'Bukankah salah satu hal yang tidak dapat dihindari itu adalah takdir/nasib seseorang?'
.
.
.
Grazella menangis sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tempat dimana mommy nya sedang dirawat. Rasanya gadis itu benar-benar menyesal karena tidak berada disisi ibunya ketika ibunya sedang mengalami masa sulit seperti ini. Bahkan ia baru saja diberitahukan jika Ibunya masuk rumah sakit karena keguguran.
Sesak menghinggapi dadanya, sungguh rasanya baru kemarin sore mommy memberitahukan kabar gembira jika dia akan menjadi seorang kakak. Bahkan butuh waktu beberapa hari untuknya meyakinkan diri agar dapat menerima kehadiran adiknya nanti.
Lalu mengapa disaat dia sudah mulai menerima takdir untuk menjadi seorang kakak, kini semesta seolah mempermainkannya.
Begitu sampai pada ruang rawat Grazella langsung menghambur ke pelukan mommy nya, air mata gadis itu terus mengalir dengan deras.
"Hiks... Mommy kenapa bisa gini mom?"
Jen memeluk putrinya erat, matanya menatap tajam ke arah Kai. "Graze sayang, tenanglah," katanya lembut, meskipun hatinya dipenuhi dengan rasa sakit yang sama.
Kai berdiri, mencoba mendekati mereka. "Jen, Graze, daddy benar-benar menyesal. Daddy tahu daddy salah."
"Apa maksud daddy?" Masih dengan derai air mata, Graze berusaha menatap Kai untuk meminta penjelasan.
Kai terkejut melihat putrinya yang biasanya lembut dan penyayang sekarang berdiri di depannya dengan wajah merah padam dan mata berkaca-kaca.
"Graze sayang, daddy benar-benar merasa bersalah..." kata-kata itu keluar dengan sulit,
"Karena kebohongan daddy, membuat mu kehilangan adik kecilmu"
"Kebohongan macam apa yang telah daddy lakukan?!"
Ketika Kai menjelaskan secara detail alasan yang sebenarnya, Grazella merasakan tangannya bergetar.
Grazella kembali menangis, kepalan tangannya mengepal kuat. "Graze benci daddy! Graze gabisa bisa memaafkan ini!"
"Kai, ini sudah cukup. Kebohongan, penghianatan, dan rasa sakit ini sudah cukup. Aku tidak bisa melanjutkan hidup seperti ini."
Kai merasa hatinya remuk mendengar kata-kata itu. "Jen, tolong jangan bicara seperti itu."
Graze berlari keluar dari ruangan itu, dia sama sekali tidak siap dengan semua kenyataan yang tengah dihadapinya.
Al yang sejak tadi berada dikursi tunggu depan ruangan melihat Graze berlari kearah selatan, langsung pergi untuk menyusul kemana gadis itu pergi.
Langkah kakinya membawa Graze pada taman rumah sakit, dia duduk sendirian pada taman itu sambil menumpahkan air matanya yang tidak mau berhenti mengalir.
Hingga dia merasakan seseorang duduk disampingnya. Dengan reflek Graze langsung menghambur kedalam pelukan Al, menangis sejadi-jadinya.
Hiks...
Hiks...
"Al, aku sama sekali gak pernah menyangka akan mendapatkan takdir seperti ini--"
"Aku mohon, tetap ada disamping aku Al. Aku cuma punya kamu sebagai tempat sandaran saat ini"
Apakah dengan keadaan Graze yang sudah sangat bergantung dengan kehadirannya dan dengan kondisi mental gadis itu dalam keadaan terguncang, masih membuat seorang Alderick Jefran Dirgantara tega berniat mempermainkan dan menghancurkan kepercayaan yang telah gadis itu berikan kepada dirinya?===🦋🦅🐈===
Terima kasih sudah bertahan hingga pertengahan cerita 🥺❤
10-06-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss&Mr PERFECT
Fanfiction"Graz, mau coba ng*we dalem kolam ga?" "Hah?!" Gada waktu buat Graze nolak tawaran gila itu, karena 3 detik setelahnya Al benar-benar menjatuhkan tubuh mereka ke dalam kolam renang. BYURRR... ⚠ cerita ini berisikan kata-kata toxic dan kasar