[3] Kepintaran

4.1K 195 3
                                    

Happy Reading

🍥🍥🍥

Jangan mengira Alisya Haven adalah orang yang bodoh. Kalian salah, dia merupakan anak yang memiliki IQ tertinggi disekolahnya dan sering mengikuti lomba-lomba.

Bukan karena pengaruh ayahnya—Ardhika melainkan hasil keringatnya yang melalui semua itu. Sejak kecil dirinya di didik dengan baik oleh ibunya—Alisha sampai dirinya sudah bisa mengatasi semua macam soal, tapi sayangnya karena kepintarannya yang dengan cepat meningkat, waktu yang dihabiskan bersama Alisha semakin sedikit terutama dengan ayahnya yang juga sibuk bekerja.

Alisya juga semakin sibuk dengan tugas yang diberikan sekolah tentang praktek dan jarang dirumah. Untuk pr sekolah biasanya ia lebih memilih untuk mencontek nya dari Lena.

Prinsipnya gini: "Kalo hal penting baru mikir, kalo hal yang nggak penting mending nyontek"

Sungguh prinsip yang tidak patut ditiru;)

Akhirnya hari minggu tiba. Dimana hanya hari ini Alisya bebas dari tuntutan sekolah dan hari dimana waktunya untuk bersantai menikmati waktu bersama kedua orang tuanya.

"Hari ini kita piknik, kan?" Tanya Alisya menuruni tangga.

Ardhika mengangguk. "Kamu cepat siap-siap sana. Biar ibu yang beresin, ayah yang bawa ke mobil" ucap Ardhika menyuruh anak gadisnya yang masih memakai piyama untuk bersiap.

Seperti biasa dengan baju apapun akan cocok dengan kulit Alisya. Tidak lupa ia menjedai rambutnya lalu mengambil tas selempang miliknya berwarna cream.

Alisya membantu membawakan keranjang buah yang berisi buah jeruk kesukaannya dan akan dimakan olehnya seorang karena Ardhika tidak begitu suka dengan jeruk sedangkan Alisya juga sama hanya bisa memakan beberapa saja.

"Hari ini cerah" ucap Alisya menatap langit lewat kaca mobil.

"Semoga cerah terus biar kita bisa pulang sore" lanjutnya dengan gembira karena minggu kemaren mereka tidak jadi berangkat penyebabnya adalah hujan seharian penuh.

🍥🍥🍥

Alisya mengupas kulit jeruk untuk Alisha dengan Ardhika yang membaca buku.

"Jangan jauh-jauh!" ucap Alisya sedikit berteriak pada Alisya yang sedang menyusuri taman.

"Iya!"

Berjalan perlahan-lahan dan mengingat jalan yang ia lewati takut jika akan tersesat.

Gadis dengan dress dibawah lutut dengan sepatu lucunya berhenti dikala melihat seekor kucing liar yang sedang tidur dibatang pohon.

'Gila tinggi banget. Gimana caranya itu kucing naik?' Tanya Alisya berpikir.

Alisya berusaha memanjat pohon yang begitu tinggi untuk menangkap kucing liar tersebut.

Kucing itu terbangun dan menatap Alisya dengan ganas. Hampir saja tangannya akan menyentuhnya, kucing tersebut langsung mencakar tangan mulusnya membuat beberapa sayatan lebar disana.

"Tenang dulu napa" kesal Alisya langsung mencengkeram kucing tersebut dengan kuat takut kalau mereka berdua akan jatuh dari ketinggian karena kucing liar akan berusaha membuatnya berkelahi.

Setelah turun dengan senang hati Alisya melepaskan kucing liar tersebut dan berjalan santai menuju tempat dimana orang tuanya berada.

"Ibu! Ayah!" Ucap Alisya dengan bibirnya yang cemberut sambil menunjukkan tangannya yang mendapat goresan dari kucing liar tadi.

"Astaga! Kok bisa gini?" Tanya Alisha memutar Alisya meneliti takut ada luka yang lainnya.

'Untung aja tuh kucing nggak cakar wajah gue, nanti kalo kena cakar wajah mulus gue ternodai' batin Alisya bersyukur.

Ardhika yang melihat anaknya mendapat luka tersebut segera pergi menuju mobilnya dan kembali membawa kotak p3k.

"Kamu dibilangin jangan jauh-jauh malah buat aneh-aneh jadi begini, kan" ucap Ardhika pada anaknya.

"Tapi Alisya juga pengen tolongin kucingnya yang ada diatas pohon. Kalau kucingnya jatuh gimana? Terus kena ranting-ranting kalo kena duri dan tertusuk-"

"Iya-iya ayah tahu, mending kamu diam aja dan nikmati rasanya kena alkohol diluka" ucap Ardhika pasrah dengan anaknya dan memilih memberikan anaknya ke Alisha daripada terus membalasnya.

"Akh, perih ibu" lirih Alisya begitu alkohol dioleskan ke lukanya dengan kapas.

"Tahan ya, kan kamu yang bertingkah" ucap Alisha tersenyum membuat Alisya cemberut dan memilih pasrah dengan nasib tangannya.

Awalnya ia hanya ingin diperhatikan oleh ayah dan ibunya karena semakin dewasa Alisya merasa semakin jauh dengan orang tuanya.

🍥🍥🍥

"Nah kan, malamnya demam" ucap Ardhika bersandar di pintu dan mengomeli anaknya yang tidak bisa diam.

"Nah ini nah itu, ayah mending diam aja. Yang urus ibu kok ayah yang marah" balas Alisya mendelik ke Ardhika.

Sedangkan Alisha memilih fokus pada Alisya dari para sibuk mendengar keduanya berdebat.

"Sekarang kamu tidur, besok sekolah" ucap Alisha yang akan beranjak dari sisir tempat tidur milik Alisya.

"Izin aja bu, Alisya demam loh" ucap Alisya.

"Kamu kalo demam beberapa jam juga langsung sembuh" ucap Alisha dengan fakta yang ada.

"Tapi bu, besok izin ya, ya" ucap Alisya memohon membuat Alisha tidak tega akhirnya mengangguk mengiyakannya.

🍥🍥🍥

Jangan lupa vote & komen

See you


ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang