Pagi ini tiba-tiba, Graze merasa tidak enak badan. Dia mengalami gangguan fisik beberapa hari terakhir, dan kondisinya sekarang lebih buruk dari sebelumnya. Setelah memutuskan untuk berobat dengan dokter, hasilnya mengejutkannya, dokter menyatakan dia hamil.
Tentu saja Graze merasa kebingungan dan takut dengan apa yang sedang ia alami, terutama karena hubungannya dengan Al sedang dalam ambang kehancuran.
Graze memberanikan diri untuk memberi tahu Al tentang kehamilannya dengan perasaan campur aduk. Namun, Al tidak merespons dengan baik.
Raut wajah Al berubah mengeras, dengan suara bergetar sarat akan emosi Al berkata, "Gue gak yakin itu anak gue. Bisa aja kan itu benih cowok lain yang tidur Ama Lo!"
"Al, kamu satu-satunya orang yang aku punya dan hanya kamu yang pernah nyentuh aku," Graze mati-matian menahan air mata yang jika dalam satu kedipan mata saja akan mengalir dengan derasnya.
"Ini anak kamu, dan aku butuh kamu untuk berdiri di sampingku." Al menatapnya dengan sinis.
"Gue gabisa, Graze. Gue udah mutusin buat pacaran sama Jiela. Dan yang perlu Lo tau, dari awal sampai sekarang gue ga pernah nganggap perjodohan kita sebagai takdir, karena bagi gue Lo itu gak lebih dari mainan yang kalo udah bosen bakal gue ganti. Sekarang gue udah gabisa melanjutkan hubungan ini." Napas Graze serasa tercekat
"Al? Bilang kalo kamu bercanda kan sekarang?!" Dengan suara bergetar Graze masih berharap jika ini semua hanya mimpi.
"Gue udah TF Lo buat biaya aborsi meskipun itu bukan anak gue, dan gue minta untuk jangan pernah ganggu gue ataupun pacar gue, Jiela."
"Brensek! Dimana hati nurani kamu Al?! Gimana bisa dengan gampangnya kamu nyuruh untuk bunuh darah dagingmu sendiri..."
Kata-kata Al menghancurkan hati Graze. Dia tidak percaya bahwa orang yang paling dia percayai ternyata mengkhianatinya dan selama ini hanya memanfaatkan dirinya.
Dengan air mata yang mengalir deras, Graze hanya bisa melihat Al pergi meninggalkannya.
🦅🦋🐬
Berita tentang kehamilan Graze akhirnya sampai ke telinga Daddy Kai. Dengan emosi yang membuncah, Kai memanggil Graze ke ruang kerjanya.
"Benar, Graze? Kamu selingkuh dari Al sampai hamil anak selingkuhan kamu?!!
DADDY MALU PUNYA ANAK RENDAHAN SEPERTI KAMU,
Harusnya kamu bisa mencontoh Jiela yang bisa menjaga dirinya dengan baik--" Kaivaz bersuara dengan nada tinggi.
Graze mengepalkan tangannya marah, rupanya Al benar-benar licik. Demi bisa memutuskan hubungan pertunangan mereka lelaki itu sampai memutar balikan fakta sejauh ini.
Dengan kaku Graze mengangguk pelan, air mata masih mengalir di pipinya. Membantah pun percuma disaat hubungannya dengan Kaivaz tidak baik seperti sekarang. Apapun bentuk pembelaan pasti tidak akan diterima oleh Kai.
Kai menghela napas panjang, wajahnya merah padam. "Ini benar-benar tidak bisa diterima. Setelah semua yang terjadi, kamu malah menambah masalah lagi. Kamu benar-benar mengecewakan Daddy, Graze. Dan sekarang apa?! Pihak keluarga Dirgantara bahkan sudah membatalkan pertunangan kalian! Seharusnya kamu bisa jaga tunangan kamu sendiri supaya dia enggak ninggalin kamu di saat seperti ini. Mikir Graze, siapa yang bakal tanggung jawab sekarang!" Amarah Kaivaz Joan Xavier meledak.
"Apa menurut Daddy hanya Graze yang salah di sini?" Graze menatap ayahnya dengan perasaan terluka.
"Bodoh! Jelas ini semuanya salah kamu!"
"Enteng banget yaa Daddy nyalahin aku karena enggak bisa ngejaga apa yang udah jadi milikku selama ini, sedangkan Daddy sendiri juga lebih milih untuk mengkhianati Mommy. Asal Daddy tau, semua ini mungkin karma dari apa yang telah Daddy lakukan di masa lalu--"
Plak! Kai menampar pipi Graze dengan keras.
"Jangan berani-beraninya kamu bicara seperti itu kepadaku!" bentak Kai dengan mata berapi-api. "Aku tidak bisa lagi menanggung beban ini. Pergi dari rumah ini sekarang juga!"
Graze merasa dunianya runtuh. Dia tidak menyangka bahwa ayahnya sendiri akan mengusirnya dari rumah. Dengan hati yang hancur, dia mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan rumah yang dulu penuh dengan kenangan indah bersama keluarganya.
Di luar, hujan turun dengan deras, seolah-olah langit turut merasakan kesedihannya. Graze tidak tahu harus pergi ke mana, namun langkah kakinya membawanya berhenti tepat diatas jembatan dengan sungai yang mengalir deras dibawahnya. Gadis itu memegang pembatas pada jembatan sambil menatap kosong ke arah bawah.
Sementara itu Leonardo baru saja pulang dari tempat latihan basketnya, ketika dia melihat siluet seseorang berdiri di tepi jembatan. Dengan cepat, dia sadar dia mengenali sosok itu.
"Graze?" panggilnya dengan nada penuh kekhawatiran, namun angin dan suara derasnya hujan menelan suaranya.
Graze tak bergeming, pandangannya masih tertuju pada aliran sungai yang ganas di bawah. Tangannya memegang pembatas jembatan, namun jemarinya gemetar. "Aku... aku gak sanggup lagi," bisiknya lirih pada dirinya sendiri.
Tanpa pikir panjang, Leo berlari mendekatinya, namun tiba-tiba Graze melepaskan pegangannya pada pembatas. Tubuhnya kehilangan keseimbangan, dan dalam sekejap--
"GRAZE!"
🐬🦋🦅
Cerita ini makin kesini makin problematik yaa?😭 Wajar karena ditulis dalam keadaan stress revisian proposal skripsi, yang tadinya aku gamau bikin alur berat tapi makin kesini malah menguras emosi pembaca🙈
19 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss&Mr PERFECT
Fanfiction"Graz, mau coba ng*we dalem kolam ga?" "Hah?!" Gada waktu buat Graze nolak tawaran gila itu, karena 3 detik setelahnya Al benar-benar menjatuhkan tubuh mereka ke dalam kolam renang. BYURRR... ⚠ cerita ini berisikan kata-kata toxic dan kasar