2. Boleh Menyerah?

34 6 3
                                    

Hiruk-pikuk kendaraan kini terdengar sebagai alunan musik bagi gadis remaja dgn pakaian putih abu-abunya.

Langkah demi langkah membawa nya ke halte bus, tempat dimana ia selalu menunggu bus untuk berangkat ke sekolahnya. Namun sekarang ia masih sendiri, dgn nafas ngos-ngosan ia mendudukkan diri di bangku yg ada di halte itu.

Tak lama kemudian, beberapa siswa-siswi ikut berdatangan, terutama untuk yg seperti dirinya, hanya naik bus.

Lima menit kemudian, bus yg selalu ia tumpangi semenjak masuk sekolah pun datang. Semua nya dgn teratur memasuki bus tersebut, Zea gadis itu kini ikut masuk. Namun hanya ada satu bangku kosong, bangku di samping orang yg paling dihindari di sekolah nya.

Dengan sedikit keberanian, Zea melangkah kan kakinya untuk duduk di samping laki-laki itu. Sebelum benar-benar duduk Zea dgn perasaan takutnya berucap. "Maaf kak aku boleh duduk di sini gak?" tanya Zea dgn jantung berdebar kencang.

Bukannya deg-deg gan karena suka, yg ada cuman karena takut...

Remaja laki-laki yg ditanya pun mendongak dan mengangguk sekilas. Zea dgn hati-hati pun mendudukkan diri, setelah posisi nya sempurna notifikasi chat mengalihkan atensinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***Suasana sekolah kini sama seperti biasa, selalu berisikan suara canda tawa siswa-siswi, bahkan ada pula yg pamer kemesraan tanpa ada nya rasa malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***
Suasana sekolah kini sama seperti biasa, selalu berisikan suara canda tawa siswa-siswi, bahkan ada pula yg pamer kemesraan tanpa ada nya rasa malu.

Berbeda dgn gadis cantik yg satu ini, justru ia sibuk dgn dunia nya sendiri, dgn satu buku dihadapan nya ia tidak memperdulikan sekitar nya.

Teman sekelasnya yg asik bucin dgn pacar nya hanya ia hiraukan. Seketika satu harapan terlintas di otak nya. "Andai Zea punya sahabat pasti Zea bakal bicara sambil main bareng kayak mereka!". Batin Zea melirik sekilas dua sahabat yg asik tertawa.

Dikelas ini hanya diri nya yg tdk punya teman, jangan kan di kelas satu sekolah saja dirinya dijauhi karena tdk memiliki sosok ibu yg mendampingi nya selama ini. Memang mereka golongan murid baru karena masih kelas 10,tapi saat acara sekolah semua murid diperintahkan membawa orang tua atau pun wali lainnya.

Namun berbeda dengan Zea ia hanya datang sendiri, karena sang ibu yg tdk ada niatan mau datang. Alhasil Zea dikucilkan oleh semua teman sekolahnya. Terlalu kekanak-kanakan, memang.

Tapi Zea yg tdk memiliki teman bukan berarti ia tidak pernah berinteraksi dgn kakak kelasnya. Ia pernah berinteraksi namun hanya dgn anggota inti OSIS saja, karena hanya mereka yg mau dekat dgn nya walaupun tdk sedekat sahabat, setidaknya Zea tetap ada tujuan untuk bertahan disekolah nya ini.

"Zea! Lo di panggil sama Bu Vina!" ucap gadis dgn rambut sebahu yg berdiri di depan pintu. Sungguh tdk sopan bukan, memanggil orang dgn cara seperti itu. Zea yg ada di pojok belakang sedangkan dirinya berada di pintu masuk dekat bangku depan.

Zea hanya menganggukkan kepalanya, kemudian berdiri untuk membereskan buku-bukunya. Setelah semua selesai ia pun pergi ke ruangan milik bu Vina, guru yg memanggil dirinya.

"Permisi?!" ucap Zea saat sampai di depan pintu ruang milik bu Vina.

"Masuk!!"

Mendengar balas sang empu ruangan, Zea dgn menunduk sopan masuk kedalam ruangan tersebut. Terdapat bu Vina yg tengah membaca beberapa berkas OSIS. "Sini Zea duduk, ibu mau ngomong sesuatu!" pinta bu Vina.

Zea mendudukkan dirinya di bangku depan meja bu Vina. "Jadi sebenarnya ibu manggil kamu itu karena, ibu mau kamu masuk jadi anggota OSIS!" ucap bu Vina tanpa bertele-tele.

Mendengar penuturan bu Vina membuat Zea kaget, serius dirinya diminta masuk jadi OSIS?

"Kenapa tiba-tiba ya bu?" tanya Zea berusaha se sopan mungkin.

"Ibu liat dikelas nilai kamu yg paling tinggi, bukan cuman itu semua data-data kamu di sekolah lama sudah ibu liat, kamu pernah kan jadi ketua OSIS?" tanya Bu Vina di akhirnya ucapan nya.

Zea mengangguk pelan. "Iya bu, pernah" jawabnya, jika boleh jujur dulu diri nya terpaksa menjadi ketua, dan gara-gara itu beberapa siswa di sekolah lamanya membenci nya karena sok pintar lah, apalah.

"Kamu masuk jadi anggota saja ya? Mau kan?" tanya bu Vina jujur ia berharap jika gadis didepan nya menerima tawaran nya.

"Maaf Bu sebelum nya, Zea gak bisa, Zea mau kayak siswa lain aja, takutnya ada salah paham juga kalau Zea tiba-tiba masuk OSIS, lagi pun Zea tidak terlalu suka masuk organisasi seperti OSIS, sekali lagi maaf Bu" tolak Zea, stop cukup dimasa lalu ia di benci karena jabatan, sekarang dibenci karena tak ada nya wali saja sudah cukup.

"Yasudah ibu juga gak bisa maksa, karena yg ngerjain kan kamu bukan ibu" ucap Vina mengerti.

"Sekali lagi maaf Bu, kalau begitu Zea pamit keluar, mau ke kelas" pamit Zea. Setelah mendapatkan persetujuan dari sang empu Zea pun pergi dan kembali kelas.

Pelajaran dilakukan sama seperti biasanya, hingga tiba bell pulang semua siswa berhamburan. Termasuk Zea.

Kini diri tengah duduk manis di kursi penumpang, matanya menatap ke luar. Namun hatinya terus menerus mengucapkan kata-kata. "Ya allah Zea boleh menyerah enggak ya? Papa udah gak ada sekarang Zea sendiri, mama juga gak peduli sama Zea, Zea juga gak punya temen! Maaf ya, Zea terlalu lemah padahal ujiannya gak seberapa, lebih susah mtk!". Batinnya yg masih setia menatap jalanan yg penuh dgn pengendara.

Sekitar 20 menit perjalanan akhirnya ia sampai dikediaman Bastian. Dgn langkah pelan ia memasuki rumah yg mirip dgn istana itu, akh... Lebih tepatnya mansion.

Tia yg melihat kedatangan gadis yg akan menjaga putra nya langsung menghampiri nya dgn senyum hangat nya.

"Zea!! Kamu udah makan, kalau belum makan dulu ya, kamu ke dapur aja, ada bibi disana, tadi tante udah ngasih tau kok, soal Bastian dia ada dikamar nya nanti minta tolong bibi aja biar kamu nya di antar! Tante pamit, udah hampir telat soalnya!" ucapnya setelah sampai di dekat Zea.

"Iya tante, tante hati-hati ya!" ujar Zea membalas snyuman oleh Tia.

Setelah kepergian Tia, Zea baru melangkahkan kakinya masuk ke mansion itu. "Aduh Zea gak bakal nyasar kan?" batinnya menelusuri dalam rumah, langkah nya terhenti saat ia melihat seorang maid menghampiri nya.

"Non Zea, ya? Perkenalkan saya bi Siti!" ucap maid itu menunduk hormat.

"Halo bi, gak udah panggil non, panggil Zea aja, lagian Zea kan juga bukan siapa-siapa disini!" ucap Zea tdk enak saat orang yg usia nya lebih tua malah membungkuk hormat ke dirinya.

——————————————————

Kata: 1010 kt.

Gimana part dua nya?

Tetap aku lanjut ya.. Mau gimanapun part 1 nya udah aku up.. Masa jadi jamuran...

Jgn lupa vote, comen, and follow kalau sukaaa...

See you next part..

🌸🌸🌸

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang