Di Akhir Mimpi | Act I-Putih: Chapter I-Part 1

410 55 0
                                    

-Kota Pelabuhan: Kreide-

17 Maret tahun XXXX, hari ke-18 pelayaran.

Perkiraan estimasi waktu pelayaran meleset karena badai dan cuaca buruk tak terduga lainnya, yang mana hal itu juga berakibat pada kacaunya jadwal angkut penumpang dan suplai persediaan dari pulau-pulau kecil yang berada di sekitar rute pelayaran. Kira-kira, delapan hari yang lalu dapat dikatakan sebagai hari yang paling buruk, dimana badai yang kami temui berkecamuk dengan lama waktu hingga mencapai empat hari.

Ombak raksasa menghantam kapal dengan ganas, menerjang dek dan jendela dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga. Angin menderu kencang, melolong seperti serigala yang kelaparan. Hujan deras mengguyur tanpa henti, bagaikan air terjun raksasa yang jatuh dari langit.

Di kamar kecil sederhana, Alicia meringkuk merapatkan diri ke tempat tidur dengan kedua lengan memeluk lutut erat-erat. Rasa takut yang tak dapat dipungkirinya, merayap hingga sekujur tubuh. Sempat terlintas di pikiran si gadis manusia, membayangkan kapal terbelah dua, terjerumus ke dalam pusaran air laut yang dingin dan gelap. Kepalanya dipenuhi dengan bayangan mengerikan tentang kematian.

Ingatan dan sensasi ketegangan yang dirasakan Alicia pada di hari itu masih sedikit terasa menjalar di sekujur tubuhnya, yang entah mengapa malah membuatnya tertawa. "Terlebih, ini adalah pelayaran pertamaku," ucapnya sembari menatap lautan melalui jendela kecil di kamarnya.

Lamunan Alicia yang tanpa disadari telah berlangsung bermenit-menit lamanya, kini terhenti saat dia mendengar suara pengumuman dari kapten kapal.

"Bagi para penumpang, kami ingin memberitahukan bahwa kapal akan segera berlabuh di pelabuhan Kreide." Kata kapten melalui pengeras suara.

Alicia segera mengemasi barang bawaannya dan pergi menuju dek kapal. Di hadapan matanya, kilauan indah deretan bangunan mamer dengan beragam warna membuat gadis penulis itu terpana.

"Indahnya...." Bisiknya dengan penuh kekaguman.

"Itu benar, berapakalipun saya datang ke kota ini, kesan itu selalu menjadi hal pertama yang terlintas dibenak."

"Eh?" Gadis itu terkejut dengan kehadiran orang yang tiba-tiba berceloteh menyelanya.

"Maaf telah menyela Anda, nona. Namun, seperti yang saya utarakan, mulut saya akan terasa asam jika tak menyanjung keindahan kota ini. Bukankah... Anda juga merasa begitu, nona?"

"Meski saya tak merasakan apa yang tuan rasakan, namun kota ini memang pantas mendapat sanjungan dengan frasa indah dari tuan." Balas Alicia sembari tersenyum.

"Perkenalkan, Toni, seorang pebisnis dari Brickvia, berdasar pada pengamatan saya, saya dan nona telah bersama sejak menaiki kapal udara, senang bisa bertemu dengan Anda, nona."

"Senang bertemu dengan Anda Tuan Toni. Perkenalkan, Alicia, saya juga berasal dari Brickvia."

"Alicia? Hmm...." Tuan Toni memasang wajah ingin tahunya saat mendengar nama itu. "Maaf atas kelancangan saya Nona Alicia, sejujurnya paras dan nama nona terasa begitu familiar bagi saya, rasa penasaran yang menggebu dalam diri sayalah yang mendorong saya untuk menyapa nona sebelum perpisahan yang kian mendekat. Jika nona berkenan, bolehkah saya mengetahui siapa nona sebenarnya? Tentu, saya tidak akan memaksa nona untuk itu." Kata Tuan Toni dengan gaya bahasa yang sangat formal.

"Saya berkenan untuk menjawab pertanyaan tuan. Saya adalah Alicia R. Raffles, seorang penulis." Ucap si gadis dengan masih mempertahankan senyum di wajahnya.

"Alicia R. Raffles? Ah... tak pernah saya duga bahwa saya akan bertemu Nona yang merupakan seorang penulis muda tersohor di Dunia [Biru]. Terlebih, putri saya adalah penggemar karya tulis nona. Tak mengherankan apabila nona terasa begitu familiar."

"Sanjungan tuan begitu tinggi, saya belum pantas menerimanya. Di sisi lain saya sangat berterimakasih kepada tuan dan putri tuan karena telah mendukung saya."

"Jika berkenan, bolehkah nona menandatangani sebuah sapu tangan yang saya tujukan sebagai buah tangan putri saya ini? Sapu tangan edisi terbatas buatan toko tekstil tersohor di Kota Radjasaat, ditambah dengan tanda tangan dari penulis idolanya, saya yakin buah tangan ini akan menjadi sebuah hal yang sangat berharga bagi putri saya."

"Jika demikian, izinkan saya untuk membubuhkan tanda tangan saya." Alicia dengan cepat menggoreskan tinta di atas kain sapu tangan yang disodorkan padanya.

"Saya sangat berterimakasih atas hal ini, Nona Alicia."

"Senang bisa membantu, tuan."

"Sepertinya kapal akan segera berlabuh. Senang berbincang dengan Anda, Nona Alicia, saya harap nona mendapat apa yang nona inginkan di kota marmer yang indah ini." Mengatakan itu, Tuan Toni lalu meninggalkan Alicia dengan diikuti beberapa orang bersetelan hitam yang sepertinya adalah pengawalnya.

Setelah merasa jarak mereka telah menjauh, gadis manusia itu melepaskan senyumnya dan bergumam, "Entah mengapa aku merasa sangat benci menggunakan gaya bahasa itu."

Sembari menunggu berkurangnya kerumunan penumpang yang berbaris menuruni kapal, Alicia kembali menatap Kota Kreide yang kini disinari cahaya jingga mentari. Menatapnya dalam-dalam, gadis itu merasakan ketenangan di saat angin sepoi berhembus menerpanya.

***

"Akhirnya! Ini adalah langkah pertamaku di Dunia [Putih]," ucap Alicia sumringah saat melangkahkan kakinya turun dari kapal.

"Hum... apa yang sebaiknya kulakukan terlebih dulu ya...?" Menyangga dagunya, Gadis bermata ungu safir itu memikirkan langkah apa yang akan diambilnya. "Yup! Yang pertama adalah penginapan, tentu saja ini adalah pilihan paling tepat karena hari juga sudah mulai sore."

Tanpa terburu-buru, Alicia kemudian berjalan menyusuri dermaga, menuju ke arah pinggiran kota dimana deretan bangunan yang berjajar indah terlihat semakin jelas di matanya.

"Kota ini terlihat begitu tertata." Ucap si gadis manusia sembari melihat ke kanan dan ke kiri, hingga kemudian dia menemui satu bangunan yang bertuliskan 'Hotel Knabenkraut' di depannya.

Memasuki hotel, Alicia segera disambut dengan senyuman seorang resepsionis wanita berparas anggun. Rambutnya berwarna dasar putih dengan sedikit bercampur warna hitam berpola tak menentu. Gaya rambut choppy bob miliknya yang memampangkan salah satu sisi kepalanya, mengungkapkan bentuk telinganya yang panjang dan runcing. Bentuk telinga unik yang menandakan bahwa resepsionis yang melayaninya saat ini adalah salah seorang ras High-Elf. Matanya berwarna biru langit yang jernih, memancarkan kehangatan dan keramahan.

"Selamat datang di hotel Knabenkraut. Senang dapat membantu Anda hari ini. Apakah Anda memiliki reservasi?"

Mengabaikan pertanyaan yang diajukan kepadanya, mata Alicia teralihkan pada apa yang ada di sekitarnya. Lobi hotel yang tak begitu ramai terasa tenang dan damai, menghadirkan suasana yang menenangkan jiwa.

Cahaya temaram bersinar dari lampu kristal yang menjuntai dari langit-langit yang tinggi, membayangi kemegahan lobi hotel. Lukisan-lukisan abstrak menghiasi dinding, menghadirkan sentuhan artistik yang unik dan sedikit misterius. Perpaduan pencahayaan dan dekorasi ini menciptakan suasana dramatis dan sedikit romantis di hati Alicia. Sofa-sofa empuk dan nyaman yang tak banyak jumlahnya ditata sedemikian rupa di sekitar ruangan, mengundang para tamu untuk beristirahat dan bersantai.

Vas-vas bunga segar beraroma harum menghiasi meja-meja kecil, menghadirkan sentuhan alam yang menyegarkan. Wanginya yang menenangkan bagaikan melodi indah yang membangkitkan semangat dan menyegarkan pikiran. Kehadiran bunga-bunga ini menjadi pelengkap sempurna bagi dekorasi ruangan, menambah sentuhan keindahan dan kesegaran.

Lantai marmer yang berkilau memantulkan cahaya lampu, menyempurnakandekorasi ruangan dengan menciptakan efek yang elegan dan mewah. Permukaannyayang halus dan berkilauan memberikan kesan megah dan berkelas, sekaligusmenghadirkan nuansa bersih dan rapi.

Bersambung...


Update tiap hari SENIN sama JUMAT!

VOTENYA JANGAN LUPA!

copyright by ishtarvenus_

JANGAN DIJIPLAK!!!

Di Akhir MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang