04. Cahaya Merah

687 119 6
                                    

Entah pernah tulus atau tidak, Mariana mengenal Sophia sejak kecil, mereka beberapa kali mengikuti kelas yang sama sampai pada akhirnya Marquess Davies memanggil guru privat dan mereka semakin jarang bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah pernah tulus atau tidak, Mariana mengenal Sophia sejak kecil, mereka beberapa kali mengikuti kelas yang sama sampai pada akhirnya Marquess Davies memanggil guru privat dan mereka semakin jarang bertemu.

Keduanya mulai akrab kembali setelah beranjak remaja dan sering bertemu di pesta minum teh. Semua gadis bangsawan bersikap baik padanya, tapi Sophia-ah yang paling berusaha. Sikapnya yang ramah dan selalu memuji, membuat Mariana menyukainya. Mereka-pun semakin dekat dan sering menghabiskan waktu bersama.

Namun, tidak ada pertemanan sejati dalam kalangan bangsawan, semua adalah soal untung dan rugi. Paling tidak begitulah menurut Mariana, karena ketika dirinya terpuruk dahulu, tidak ada yang datang atau sekedar menanyakan kabarnya melalui surat. Padahal Mariana dulu hanya bersikap jahat pada mereka yang di anggap menghalangi jalannya.

🍎

"Kau, kau tau namaku?" Tanya Sophia heran. Ia berusaha mengingat apakah pernah bertemu gadis kecil berambut merah dengan gaun berwarna hijau tua di depannya.

"Aku bisa melihatmu, maka tidak mengherankan jika aku bisa tau siapa kau" Mariana menjawab santai agar Sophia berhenti curiga.

"Benar juga, karena seingat ku kita tidak pernah bertemu, sejak menikah, ini pertama kalinya aku kembali ke Davies"

"Harus di apakan bayi cantik ini" Lumia menyela karena kasihan melihat putrinya yang kerepotan.

"Kita harus memberi tahu Nenek, biar dia yang memutuskan"

Mariana lalu berjalan cepat menuju rumahnya. Ia sengaja lewat kebun agar tidak bertemu dengan warga Desa. Sampai di rumah ia mendapati Rose sedang mencuci peralatan masak di sumur belakang rumah, gadis kecil itu-pun segera menghampirinya.

"Nek ada kecelakaan di pinggir hutan sana dan hanya bayi ini yang selamat, aku membawanya karena takut dia digigit anjing liar!" Seru Mariana dengan napas tersengal. Rose tentu saja terkejut melihatnya.

"Maria, cepat kemari, berikan bayi itu!" Serunya panik melihat kondisi keduanya yang terlihat cukup berantakan dan saling terlilit selendang.

"Kami baik-baik saja Nek, cepatlah kabar-kan ke warga lain agar mereka ke lokasi kecelakaan itu"

"Tidak!" Tolak Rose tegas. "Nenek harus memeriksa keadaan kalian lebih dulu"

Wanita paruh baya dengan gaun coklat tua itu lalu membuka lilitan selendang pada tubuh cucunya dan segera mengambil bayi yang tampak tidak bergerak. Rose langsung menghembuskan napas lega ketika menyadari makhluk mungil itu hanya tertidur.

"Sudah kubilang kan Nek, kami baik-baik saja"

"Iya, kalau begitu ayo kita ke kamarmu, biar bayi ini tidur di sana, jadi kau bisa tetap mengawasinya sambil berganti pakaian, setelah itu Nenek akan ke balai Desa"

Rose bergegas ke kamar Mariana dan meletakkan bayi itu dengan hati-hati di ranjang kecil dengan seprei berwarna merah maroon itu. Sejenak, dia membelai pipi gembulnya seraya berujar lirih. "Bayi yang malang, kau harus sebatang kara di usia sekecil ini"

Lady Red (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang