Hati Mariana awalnya senang, perbaikan yang ia lakukan berjalan lancar, apalagi dengan bantuan bibit yang dikirimkan sang Ratu dan tenaga tambahan dari tukang kebun barunya yang lumayan rajin dan gesit. Namun, moodnya seketika hancur kala mendapatkan ujaran yang menurutnya lancang.
"Seharusnya kau fokus saja bekerja dan tidak memikirkan hal lain!" Hardik Mariana setelah reflek melempar Damian dengan tanah.
"Maaf kalau anda tersinggung, saya hanya memuji anda, tolong jangan marah, saya tidak akan mengulanginya lagi" Balas Damian cepat, tak menduga celetukannya mendapat reaksi seperti itu
"Tentu saja kau tidak akan mengulanginya lagi, karena ini hari terakhirmu bekerja, aku akan segera menyuruh orang untuk memberikan upahmu!" Ucap Mariana tegas lalu melangkah pergi dengan wajah kesalnya.
"Tidak Lady! Saya mau tetap bekerja tolong jangan pecat saya, saya mohon!"
Damian mengikuti langkah Mariana hingga berhasil mendahului dan menghalangi jalan gadis yang kini melotot padanya.
"Minggir!" Perintahnya dengan nada tinggi.
"Tidak! Sebelum Lady memaafkan saya" Bantah Damian.
"Kau sudah membuatku tidak nyaman dan karena ini aku tidak akan membiarkanmu berada di sekitarku, mungkin bagimu reaksiku berlebihan, tapi aku tidak bisa mentolelir tindakan tidak sopan seperti itu"
Mariana mengucapkan kalimat itu seraya menatap tajam Damian, menegaskan bahwa keputusannya tidak bisa ditawar lagi. Akhirnya pria yang mengenakan rompi kain itu hanya bisa menghela napas pasrah lalu mundur untuk memberi jalan pada sang Lady.
🍎
Tak ada pakaian yang harus Damian kemas, ia datang hanya berbekal tekad dan rasa penasarannya. Namun, beban rasa yang ia pikul terasa berat hingga sulit melangkahkan kaki keluar dari kediaman Davies. Upahnya selama bekerja ia berikan kepada Lucas, pria itu lebih butuh untuk dikirimkan kepada istri dan anaknya.
Sang Pangeran telah jatuh pada pesona dari putri Marquess Davies yang misterius. Semakin ia di hempas, semakin besar pula keinginannya untuk mendekat, jika tidak bisa dengan cara halus, maka cara licik-pun akan ia gunakan.
🍎
"Kau ini kaku sekali Maria, dia hanya memujimu, bukankah itu hal yang bagus, kenapa malah memecatnya?" Protes Lumia yang kasihan pada Damian.
"Bu, dia itu kurang ajar, pujian itu adalah bentuk hasratnya padaku. Begitulah pria, mereka akan mengucapkan kata-kata manis jika menginginkan sesuatu" Balas Mariana menyeka keringatnya karena ia yang melanjutkan menanam benih setelah mengusir Damian.
"Kau seperti berpengalaman dengan pria saja, padahal seumur hidup kau tidak pernah dekat dengan pria manapun"
"Aku membacanya di buku" Kilah Mariana.
Selanjutnya, ia tidak menggubris Lumia lagi. Ibunya tidak akan mengerti bahwa apa yang ia sampaikan berdasarkan pengalamannya di kehidupannya yang lalu. Mariana tidak ingin lagi terjebak dengan perasaan romantis dengan pria manapun.
🍎
Damian kembali ke Istana Herios dengan wajah muram. Tanpa istirahat, ia langsung meminta berbicara dengan ayah dan ibunya. Sebagai pribadi yang cuek dan bebas, baru kali ini pria itu terlihat serius hingga membuat Helena dan dan Dante bingung sekaligus penasaran.
"Ayah, Ibu, selama ini aku selalu patuh pada kalian dan tidak pernah meminta apapun" Ujar Damian memulai pembicaraan dengan wajah serius. "Jadi aku harap kalian tidak menolak dan mendukung keinginanku kali ini.
Sepasang suami istri itu saling menatap, seperti sedang melakukan telepati agar menanggapi putra mereka dengan hati-hati. Ada ambisi di mata Damian yang hanya terlihat ketika dia begitu menginginkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Red (On Going)
Teen FictionMariana pikir, dengan semua dosa yang ia miliki, dirinya akan langsung dibuang ke Neraka terdalam setelah kematiannya. Namun sebaliknya, ia malah dilahirkan kembali dengan kemampuan yang malah membuatnya kerepotan. Berniat menebus segala kejahatanny...