Halo semuanya.
Jangan lupa vote dan comment.
Kalian udah makan apa belum? Kalo belum jangan lupa makan ya.
Yang baca ini, udah kelas berapa ajah?
Share ke teman kamu ya
Selamat membaca!
****
Koridor sekolah di penuhi oleh teriakan kekaguman para siswi saat pentolan sekolah lewat. Mereka tidak menghiraukan adanya kekasih dari para cowok itu. Mereka tetap meneriaki nama sang pujaan hati mereka, tanpa rasa malu.
"Aduh! Kak Edvan, mau dong jadi istrimu!"
"Afkar, nanti pulang sekolah temenin gue, yuk, ke kua!"
"Zihel! Kok lo belum bales chat gue sih! Lo gak kangen apa sama pacar lo yang cantik ini,"
"Sorry, pacar gue banyak. Gue gak bisa balesin semuanya!" sahut Zihel
"Cowok lo sibuk sama gue," cerca Allea, dengan wajah yang santai dan tak berdosanya. Membuat cewek tadi, mendelik tak suka. Cewek itu melayang tatapan peperangan terhadap Allea.
"Yee, kasian gak di ladenin!"
Zihel yang melihat interaksi pacar publiknya dan pacar simpanannya, hanya terkekeh gemas. Semoga saja pacarnya semua pada akur.
"Halo, Afkar!" Salah satu siswi kelas satu melambai tangan ke arah Afkar. Matanya juga berkedip dengan centil. "Kamu manis banget deh,"
Afkar hanya menanggapinya dengan senyuman canggung. Ia tidak tau harus membalasnya dengan apa. Mengabaikan cewek itu? Sepertinya itu bukan hal yang bagus. Ia takut menyakiti perasaan cewek itu, karna tak membalas sapaan mereka.
"Kak Elga! Coklat yang aku kasih jangan lupa di makan ya!"
"Cewek gue gak suka coklat. " balas Elga seraya menyematkan jarinya di sela jari-jari Mayziya, kekasihnya. Cewek itu tersenyum hangat, akibat perlakuan Elga.
Balasan Elga barusan membuat cewek tadi malu. Akibat sekarang ia sedang di tertawakan oleh teman sekelasnya. Karna di tolak secara mentah-mentah oleh idaman mereka. Cewek tadi lari terbirit-birit menuju toilet, menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat malu.
"Dikta ganteng banget deh! Mirip sama calon masa depan aku!" Muncul lagi satu siswi yang ganjen berdiri dekat pintu masuk kantin. Cewek itu menyelipkan rambutnya ke belakang dengan gaya yang centil.
Adelyna yang melihatnya, seolah jijik dengan perlakuan cewek itu. "Heh, buta mata lo! Ceweknya ada di sini, gak usah ganjen lo!"
Cewek itu berdecih tak suka dan berkata, "dih ga jelas lo, cuma sahabatan doang, bangga!"
Adelyna ingin membalas lagi. Tapi niatnya terurungkan akibat Dikta yang mengkode dirinya agar tetap diam.
"Dia cewek gue, bukan sahabat."
Adelyna tersenyum miring. Bangga dengan jawaban pacarnya. Ia merasa di banggakan sekarang.
Mereka bertujuh, termasuk para perempuan, masuk ke dalam arena yang banyak di jajahi manusia saat jam istirahat tiba. Langkah mereka terbawa menuju meja yang paling pojok, tempat langganan mereka.
"Pesen apa nih kita, " seru Zihel. Cacing di dalam perutnya sudah meronta meminta di isikan makanan.
"Emang siapa yang mau mesen, gue gak mau, males ngantri," sahut Allea. Ia duduk di samping Zihel.
"Tenang, kok. Kita gak suruh perempuan buat ngantri," Afkar mengeluarkan ponselnya. Lalu cowok itu berkutat dengan layar ponsel. Tetapi fokusnya masih pada pembicaraan temannya." Udah kalian mau pesen apa, bilang aja, "
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAPHIC
Teen FictionEdvances Leygander dan Krayna Auderelia adalah dua orang yang tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan, bertemu untuk menciptakan suatu jalan menuju kebahagiaan. Tentu itu tak mudah. Mereka harus menerima sebuah kenyataan dan rintangan sehin...