Rose yang sudah memasuki usia senja dan banyak bekerja menggunakan fisik di hampir selama masa hidupnya, telah diminta oleh Mariana untuk tidak banyak lagi bekerja dan melakukan kegiatan ringan saja seperti menyulam atau merajut.
Seperti biasa, setiap pagi, gadis berbulu mata lentik itu akan menyapa dan membantu Rose bersiap sebelum mereka sarapan bersama, yang biasanya dilakukan di kamar atau di taman.
Namun, ada hal berbeda ketika Mariana memasuki ruangan, Neneknya tidak ada di ranjang, ketika ia memanggil pun, tidak ada sahutan, akhirnya gadis itu mengecek ke kamar mandi, dan benar saja, Rose sedang terbaring tak sadarkan diri di lantai.
"Nenek!" Teriak Mariana spontan, dia tidak berani memaksakan diri menggendong Rose sendiri karena takut tak kuat dan berakibat mereka berdua jatuh. "Pangeran tolong Aku!" Suara teriakannya naik satu oktaf agar pria yang masih di luar itu mendengarnya. Hanya dia yang bisa dimintai tolong saat ini.
🍎
Damian paham, kalau tindakan cepat lebih dibutuhkan daripada bertanya tentang penyebab kejadian. Karena itu, tanpa mengatakan apapun, ia langsung menggendong Rose menuju ranjang dan membaringkannya dengan perlahan.
"Sepertinya dia terjatuh" Ucapnya setelah melihat ada luka di kening wanita tua itu.
"Apa mungkin ada luka dalam? Karena dia tidak sadarkan diri mungkin sudah cukup lama" Tanya Mariana cemas sambil menyeka darah sisa darah dari dahi Neneknya.
"Entahlah, kita tunggu sampai dia sadar untuk mengetahui keluhannya" Damian lalu mengeluarkan sebuah kantong kain dari satu celananya yang berisi ramuan tumbuhan yang dibungkus dengan daun kering.
"Kalau kau mengijinkan, aku ingin memberi ramuan ini padanya, ini dibuat oleh adikku yang tinggal di hutan Laos, manfaatnya bisa menyembuhkan dengan cepat luka luar dan dalam" Ujarnya menjelaskan sambil memperlihatkan serbuk berwarna hijau pekat dan berbau herbal.
Mariana tidak punya waktu untuk ragu, dia mengangguk dengan cepat dan segara ditanggapi oleh Damian dengan mengambil segelas air lalu melarutkan serbuk tersebut.
"Minumkan padanya sedikit demi sedikit menggunakan sendok, lalu ampasnya balurkan ke lukanya" titah Damian sambil memberikan gelas berisi ramuan.
Demi sang Nenek, gadis yang lagi-lagi hanya mengepang rambut panjangnya itu, langsung menurut dan melakukan semua yang dikatakan tamunya itu. Setelah menunggu beberapa saat, Rose mulai merespon, kelopak matanya perlahan terbuka.
"Nek!" Mariana memanggil sambil menggenggam tangan wanita yang telah membesarkannya. "Apa Nenek mendengar ku?"
Mata Rose memicing menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia tersenyum kala melihat wajah sang cucu. "Selamat pagi Maria, tidurku terlalu nyenyak sampai susah dibangunkan ya?" Tanyanya seperti tidak terjadi apa-apa.
"Bagaimana perasaan Nenek? Tadi aku menemukan Nenek tergeletak di kamar mandi, sebenarnya apa yang terjadi?" Cecar Mariana masih dengan raut cemasnya.
Wajah Rose tampak kebingungan, ia menyentuh dahinya dan menemukan ada sisa ramuan disana, tapi dia sama sekali tidak merasakan sakit.
"Ah iya, Nenek tadi subuh terbangun dan ingin ke kamar mandi, tapi tanpa sengaja kaki Nenek tersandung, setelah itu Nenek tidak tahu apa-apa lagi" Jelas Rose setelah akhirnya bisa mengingat kejadian yang menimpanya.
"Lalu bagaimana perasaan Nenek sekarang? Mana yang sakit?"
"Tidak ada, Nenek merasa biasa saja, seperti baru bangun tidur, apa Nenek terluka? Kenapa ada ramuan di kepala Nenek?"
Mariana melirik Damian sejenak, berpikir bahwa ini pasti karena obat yang diberikan pria itu. Dalam hati ia berterima kasih, namun belum mampu terucap dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Red (On Going)
Teen FictionMariana pikir, dengan semua dosa yang ia miliki, dirinya akan langsung dibuang ke Neraka terdalam setelah kematiannya. Namun sebaliknya, ia malah dilahirkan kembali dengan kemampuan yang malah membuatnya kerepotan. Berniat menebus segala kejahatanny...