"GRAZE!"
Leo berusaha mengontrol detak jantungnya yang rasanya hampir merosot sampai perut. Yang barusan itu jika saja ia telat satu detik menggenggam pergelangan tangan gadis di depannya ini, mungkin sekarang sudah dipastikan tinggal nama.
"LO GILA HAH?!"
Leo menarik Graze menjauh dari tepi jembatan, tubuh gadis itu masih gemetar hebat. Ia memeluk Graze erat, berusaha menenangkannya. "Gue nggak akan biarin lo kenapa-kenapa, Graze," bisik Leo lembut.
Setelah beberapa saat, Graze mulai tenang. Dengan suara bergetar, ia menceritakan semua yang membuatnya merasa begitu terpuruk. Leo mendengarkan dengan sabar, sesekali mengusap lembut rambut Graze.
"Gue tahu ini sulit buat lo," kata Leo setelah Graze selesai bercerita. "Tapi yang perlu Lo tau, lo nggak sendirian. Masih ada gue buat sandaran lo."
Sebuah ide muncul di benak Leo. "Gimana kalau kita pergi ke tempat yang jauh dari sini? Ke tempat yang bisa membuat lo melupakan semua masalah ini sejenak."
Graze menatap Leo dengan mata berkaca-kaca. "Ke mana?" tanyanya pelan.
"Shanghai," jawab Leo mantap. Bukan tanpa alasan ia menyebutkan tempat itu sebagai tujuan mereka, Shanghai adalah tempat kelahiran sekaligus wilayah kekuasaan pihak keluarga Leo.
Graze terdiam sejenak, menimbang-nimbang tawaran Leo. Akhirnya, ia mengangguk pelan. Lagipula saat ini gadis itu sedang tidak memiliki tujuan sama sekali.
"Gu-e... gue mau," ujarnya lirih.
🦅🦋🐬
3 months laterGraze merasa bersyukur karena bisa melanjutkan sekolahnya. Berkat bantuan Leo, Graze bisa belajar dari rumah melalui homeschooling. Seorang tutor datang ke apartemen mereka setiap hari untuk membantunya belajar. Meskipun begitu, Graze tetap merasa kesulitan untuk fokus karena perubahan hormon dalam tubuhnya.
Morning sickness yang tak kunjung reda, mood swing yang datang tiba-tiba, dan ngidam-ngidam aneh membuat Graze sering merasa lelah dan emosional.
Contohnya seperti yang terjadi saat ini.
Leo menghela napas pelan, meski kadang merasa kelelahan, Leo selalu berusaha memenuhi semua permintaan aneh Graze. Ia bahkan rela mewarnai rambutnya dengan warna merah sesuai dengan permintaan Graze.
Sebenarnya cowok itu juga bertanya-tanya dalam benaknya, entah apakah yang membuat ia sampai berkorban sejauh ini.
🦅🦋🐬
"Lo ngapain?" Leo menatap heran. Frypan anti lengket kesayangannya kini berasap mengepul, bekas gosongan makanan yang tak jelas bentuknya menempel di dasar panci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss&Mr PERFECT
Fanfiction"Graz, mau coba ng*we dalem kolam ga?" "Hah?!" Gada waktu buat Graze nolak tawaran gila itu, karena 3 detik setelahnya Al benar-benar menjatuhkan tubuh mereka ke dalam kolam renang. BYURRR... ⚠ cerita ini berisikan kata-kata toxic dan kasar