07. Rumit

28 4 0
                                    

Happy Reading..

Menunggu seseorang yang tidak pasti akan datang itu menyakitkan. Bagai ditusuk belati yang memiliki mata yang tajam. Tidakkah dia akan datang?

~Elbara Carlos Arleando

Dua keluarga besar yang memiliki reputasi tinggi itu tengah menyiapkan apa-apa saja tentang pernikahan Bara dan Leora.

Ya. Keluarga Arleando dan Slaraven. Kedua keluarga itu sangat bersemangat untuk menunggu pernikahan anak-anak mereka. Apalagi nyonya besar Kalila Arleando dan nyonya besar Meylina Slaraven yang tampak sangat bersemangat menanti pernikahan Bara dan Leora itu.

"Cucumu sangat cantik, Mey. Aku tidak sabar menjadikannya cucuku," Ucap Kalila jujur. Semua orang tak akan menyangkal ucapan Kalila yang benar. Leora memang cantik.

Meylina tersenyum sombong, "Tentu saja cucuku sangat cantik. Bibit unggul!" Sombongnya membuat beberapa orang terkekeh. Persahabatan Kalila dan Meylina terus terjalin hingga tua seperti ini.

Dua manusia berbeda gender itu duduk saling berhadapan dengan tatapan tajam yang mereka layangkan, seolah ada sengatan listrik yang saling menyambar dari mata mereka.

"Cih! Lo nerima perjodohan ini.. Karena apa?" Tanya Bara. Ia memalingkan wajahnya dari Leora yang seperti menatap sebuah iblis.

"Pertanyaan ga bermutu!"

Leora bangkit dari duduknya. Lalu menatap Bara dengan tajam seolah Leora adalah ratu iblis yang dengan penuh permusuhan kepada Bara.

"Leora.. Kamu mau kemana?" Tanya Meylina.

Leora menatap Meylina. "Hanya ingin bermain dengan Himawari."

Himawari yang paham kondisi segera menautkan tangannya dengan Leora lalu membawa Leora kekamar. Himawari tau betul bagaimana Leora membenci abangnya apalagi kejadian dirumah hantu waktu itu membuat Himawari yakin hubungan Bara dan Leora memang tidak bagus.

Balkon kamar Himawari begitu adem. Terlebih dengan tidak ada kehadiran Bara. Cih. Persetan dengan dia yang akan menikahi Bara, lebih baik ia melupakan itu. Bara adalah parasit dalam hidupnya dan selamanya akan begitu.

Aku pasti kangen kamu.

Omong kosong belaka. Mana ada sekarang cowok itu merindukannya. Mana janjinya dulu.

"Menyebalkan!" Tanpa sengaja Leora berujar membuat Hima menoleh.

"Kak Leo? Kenapa?"

"Hima, kau pernah mendengar cerita dua orang anak kecil di Amsterdam itu bukan?"

"Tentu saja. Jadi.. Kak Leora kecewa?"

Leora tertawa kencang terbahak-bahak. Saking kencangnya, air matanya menetes sedikit karena terlalu tertawa.

"Untuk apa kecewa pada pengingkar janji. Cih. Buang-buang waktu. Akan aku sebutkan semua perkataannya waktu itu."

Hima tertawa pelan. "Kak Leo juga kenapa kasih nama singkat. Mana orangnya juga kasih nama singkat lagi."

"Diam Hima. Orang itu lupa atau bagaimana. Terlalu banyak janji hingga tak ada yang bisa dia tepati."

LeoBaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang