12. Suasana baru dimulai

25 5 0
                                    

Happy Reading..

"Kadang sementara dan abadi itu beda tipis"

~Secret.

Leretan pintu terdengar berderat pelan menampilkan kamar yang rapi. Tak ada seseorang pun disana, hanya ada kasur yang tertata rapi bersama dengan bantal guling dan selimut.

Ia melangkahkan kaki-nya dengan pelan. Takut membuat suara yang tak diinginkan. Hentakan kaki yang pelan mulai mengisi ruang sunyi itu. Hingga akhirnya sang pemilik kamar melihat pintu balkon kamar-nya terbuka.

Dengan langkah ragu ia mendekat— melihat punggung gadis yang selama ini ia tunggu sampai memiliki jalan-jalan rumit yang tak pernah terduga oleh-nya.

Elbara Carlos Arleando— Lelaki yang biasa-nya selalu bersikap tenang itu kini tak bisa tenang kala melihat rambut coklat kehitaman milik Leora yang tergerai.

Bara baru menyadari ini.

Rambut coklat panjang sepunggung, netra caramel tajam yang sempurna, kulit putih susu dan bibir merah muda alami milik Leora itu benar-benar menggambarkan Azaa. Atau memang benar ialah Leora.

Bara melangkahkan kaki-nya keluar dari kamar yang tenang. Menyisakan hening dan seorang gadis yang turut menjadikan hening sebagai agenda malam ini.

***

Leora— gadis yang menyandang marga Slaraven itu terbangun kala terik matahari terasa memapar wajah-nya. Memang tidak seterik matahari siang, tapi itu cukup membuatnya risih.

Gadis itu membalikkan badannya kala yang ia rasakan saat ini hanyalah leher yang pegal. Kalau kata orang namanya 'salah bantal'.

Dug

Dug

Dug

Jantung-nya berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Bagaimana ia berbalik langsung disuguhkan wajah tenang Bara ketika tidur. Lihatlah mata tajam-nya yang sedang terlelap, rahang tegas dan hidung mancung bagai perosotan itu seketika membuat Leora tersadar bahwa semalaman ia tidur sekasur dengan Bara.

Leora membeku sejenak sebelum sepasang mata yang tajam bak elang itu terbuka dan langsung menyuarakan keterkagetan-nya.

AAAAAAGHHHHH

Pagi yang cerah dan indah itu tentu diawali dengan teriakan membahana milik sepasang suami istri itu.

Rasa-nya seperti jantung mu meloncat hingga hampir termuntahkan jika saja pintu kamar itu tak segera dibuka keras oleh Niko.

"Ada apa? Kenapa kalian berteriak?" Tanya Niko dengan wajah yang panik sekaligus khawatir.

Leora dan Bara saling tatap selama dua detik sebelum akhirnya melempar pandangan kepada Niko.

Mereka berdua tergagap. Tak tahu apa yang harus mereka katakan.

"E- Ini ta-tadi ada kecoa. NAH! Iya itu ada kecoa!" Ucap Leora berdalih dengan Bara yang sedang mendongak menghitung debu-debu transparan yang ada dikamar-nya.

Niko memicing— tidak percaya akan yang dikatakan oleh menantu sekaligus anak dari sahabat-nya itu.

"Kecoa? Apa Bara juga takut dengan kecoa?" Tanya-nya tidak percaya. Selama ini yang ia tahu Bara sama sekali tidak takut dengan kecoa ataupun serangga-serangga yang lain.

LeoBaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang