14. Bara sakit?

42 10 0
                                        

Happy Reading..

"Leora, tunggu!"

Pekikan seseorang itu tak Leora hiraukan. Ia tetap berjalan lurus kedepan meski seseorang berteriak memanggilnya dengan berlari.

Sekarang orang itu tepat dibelakang Leora, menghadapkan Leora kearah-nya.

"Lo, kenapa sih Ra!?" Tanya-nya tak santai. Ia menatap Leora dengan serius, dekat. Seolah tak ada jarak diantara mereka.

Tangan Leora terkepal, "Lo yang kenapa??"

Lelaki dengan netra kelam itu masih menatap Leora dengan intens. Terdengar suara gemelatuk gigi yang mungkin saja itu miliknya.

"Gue nanya 'lo kenapa', cuma itu apa susah-nya jawab gue sih, Ra. Lo punya mulut buat bicara, kan? Kalo punya ayo jawab," Tuntut nya menatap Leora marah.

"Gue kenapa? Harus-nya gue nanya lo yang kenapa! Lo sadar ga sih dengan apa yang lo lakuin? Lo bikin gue malu tau gak??" Ucapnya setengah berteriak. Koridor sekolah telah sepi karena bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu.

Bara termangu. Ia kira Leora akan cemburu, ternyata salah. Leora benar-benar menutup hati untuknya.

"Malu? Malu kenapa?" Tanya-nya pelan. Berusaha menghalau jawaban dari Leora.

"Malu karena gue merasa ga dihargain! Lo harusnya paham. Oke, lo boleh ga suka, ga cinta, ataupun benci sekalipun sama gue. Tapi inget satu hal, gue gamau lo selingkuh secara terang-terangan didepan gue atau pun orang lain. Gue malu, Bar. Gue malu punya suami tukang selingkuh!"

Bara menatap Leora datar, "Bukan karena cemburu?"

Tawa Leora mengudara. Saking kencangnya ia tertawa, mungkin setetes air mata telah mengalir dipipinya.

"Cemburu? Mimpi ya lo gue marah karena cemburu sama lo? Miris banget idup lo. Lo kira gue bakal tetap jatuh cinta sama orang yang udah lupain gue gitu aja? Engga dan engga bakal terjadi," Bohongnya begitu meyakinkan membuat Bara kalap. Tak ingin memperpanjang masalah, Leora kembali berlari menuju parkiran meninggalkan Bara yang termenung.

Suasana parkiran hampir sama dengan koridor. Sepi. Hanya ada beberapa anak kelas lain yang kebetulan ingin pulang. Mungkin karena kegiatan yang melonjak akhir-akhir ini.

"Eh, Leora kan?" Tanya seseorang membuat Leora berbalik.

Leora mengerutkan keningnya sebelum matanya membola, "Alvino?"

"Lo ngapain disini?" Tanya Alvino membuat Leora berdecak.

"Harus-nya gue yang nanya. Lo ngapain disini?"

Alvino memutar mata malas, "Ada keperluan sama kepsek. Gue kan alumni disini."

Leora mengangguk tak ingin bertanya lebih. Meski begitu Alvino masih terlihat ingin bertanya.

"Mau pulang bareng, gak? Gue anter?" Tawar Alvino. Leora menimbang-nimbang tawaran Alvino. Daripada ia pulang bersama Bara, pulang bersama Alvino tidaklah buruk.

"Yaudah. Perumahan Alabaster Nomor 117."

***

Silvi, perempuan itu saat ini tengah menatap serius Bara yang ada didepannya.

"Kamu ngapain ajak aku kesini? Apa yang perlu diomongin?" Tanya Silvi masih menatap Bara.

Bara menghela nafas. Berusaha merangkai kata-kata yang setidaknya bisa berhenti disini saja tanpa melibatkan besok ataupun seterusnya.

LeoBaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang