiap keinginannya terpenuhi.

"Terima kasih Ayah, Nenekku orang yang baik, dia yang banyak mengajariku hingga seperti sekarang. Jika dia tetap di sisiku aku tidak akan salah jalan lagi"

Rose mengernyitkan dahi mendengar pembicaraan keduanya, seolah ada hal yang pernah terjadi di antara mereka yang tidak ia ketahui, sikap cucunya juga terlihat natural seperti sudah terbiasa berinteraksi dengan Marquess Davies, padahal mereka baru bertemu hari ini.

"Tolong maafkan sikat kasar saya tadi Nyonya dan terima kasih sudah merawat putri sampai selama ini" Ujar Marquess ramah dengan senyum di wajahnya. Meski masih sungkan, Rose merasa perlu mengingatkan  sesuatu.

"Itu sudah kewajiban saya Tuan karena Mariana adalah cucu saya" Balasnya tegas.

"Aku menyayangi kalian berdua, hidup bahagia dengan keluarga yang lengkap adalah tujuanku, terima kasih sekali lagi karena sudah mewujudkannya" Mariana cepat-cepat menyela untuk menghindari hubungan keduanya kembali menegang.

"Nyonya Rose, saya mengerti kecemasan anda, tapi posisi kita berbeda di mata Mariana, anda Nenek dan saya Ayahnya, jadi saya rasa tidak ada yang perlu diperdebatkan karena kita sudah punya peran masing-masing"

Mendengar penuturan Marquess yang bijak, kecemasan di hati Rose sedikit berkurang, namun ia akan tetap waspada jangan sampai cucunya direbut.

🍎

Lady Red (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang