[17] Si kecil Haven

1.1K 65 12
                                    

Jadilah pembaca yang bijaksana yang menghargai karya penulis setelah menikmati karyanya
———

Alisya membuka pintu kamar yang selalu dia pakai saat pergi ke rumah Yunita. Kamar dengan desain mewah yang isinya penuh dengan barang-barang mahal merusak mata Alisya.

Dia tidak tahu siapa pemilik kamar ini tapi dia membencinya. Bisa dipastikan pemilik kamar ini sangatlah boros, lihatlah baju-bajunya yang sangat minim akan bahan dan sepatu mahal berjejeran di rak.

Nenek tidak pernah memberitahunya tentang siapa pemilik kamar ini bahkan fotonya pun tidak pernah ia lihat apalagi orangnya.

Yang ia tahu hanyalah bahwa pemilik kamar ini adalah orang terpenting nya dalam hidup dan dia tidak boleh melupakan hal itu.

Aneh tapi Alisya tidak ingin memikirkannya. Dan hanya kamar inilah yang boleh dimasukinya dan ayahnya. Kamar ini juga tempatnya untuk beristirahat karena nenek ingin dia beristirahat disana.

Nenek benar-benar pilih kasih. Kenapa Ibu selalu tidak boleh istirahat di rumah ini? Kenapa juga ibu harus selalu ikut ke rumah nenek kalau hanya menjadikannya pembantu. Pikir Alisya kesal.

"Pasti gara-gara pemilik kamar ini" gumam Alisya sengit.

🍥🍥🍥

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Ardhika.

"Tentu saja baik. Untuk apa kamu menanyakan hal konyol itu, sedangkan setiap seminggu sekali kamu menjenguknya" jawab Yunita terkekeh mengejek.

Ardhika diam saja dari pada membalasnya akan membuat perempuan tua ini semakin menjadi.

"Sepertinya waktu yang saya berikan akan berakhir" ucap Yunita mengingatkan Ardhika.

"Tidak, saya akan tetap mempertahankan apa yang saya ingin pertahankan"

Kini Yunita yang terdiam. "Tapi anak ini sudah mulai melangkahkan kakinya" ucapnya membuka sebuah kantong kertas yang berisikan berbagai foto Alisya dan anak-anak AXERION lebih tepatnya gambar Oliver.

Alis Ardhika berkedut.

"Cucuku akan aku ganti namanya, dia tidak pantas menyandang nama murahan milik perempuan itu" ucap Yunita.

"Saya rasa Alisya tidak akan membiarkannya begitu saja" balas Ardhika tersenyum miring.

"Kita lihat saja, aku yakin dia lebih menyayangi neneknya ini"

"Anda terlalu percaya diri"

🍥🍥🍥

Alisha menghela napasnya seraya mengusap butiran-butiran keringat kecil yang membasahi wajah nya. Lelah, panas, dan haus itulah yang dirasakannya.

Tapi selama ia masih berada dirumah ini maka ia tidak akan pernah bisa bernapas lega ataupun beristirahat.

"Sayang!" Panggil Ardhika membawa minuman dan camilan untuknya.

Alisha tersenyum tipis. Ia menggelengkan kepalanya menolak tapi Ardhika tetaplah dirinya yang keras kepala menyuruhnya untuk istirahat.

"Seharusnya kamu nggak usah ikut" ucap Ardhika menggenggam tangan Alisha.

"Nggak papa, ini udah kebiasaan aku"

Ardhika mengalihkan tatapannya kearah taman dari pada melihat Alisha yang selalu saja begini.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang