Di Akhir Mimpi | Act I-Putih: Chapter I-Part 6

381 54 0
                                    

"Darjeeling? Pilihan yang menarik. Dengan rasa yang kuat dan aroma harumnya, teh itu memang cocok untuk memulai percakapan penting."

Gadis manusia itu membalas peri bermata hijau zamrud di hadapannya. "Aku suka rasa yang berani dan aroma darjeeling yang membangkitkan semangat, itu selalu membantuku untuk fokus dan berpikir jernih."

Kiefer mengangguk setuju. "Aku mengerti. Darjeeling memang teh yang istimewa. Tapi white peony juga tidak kalah menarik. Rasanya yang halus dan aromanya yang lembut seperti membawa ketenangan dan kedamaian."

Tak lama kemudian, pelayan elf itu kembali dengan dua cangkir teh dengan aroma yang menggoda, dan dua piring berisi kue buah pinus lezat yang menjadi cemilan rekomendasi kedai Twilight. Dia meletakkan cangkir dan piring di atas meja dengan hati-hati, lalu membungkuk dengan hormat.

"Silakan dinikmati," ucapnya.

Alicia dan Kiefer mengucapkan terima kasih dan mulai menikmati teh mereka.

"Silahkan," wanita High-Elf itu menawarkan cangkir teh kepada si gadis manusia.

"Terima kasih," Alicia menerima kehangatan Kiefer, dan menerima cangkir tehnya dengan rasa terima kasih.

Sambil menyesap tehnya dengan gerakan yang menunjukkan keanggunan dan ketenangan, peri wanita itu menuju inti percakapan. "Jadi, secara spesifik, apa yang nona muda ini ingin tanyakan kepadaku?"

"Sebelumnya, aku minta maaf telah menyita waktumu, dan tolong panggil saja aku Alicia. seperti yang aku katakan sebelumnya, aku ingin bertanya kepada Anda mengenai hal-hal seputar legenda dan dongeng lokal."

"Legenda dan dongeng lokal, ya... itu topik yang tidak biasa bagi gadis seusiamu tapi, aku akan berusaha menjawab dengan semua yang aku tahu. Oh benar... maafkan aku belum memperkenalkan diri. Panggil saja aku Keifer."

"Terima kasih, Keifer." Gadis bermata safir itu mengungkapkan rasa terima kasihnya, kemudian menjelaskan latar belakang mengapa dia tertarik dengan legenda dan dongeng lokal, serta apa yang sudah dia temukan selama pencariannya di sini kepada Keifer.

"Ahh... nona muda yang berpetualang untuk menulis kisah impiannya." Ucap Kiefer sembari mendekatkan cangkir teh ke bibirnya.

"Tak hanya tekadmu, namun usahamu dengan membaca buku-buku di perpustakaan itu sangat luar biasa. Namun, sayangnya, semua kisah yang kau baca maupun yang kau dengar, bukanlah kisah otentik yang sedang kau cari."

Keraguan yang muncul di hatinya, membuat Alicia bertanya. "Aku bisa saja percaya jika cerita dari wanita yang kutemui di pasar itu memang tidak otentik, tapi bagaimana mungkin cerita yang tertulis di buku yang tersimpan di perpustakaan kota adalah cerita palsu? Terlebih, buku itu adalah cetakan lawas sekitar seratus tahun yang lalu."

Mendengar penjelasan si gadis, Kiefer tersenyum tipis. "Aku bisa memahami keraguanmu, tapi itu adalah kenyataannya. Alicia, sebagai ras High-Elf aku mengakui tekadmu, dan untuk menghormatinya, aku akan memberikanmu sebuah cerita yang mengandung rahasia kecil. Tolong, pasang telingamu dan dengarkan dengan baik, aku akan meceritakannya sekali tanpa pengulangan."

Kiefer memulai ceritanya dengan suara yang pelan dan tenang. Matanya yang berwarna hijau zamrud berbinar, penuh dengan kebijaksanaan dan pengetahuan. Dia berbicara dengan halus namun terasa penuh semangat pada setiap frasanya. Sesekali, gestur tangan dia gunakan untuk menekankan poin penting dalam ceritanya.

Alicia mendengarkan dengan penuh perhatian. Telinga bundarnya terlihat tegak, dan matanya terpaku pada wanita High-Elf yang melantunkan bait-bait cerita. Wajahnya pun nampak tegang, menunjukkan kekaguman dan keseriusannya.

Di Akhir MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang