16. Tamu

12 4 1
                                    

Happy Reading..

“Jatuh cinta memang semenarik itu”

~Secret

"Huh! Akhirnya bisa pulang juga!" Seru Leora. Ia langsung berbaring dikasur, melupakan Bara yang hanya diam berdiri diambang pintu.

Bara masuk kedalam kamar, menenteng satu tas besar yang dia yakini sebagian besarnya bukan miliknya, tapi milik Leora.

Ponsel Leora berdenting.

Bara yang berada didekat Leora pun hendak bertanya.

"Siapa?" Tanya-nya pelan, terkesan gumaman. Leora melihat kontak itu.


Mahen
Apa sibuk? Maaf mengganggu

"Mahen," Jawab Leora. Ia beralih menatap Bara yang menatapnya tak suka.

"Dia bilang apa?" Tanya Bara, jujur Bara sedikit tidak suka ketika Mahen masih berhubungan dengan Leora.


"Dia nanya, 'apa sibuk? Maaf menggangu'. Udah, gitu aja," Ucap Leora. Segera ia menyuruh Bara untuk bebersih diri. Badan terasa sangat lengket saat terkena sinar matahari sore itu.

Mereka mulai bebersih diri. Setelah bebersih mereka berbaring dikasur sembari bercengkrama. Hal yang biasa dilakukan oleh pasangan suami istri tapi tidak bagi mereka.

Bagi mereka, berkumpul itu adalah suatu hal yang membuat canggung. Seperti saat ini.

"Jadi lo putusin Silvi?! Seriosly??" Bara menghela nafas kala Leora nampak tak percaya.

"Gue pacaran sama dia terpaksa. Tapi kalau lo bersedia gue nikah lagi, ya gapapa," Jawab Bara membuat Leora kesal dan berakhir menimpuk Bara dengan bantal.

"Sialan lo, ya! Perempuan mana juga yang mau suaminya nikah lagi!"

Bara tertawa sebentar, "Ya siapa tahu. Ikhlas suami nikah lagi itu pahala nya gede lho, Ra," Ucap Bara membuat Leora tak ada pilihan lain selain menjejalkan roti coklatnya kemulut Bara. Setidaknya Bara bisa diam dan tidak membahas apapun tentang 'poligami'. Leora membenci itu. Bagi Leora pernikahan adalah suatu hal sakral yang hanya dilakukan sekali seumur hidup dan tidak boleh lebih.

Bara terkejut sebentar saat Leora dengan cepat menjejalkan roti coklat kemulutnya. Mau tak mau ia bungkam dan memakan roti itu dengan lama, sekitar 2 menit ia harus menelan roti itu.

"Ngomong-ngomong lo pacaran sama Mahen itu awalnya kenapa, sih?" Bara bertanya ragu. Sedikit jiwa kekepoan milik Kalila turun padanya.

Leora menerawang masa lalu, mengingat ingat hal kecil yang terjadi beberapa waktu lalu, "Oh, waktu itu.. ."

"Waktu itu gue kesel karna lo ga nginget gue. Seberubah itukah wajah gue sampai lo ga mengenali gue?"

Bara menarik nafas lalu menghembuskan secara kasar, "Iya. Berubah banget, padahal lo dulu selalu natap semua orang dengan ramah. Tapi sekarang? Semua aja lo sinisin, sampai dijuluki Leora simata elang."

Leora mengangguk sebentar, "Dulu gue selalu bersikap ramah pada siapapun. Dan sepertinya perubahan gue ini buat lo terkecoh, ya? Gue ngerasa..., jadi orang baik itu terlalu mudah untuk dimanipulasi, selalu dicap rendah oleh mereka yang berhati gelap. Gue gamau dibilang lemah."

"Jadi kuat bukan berarti lo harus jahat," Tanggap Bara, berusaha membuat Leora memahami jalan pikirnya.

"Jadi lo pikir gue ini—" Ucapan Leora terpotong kala ia merasakan sesuatu yang hangat dibawah.

LeoBaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang